Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

UPAYA PEMBIBITAN BIJISARANG SEMUT(Myrmecodiapendans) DENGAN KULTUR JARINGAN Heru Sudrajad
Agriekonomika Vol 1, No 1: April 2012
Publisher : Department of Agribusiness, Faculty of Agriculture, Universitas Trunojoyo Madura, Indonesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agriekonomika.v1i1.349

Abstract

ABSTRAKRecently, to meet the needs of botanicals medicinal plants from the cultivation require good quality and uniform seeds on form and time. Thereby, study of anthill plant breeding (Myrmecodia pendans) with the provision of IBA and BAP through tissue culture is necessary.Tissue culture techniques has advantages because it is not affected by the climate, relatively fast production, free contamination of microbial and do not require large tracts of land. The study was conductedin a laboratorytissue cultureCentral Research andDevelopment ofMedicinal Plantsand Traditional MedicineTawangmangu. Research carried out byadding agrowth regulatorIBAandBAPeach withconcentrations0,2, 4and 6mg/l. The best result obtained  on treatment of  adding IBA and BAP 2 mg/ l during 2 months. It’s indicated by sum of leaf are 2, sum of root are 2 and length of root are 4 mm.Keywords: (Myrmecodia pendans) tissue culture, IBA BAP.
PENGARUH NAA DAN BAP TERHADAP EKSPLAN PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urb.) Heru Sudrajad; Didik Suharto; Fauzi .
Agrovigor Vol 8, No 1 (2015): MARET
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agrovigor.v8i1.744

Abstract

Pegagan (Centella asiática (L.) Urb.) representing one of theplant which good of as drug. Plantof pegagan (Centella asiática (L.) Urb.) good of  to launch the urine, degrading blood pressure and quicken to heal the hurt. Ready of the seed for the crop of drug which require to be paid attention by quality from itself seed. One of the alternative to get the uniform seed and a flash in the pan is with the technique of tissue culture. Tissue culturelaboratory research was conducted Researchand Development Center for Medicinal Plantsand Traditional MedicineTawangmangu. Research Method use the Random Device of Complete Group at MS (Murashige Skoog) media with the treatment ofplant growth regulator the NAA concentration 0, 1, 3 and 5 mg / l and BAP concentration 0, 1, 2, 3 and 4 mg / l). Result of research show the combination of  giving of NAA 1 until 3 mg / l and BAP 1 until 5 mg / l of is condition of explan experience of the change become the callus. Treatment of combination NAA 3 mg / l and BAP 4 mg / l give the best result to callus forming with the quicker callus forming time that is 25 day. Keywords : Pegagan, Centella asiática (L.) Urb., tissue culture, NAA, BAP
UPAYA INISIASI KALUS TABAT BARITO (Ficus deltoidea Jack) DENGAN KULTUR JARINGAN Heru Sudrajad; Didik Suharto
Agrovigor Vol 7, No 1 (2014): Maret
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.413 KB) | DOI: 10.21107/agrovigor.v7i1.1425

Abstract

PENGARUH PENAMBAHAN SITOKININ PADA SENYAWA FLAVONOID KALUS (Echinacea purpurea L) Heru Sudrajad; Saryanto )
Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik Prosiding Seminar Nasional "Peranan dan Kontribusi Herbal dalam Terapi Penyakit Degeneratif"
Publisher : Universitas Wahid Hasyim Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.031 KB) | DOI: 10.31942/jiffk.v0i0.387

Abstract

Kultur jaringan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan metabolit sekunder. Echinacea purpurea L merupakan salah satu tanaman obat yang berkhasiat merangsang sistem kekebalan tubuh (imunostimulator). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh Benzyl aminopurin terhadap kalus dan senyawa flavonoid Echinacea purpurea L pada media Murashige dan Skoog (MS). Pelaksanaan  penelitian  yaitu eksplan dari daun Echinacea purpurea L ditumbuhkan pada media MS yang diperkaya dengan zat pengatur tumbuh Benzyl aminopurin (BAP) dengan konsentrasi 1, 2, 3 dan 4  mg/l. Hasil kalus yang diperoleh kemudian dilakukan uji reaksi warna dengan kertas kromatografi (kuantitatif), kemudian dilanjutkan dengan spektrofotometri (kuantitatif). Sebagai  pembanding daun tanaman asal Echinacea purpurea L juga dilakukan uji yang sama. Hasil yang diperoleh menunjukkan keberhasilan membentuk kalus 80% pada konsentrasi BAP 3 dan 4 mg/l dengan rata-rata waktu induksi kalus 4,7 - 5,6 hari. Hasil reaksi warna menunjukkan noda warna merah yang menunjukkan adanya flavonoid. Kadar flavonoid total kalus Echinacea purpurea L pada konsentrasi 4 mg/l yaitu 0,28%.  Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan BAP dapat meningkatkan pertumbuhan kalus secara kultur jaringan dan mempunyai kadar flavonoid  0,28 % sama  dengan daun Echinacea purpurea L.   Kata kunci : Echinacea  purpurea L, Benzyl aminopurin , Murashige dan Skoog
UJI AKTIVITAS ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza Roxb.) SECARA IN VITRO TERHADAP Candida albicans Heru Sudrajad; Firman Al Al Azar
Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik Prosiding Seminar Nasional "Peranan dan Kontribusi Herbal dalam Terapi Penyakit Degeneratif"
Publisher : Universitas Wahid Hasyim Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (125.499 KB) | DOI: 10.31942/jiffk.v0i0.384

Abstract

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan tanaman obat-obatan yang tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae) sering dimanfaatkan masyarakat baik sebagai bumbu masakan maupun digunakan sebagai bahan obat.Temu lawak diketahui mengandung senyawa kimia kurkuminoid dan minyak atsiri. Negara Indonesia memiliki iklim tropis dengan udara lembab dan panas. Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi terutama di negara-negara tropis. Tujuan penelitian untuk mengetahui aktivitas minyak atsiri rimpang temu lawak terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans. Penelitian dengan menggunakan konsentrasi minyak atsiri masing-masing 0,25; 0,3; 0,35; 0,4; 0,45 dan 0,5%. Ketokonazol 2% dan metanol sebagai baku pembanding kontrol positif dan negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri rimpang temu lawak dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans. Semakin besar konsentrasi maka rata-rata diameter pertumbuhan jamur semakin menurun. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri konsentrasi 0,25 sampai 0,5% dapat menghambat  pertumbuhan Candida albicans. Diamater daya hambat paling besar diperoleh pada minyak atsiri rimpang temu lawak  dengan konsentrasi 0,5% dan diamater daya hambat paling kecil diperoleh dari minyak atsiri rimpang temulawak dengan konsentrasi 0,25%. Kata kunci: Curcuma xanthorriza Roxb., Candida albicans,minyak atsiri, invitro