Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Pendekatan Lansekap Budaya dalam Pengelolaan Ekomuseum: Studi di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara Cynthia E. V. Wuisang; Joseph Rengkung; Dwight M. Rondonuwu
Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol. 6 No. 4 (2017): JLBI
Publisher : Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32315/jlbi.7.4.191

Abstract

Lansekap budaya adalah fenomena integrasi dari lahan (land), manusia, budaya, dalam kurun waktu dan sejarah yang panjang. Dalam upaya pelestarian Lansekap Budaya berkelanjutan, Ekomuseum adalah salah satu model pengelolaan dengan berbasis sosio-budaya dan etnoekologi. Konsep Ekomuseum berkembang dengan pesat di berbagai negara di belahan dunia dengan berbagai strategi yang melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pengelolaan. Tulisan ini memetakan interaksi masyarakat Minahasa dengan lingkungannya dan bagaimana ekomuseum digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam pengembangan dan pelestarian lansekap budaya. Metoda yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif dengan melakukan survey terhadap sejumlah permukiman wilayah regional dan melihat potensi ekomuseum masing-masing teritory. Data kemudian dianalisis berdasarkan pendekatan geografi. Kesimpulan tulisan ini adalah merekomendasikan model pengelolaan ekomuseum yang ideal untuk Kabupaten Minahasa.
EDUTAINMENT SCIENCE CENTER DI MANADO. “ PENDEKATAN ECO TECHNOLOGY ” Olivia Lohonauman; Jefrey I. Kindangen; Joseph Rengkung
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 6 No. 2 (2017): DASENG Volume 6, Nomor 2, November 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v6i2.17112

Abstract

Edutainment Science Center di Manado adalah pusat rekreasi dan ilmu pengetahuan science yang dalam perancangannya didasari pada teknologi yang ramah lingkungan. Edutainment Science Center memberikan pengetahuan science yang disajikan dalam bentuk yang menarik dan menghibur bagi pengunjung.Perancangan edutainment science center bertujuan untuk memberikan ilmu science dan sebagai wadah untuk melepas penat pada masyarakat Sulawesi Utara terlebih masyarakat Kota Manado, serta menjadi icon science di kota Manado untuk menarik turis. Program ruang inti dalam menarik perhatian adalah program ruang yang berhubungan dengan alam yang didasari pada kekayaan alam di Sulawesi Utara seperti taman laut bunaken, gunung berapi yang aktif, hutan yang luas, dan beragam jenis flora dan fauna. Bentuk bangunan inti menyerupai hexagonal.Penerapan tema pada bangunan dimaksimalkan dengan penghawaan dan pencahayaan alami di beberapa titik perancangan dan material-material yang terapkan pada bagunan.Kata Kunci : Edutainment, Science Center, Manado, Eco Technology 
HOTEL RESORT DAN WISATA BAHARI DI DESA PULISAN KABUPATEN MINAHASA UTARA. Arsitektur Simbiosis Mutualisme Sri I. Amiman; Joseph Rengkung; Johansen C. Mandey
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 6 No. 2 (2017): DASENG Volume 6, Nomor 2, November 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v6i2.17594

Abstract

Hotel Resort adalah bangunan arsitektur dalam bentuk hunian penginapan yang dibangun untuk menfasilitasi para wisatawan mancanegara atau wisatawan lokal yang datang berkunjung kesebuah daerah atau objek wisata untuk menikmati fasilitas-fasilitas  atau tempat-tempat yang ada. Keberadaaan wadah ini sudah cukup banyak tapi masih sedikit yang menyediakan hunian Hotel Resort dan Area Wisata Bahari dengan kualitas dan pelayanan terbaik. Selain itu tingkat kunjungan wisatawan asing maupun lokal terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang membuka peluang untuk dihadirkan sebuah hunian Hotel Resort dengan fasilitas seperti Wisata Bahari, sesuai lokasi yang direncanakan yaitu berada di tepi pantai Desa Pulisan, yang terletak di Kabupaten Minahasa Utara. Sebagai jembatan dalam merancang objek arsitektur ini “ Arsitektur Simbiosis Mutualisme”, dianggap cocok menjadi tema perancangan, sehingga dengan rancangan Hotel Resort dan Wisata Bahari ini diharapkan dapat meningkatkan perkembangan Wisata di Kabupaten Minahasa Utara Khususnya di Desa Pulisan, dengan menghasilkan keuntungan bersama baik Pengelolah Hotel Resort, wisatawan  mancanegara maupun lokal, dan masyarakat yang ada di Desa Pulisan.Kata Kunci : Hotel Resort, Wisata Bahari, Arsitektur Simbiosis Mutualisme
RESORT DI KECAMATAN KEMA. Arsitektur Bambu Marchell P. G. Talise; Joseph Rengkung; Amanda S. Sembel
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 7 No. 1 (2018): DASENG Volume 7, Noomor 1, Mei 2018
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v7i1.20670

Abstract

Daerah wisata saat ini banyak di minati oleh wisatawan lokal maupun wisatawan luar untuk mengisi waktu luang dan menginginkan jeda pada padatnya rutinitas sehari-hari. Obyek wisata dapat berupa wisata alam seperti gunung, danau, sungai, pantai, laut atau berupa objek penginapan dengan berbagai fasilitas untuk mendukung objek wisata tersebut salah satu contohnya adalah resort. Metode perancangan yang digunakan adalah metode perancangan lima langkah dengan tahap permulaan, persiapan, pengajuan usul, evaluasi dan tindakan, dengan metode perancangan lima langkah ini maka di lakukanlah analisis tapak, analisis klimatologi, analisis view, dsb untuk hasil desain yang baik demi menciptakan kenyamanan terhadap pengguna resort. Tempat wisata di Kecamatan Kema Minahasa Utara dapat di katakan cukup banyak, kema sebagai daerah wisata. Desa kema memiliki banyak potensi pariwisata budaya diantaranya pantai pasir putih makalisung, pantai lilang, pantai waleo, pantai batu nona, pantai firdaus, pantai asparaga, pantai tasik oki, makam penginjil Lammers dan penjara tua peninggalan Portugis, namun minimnya fasilitas penginapan yang dapat menunjang membuat kurangnya minat pengunjung untuk datang ke kecamatan kema maka dibangunlah resort. Penerapan tema arsitektur bambu untuk menghadirkan suatu desain bangunan resort dengan pemikiran masa mendatang, dan lewat penerapan tema arsitektur bambu pada rancangan menambah kesan unik dan bersatu dengan alam sehingga menambah ciri khas pada resort. Melalui perancangan ini diharapkan dapat menciptakan fasilitas penginapan tambahan yang menjaga stabilitas keberlangsungan pengguna, dengan memberikan kenyamanan, keselamatan dan keamanan.Kata kunci : Objek wisata, Resort, Arsitektur bambu
PUSAT KEBUDAYAAN JAWA-TONDANO DI MINAHASA. Eco-Culture Design Cybil A. Lombogia; Joseph Rengkung; Cynthia E. V. Wuisang
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 7 No. 2 (2018): DASENG Volume 7, Nomor 2, November 2018
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v7i2.20836

Abstract

Jawa Tondano adalah hasil dari pembauran suku antara Jawa dan Minahasa yang sampai saat ini masih ada dan berkembang. Masyarakat Jaton mempertahankan eksistensinya lewat kegiatan – kegiatan sosial seperti festival seni dan budaya. Pusat Kebudayaan Jawa Tondano di Minahasa hadir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan wadah dalam menyalurkan kegiatan sosial dan untuk melestarikan budaya Jaton. Perancangan didasarkan pada pendekatan Eco Culture yang merupakan salah satu logika dari Sustainable Architecture. Konsep perancangan arsitektur yang menitikberatkan pada kondisi lingkungan dan budaya lokal. Nilai budaya ini diekspresikan lewat transformasi dan penerapan dari teknik konstruksi tradisional, tipologi bangunan dan pola hubungan ruang yang ada. Metode perancangan dengan pengumpulan data melalui studi literatur, studi komparasi dan survey kondisi eksisting tapak. Sedangkan pengolahan data pada analisis dan sintesis dilakukan berdasarkan 5 kriteria strategi perancangan Eco Culture. Kedepannya, objek Pusat Kebudayaan Jawa Tondano dapat diterapkan konsep ekologi dan budaya secara bersamaan dan untuk pembangunan yang berkelanjutan tanpa menghilangkan unsur lokal daerah. Kata kunci      : pusat kebudayaan, budaya Jaton, Eco Culture, Kampung Jawa
MIXED-USE BUILDING DI KOTA MANADO. Symbiosis Arsitektur Nur Alfian; Joseph Rengkung; Reny Syafriny
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 7 No. 2 (2018): DASENG Volume 7, Nomor 2, November 2018
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v7i2.21299

Abstract

Manusia memiliki berbagai kebutuhan hidup, contohnya tempat tinggal, tempat kerja, dan tempat berbelanja. Keanekaragaman kebutuhan tersebut berpengaruh pada kebutuhan ruang untuk beraktivitas. Demi meningkatkan efisiensi kebutuhan-kebutuhan tersebut, dibutuhkan ruang yang mampu mewadahi beberapa fungsi sekaligus. Perancangan mixed-use building menjadi upaya dalam menyatukan beberapa fungsi sekaligus dalam satu bangunan. Perancangan mixed-use building bertujuan untuk menyediakan ruang yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia serta memberi kenyamanan bagi pengguna. Mixed-use building dirancang dalam bentuk perpaduan bangunan vertical dan horizontal yang menyatukan bangunan, kebutuhan manusia, serta ruang luar sebagai upaya mendukung perkembangan suatu kota. Perancangan mixed-use building ini menggunakan bentuk tercluster dimana pola yang di kelompokan berdasarkan persyaratan fungsional seperti ukuran ,bentuk,warna,jarak dan letak,  sebagai  suatu  bentuk  adaptasi  perancangan  terhadap  kondisi  lahan. Bangunan harus memiliki batasan sekaligus hubungan yang terkoordinasi meskipun kurang dalam hal keteraturan geometris dan sifat introvert bentuk-bentuk yanq terpusat, sebuah organisasi tersebar cukup fleksibel dalam menyatukan bentuk-bentuk dengan berbagai macam ukuran, bentuk dasar, dan orientasi ke dalam strukturnyaTema perancangan  mixed-use building ini adalah Symbiosis Arsitektur. Perancangan  mempertimbangkan kebutuhan ruang yang dirancang, lingkungan sekitar, serta pengguna bahan bangunan. Arsitektur simbiosis sebagai analogi biologis dan ekologis memadukan beragam hal kontradiktif, atau keragaman lain, seperti bentuk plastis dengan geometris,alam dengan teknologi, masa lalu dengan masa depan,dll. Simbiosis dalam arsitektur dicapai dengan prinsip ‘dan’, bukan ‘atau’ dalam suatu ruang antara (intermediate space).Fungsi hunian dan komersial pada bangunan menjadi alasan perancangan bangunan dengan luas bersih yang dirancang secara maksimal, demi meningkatkan prospek ekonomi bangunan. Bangunan dirancang dengan ketersediaan infrastruktur utilitas sebagai pendukung kebutuhan manusia dengan desain yang mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar.Kata kunci: Mixed-Use Building, Cluster ,Symbiosis Arsitektur
SEKOLAH TINGGI ILMU DESAIN DI MANADO. Arsitektur Regionalisme Christine N. G. Tuwaidan; Joseph Rengkung; Ingerid L. Moniaga
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 8 No. 1 (2019): DASENG Volume 8, Nomor 1, Mei 2019
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v8i1.23689

Abstract

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi informasi mempermudah para masyarakat untuk mengakses informasi, secara tak langsung, hal ini tentunya mendorong masyarakat khususnya para generasi muda saat ini untuk lebih berkreatifitas lagi dalam mengekspresikan minat, bakat dan talenta mereka, seperti dalam bidang yang berkembang saat ini yaitu seni mendesain sebagai suatu tindakan kreatif. Desain merupakan proses perancangan yang melibatkan kreatifitas manusia yang bertujuan dalam membuat sesuatu benda. Perancangan sebuah desain yang unik juga dapat berperan sebagai image brand dikalangan masyarakat luas.Perkembangan kota Manado saat ini belum terdapat tempat yang mampu menawarkan edukasi khusus Ilmu Desain. Sehingga perancangan Sekolah Tinggi Ilmu Desain di Manado dianggap layak untuk didirikan sebagai salah satu sarana pengembangan pada sektor pendidikan dan peningkatan sumber daya manusia di Kota Manado. Dengan penerapan tema Arsitektur Regionalisme, maka dirancang objek ini mengikuti perkembangan jaman yang lebih modern tanpa meninggalkan kebudayaan daerah sehingga ada keharmonisan antara nilai seni tradisional dan seni modern. Kata kunci : Sekolah Tinggi Ilmu Desain, Arsitektur Regionalisme, Kota Manado
TERMINAL PENUMPANG ANGKUTAN LAUT DI TAHUNA. Arsitektur Neo Vernakular Jufri H. Rompas; Joseph Rengkung; Esli D. Takumansang
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 8 No. 1 (2019): DASENG Volume 8, Nomor 1, Mei 2019
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v8i1.24038

Abstract

Kabupaten Kepulauan Sangihe merupakan salah satu Kabupaten yang sedang berkembang dalam hal ekonomi maupun lainnya. Daya tarik Kabupaten Kepulauan Sangihe akan budaya  dan pariwisata laut menjadi tujuan utama para turis datang ke kota ini. Sehingga perhubungan laut dengan fasilitas yang memadai sangat memberikan nilai tambah dalam pelayanan.  Pelabuhan ini juga bukan hanya berperan dalam hal pariwisata tetapi juga sebagai alat penyebrangan ke daerah lain, serta sebagai sarana untuk berdagang sehingga peran pelabuhan Tahuna sangat vital bagi daerah di sekitarnya, maka dari itu dengan adanya Perancangan ulang Terminal Pelabuhan Tahuna yang di rencanakan akan memberikan fasilitas yang memadai dan memenuhi standar dalam menampung segala aktifitas, dalam hal kepelabuhanan pelabuhan Tahuna juga merupakan salah satu pintu masuk menuju Kabupaten Kepulauan Sangihe dan sekitarnya yang tentunya sangat berperan untuk menunjang kelancaran transportasi antar kota dan kabupaten, selain itu Teminal Pelabuhan Tahuna juga akan dilengkapi dengan fasilitas penunjang lainnya. Dengan menggunakan pendekatan Arsitektur Neo Vernakular sehingga diharapkan mampu menghadirkan Terminal Pelabuhan dengan perpaduan budaya, fungsi dan fasilitas yang baik sehingga memberikan makna juga kenyamanan dalam penggunannya. Kata Kunci : Terminal Pelabuhan, Tahuna, Arsitektur Neo Vernakular, Sangihe, Budaya
HOTEL RESORT DI PULAU SILADEN. Arsitektur Neo Vernakular Tirsa Tellah; Joseph Rengkung; Claudia S. Punuh
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 8 No. 2 (2019): DASENG Volume 8, Nomor 2, November 2019
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v8i2.25057

Abstract

Melesatnya jumlah wisatawan yang berkunjung di Sulawesi Utara khususmya di Manado yang mencapai angka fantastis dan terus meningkat setiap tahun di daerah-daerah pusat wisata salah satunya Pulau Siladen yang memiliki begitu banyak keunggulan alam dan sangat menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung, hal ini berdampak pada jumlah akomodasi yang berada di Pulau Siladen yang terbilang sedikit untuk dapat mewadai wisatawan yang terus bertambah, dengan demikian di butuhkan sarana akomodasi yang mampu menibangi jumlah wisatawan yang berkunjung ke pulau siladen yaitu Hotel Resort sebagai salah satu fasilitas penginapan yang menunjang kebutuhan akomodasi di Pulau Siladen.Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan minat wisatawan untuk berkunjung ke Sulawesi Utara khususnya Pulau Siladen yang berguna untuk menaikan devisa negara, dengan menghadirkan Hotel Resort yang memiliki tingkat kenyamanan dan mampu memanfaatkan lingkungan sekitar untuk memikat minat wisatawan, dengan penerapan Tema Arsitektur Neo-Vernakular.Metode perancangan di gunakan Glass Box Method yang kriterianya berupa sasaran yang telah di tentukan, analisa sebelum memecahkan masalah mensistensikan output secara sistematis, kemudian mengevaluasi secara logis suatu rancangan, sehingga menghasilkan gambar-gambar desain perancangan Hotel Resort di Pulau Siladen seperti rencana tapak, layout, denah, dengan konsep bangunana yang sesuai dengan penerapan Arsitektur Neo-VernakularKata kunci : Hotel Resort, Arsitektur Neo-Vernakular, Pulau Siladen.
HOTEL RESORT DI LUWUK. Neo Vernacular Architecture Andre I. Tahaka; Joseph Rengkung; Pingkan P. Egam
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 8 No. 2 (2019): DASENG Volume 8, Nomor 2, November 2019
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v8i2.25551

Abstract

Perancangan kawasan wisata merupakan hal penting dalam meningkatkan kualitas kawasan dalam aspek fisik. Kabupaten Banggai merupakan sebuah wilayah yang memiliki banyak potensi - potensi alam yang dapat dikembangkan sebagai daerah wisata. Kota Luwuk yang merupakan Ibukota Kabupaten Banggai memiliki potensi alam yang menarik dan natural sehingga dapat dijadikan daya tarik kalangan masyarakat luas untuk mengenal wilayah tersebut. Pengadaan wadah salah satu alternatif dalam pengembangan kebutuhan wisatawan, perancangan Hotel Resort di kota Luwuk merupakan salah satu strategi yang diambil untuk menyediakan wadah bagi penikmat wisata masyarakat luas baik dalam skala domestik maupun mancanegara. Dalam mengangkat potensi budaya lokal tema perancangan diambil “Neo-Vernacular Architecture” dimana tema ini menghadirkan rancangan yang mengangkat karakteristik lokal secara spesifik sebagai identitas budaya lokal. Strategi korelasi tema dan objek rancangan dikolaborasikan dalam elemen arsitektur seperti pada rancangan atap, material lokal yaitu kayu kumea yang diposisikan pada permainan selubung bangunan.Kata Kunci : Pariwisata, Hotel Resort, Neo-Vernacular Architecture.