Agus P. Kartono
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

KELIMPAHAN DAN SEBARAN POPULASI PESUT MAHAKAM (Orcaella brevirostris Gray, 1866) DI SUNGAI MAHAKAM KALIMANTAN TIMUR (Abundance and Distribution of Mahakam Irrawaddy Dolphin (Orcaella brevirostris Gray, 1866) in Mahakam River, East Kalimantan)* Noor, Ivan Yusfi; Basuni, Sambas; Kartono, Agus P.; Kreb, Danielle
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 10, No 3 (2013): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (812.948 KB)

Abstract

Pesut mahakam (Orcaella brevirostris Gray, 1866) berstatus kritis, sehingga mendapat prioritas konservasi. Untuk mendukung upaya konservasinya diperlukan data dan informasi tentang populasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang jumlah individu, angka kematian dan kelahiran pesut mahakam; pemetaan sebaran serta memperoleh informasi jarak jelajah hariannya. Pendugaan jumlah individu pesut mahakam dilakukan dengan menggunakan metode capture-mark-and recapture berdasarkan identifikasi foto sirip punggung.  Angka kematian dan kelahiran pesut dikumpulkan melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawacara.  Jarak jelajah harian pesut dihitung berdasarkan trayek pergerakan focal group yang diikuti selama 8-11 jam.  Hasil penelitian yaitu jumlah individu pesut pada tahun 2012 sebanyak 92 individu.Jumlah kematian sebesar enam individu, sedangkan jumlah kelahirannya adalah lima individu.  Jarak jelajah rata-rata harian pesut adalah 27,3 km.  Penelitian ini juga menemukan bahwa telah terjadi perubahan sebaran pesut di Sungai Mahakam. Pesut mahakam tidak lagi mendiami wilayah Muara Pahu-Penyinggahan yang sebelumnya merupakan habitat intinya.  Saat ini, pesut-pesut terkonsentrasi di lokasi lain yakni Pela-Muara Kaman.
FRAGMENTASI HUTAN ALAM LAHAN KERING DI PROVINSI JAWA TENGAH Gunawan, Hendra; Prasetyo, Lilik B.; Mardiastuti, Ani; Kartono, Agus P.
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 7, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hutan alam di Provinsi Jawa Tengah terus mengalami penurunan luas dan fragmentasi sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan. Hal ini tentu berdampak negatif pada kelangsungan hidup keanekaragaman hayatiyang terkandung di dalamnya. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi tentang proses dan laju fragmentasi hutan alam lahan kering di Provinsi Jawa Tengah dan informasi mengenai kemungkinan dampaknya bagi kelestarian keanekaragaman satwaliar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama 16 tahun (1990-2006) Provinsi Jawa Tengah telah kehilangan hutan alam lahan kering seluas 446.561,09 ha atau88%. Sisa-sisa hutan alam lahan kering umumnya ada di puncak-puncak gunung yang sulit diakses oleh aktivitas manusia. Fragmentasi hutan alam di Jawa Tengah yang terjadi antara tahun 1990-2000 telahmenyebabkan peningkatan Total Edge (TE) dari 42,43 km menjadi 133,88 km. Dari tahun 2000-2006, seiring dengan hilangnya fragment-fragment hutan (proses attrition) total edge menurun menjadi 8,75 km.  EdgeDensity (ED) hutan alam lahan kering di Provinsi Jawa Tengah juga mengalami peningkatan dari tahun 19902000, yaitu dari 151.061,8 m2 menjadi 473.200,6 m2 . Edge density kembali menurun seiring hilangnyabeberapa fragment hutan menjadi 31.076,6 m2  pada tahun 2006. Fragmentasi hutan alam lahan kering di Provinsi Jawa Tengah umumnya disebabkan oleh konversi menjadi lahan pertanian, hutan tanaman,perkebunan, pemukiman, dan pembangunan infrastruktur, seperti jalan arteri, jalan tol serta jaringan listrik tegangan tinggi (SUTET). Fragmentasi hutan di Provinsi Jawa Tengah harus dihentikan. Penataan ruang yangmemperhatikan bukan saja proporsi luas hutan tetapi juga kekompakan dan konektivitas antar kelompok hutan harus diimplementasikan. Untuk menghambat laju kepunahan dan meningkatkan survival satwaliayang ada di hutan terfragmentasi, maka perlu dibuat koridor dan perluasan habitat dengan menambahkazona penyangga. Kawasan hutan negara yang tidak berhutan perlu dihutankan kembali. Hutan produksi hardifungsikan sebagai perluasan habitat dan koridor antar habitat satwa yang terfragmentasi
SEBARAN POPULASI DAN SELEKSI HABITAT MACAN TUTUL JAWA, Panthera pardus melas Cuvier 1809 DI PROVINSI JAWA TENGAH Gunawan, Hendra; Prasetyo, Lilik B.; Mardiastuti, Ani; Kartono, Agus P.
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 9, No 4 (2012): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 ABSTRAK Lebih dari dua dekade sebaran macan tutul jawa di Jawa Tengah tidak termonitor.  Dengan laju deforestasi yang cukup tinggi dikhawatirkan sebaran populasi macan tutul jawa di provinsi ini telah banyak berkurang dan terjadi kepunahan di beberapa lokasi.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran populasi dan seleksi habitat macan tutul jawa di Provinsi Jawa Tengah.   Pengumpulan data keberadaan macan tutul dilakukan melalui kuesioner, wawancara, dan pengecekan lapangan untuk mencatat pposisi GPS macan tutul. Titik-titik GPS lokasi macan tutul diplotkan ke peta kawasan hutan Provinsi Jawa Tengah.  Penghitungan indeks seleksi habitat menggunakan rumus indeks Neu.  Penelitian ini menemukan 48 titik lokasi macan tutul yang tersebar di lima tipe hutan yaitu di hutan pinus (43,8%), hutan jati (27,1%), hutan  alam pegunungan (14,5%), hutan tanaman campuran (8,3%), dan hutan alam dataran rendah (6,3%). Daerah sebaran macan tutul jawa meliputi ketinggian 0 m hingga lebih dari 1.000 m di atas permukaan laut.  Terdapat 15 lokasi macan tutul yang diduga sudah mengalami kepunahan lokal.   Macan tutul melakukan seleksi terhadap habitatnya  (P = 0,01).  Hutan alam dataran rendah memiliki nilai indeks seleksi tertinggi (8,5560) diikuti oleh hutan tanaman campuran (5,8911), hutan alam pegunungan (2,9795), hutan tanaman pinus (1,1758), dan hutan jati (0,4769).
HABITAT MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas Cuvier 1809) DI LANSKAP HUTAN PRODUKSI YANG TERFRAGMENTASI Gunawan, Hendra; Prasetyo, Lilik B.; Mardiastuti, Ani; Kartono, Agus P.
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 6, No 2 (2009): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Macan tutul jawa (Panthera pardus melas Cuvier 1809) merupakan spesies kunci ekosistem hutan di Jawa yang sedang mengalami ancaman kepunahan akibat fragmentasi habitat. Di Provinsi Jawa Tengah 83,84% hutannya merupakan hutan produksi yang dikelola oleh Perum Perhutani dan terbagi dalam 20 unit pengelolaan (Kesatuan Pemangkuan Hutan).  Oleh karena itu kelestarian macan tutul sangat tergantung pada keadaan hutan produksi tersebut. Sejak krisis moneter, hutan produksi di Jawa Tengah terus mengalami deforestasi dan fragmentasi, sehingga mengancam kelestarian macan tutul.  KPH Kendal merupakan salah satu  daerah penyebaran macan tutul  di  hutan tanaman jati.  Penelitian ini  bertujuan  untuk  mengetahui karakteristik habitat macan tutul di lanskap hutan tanaman yang sedang mengalami fragmentasi.   Hasil penelitian ini menemukan bahwa di KPH Kendal terdapat tiga populasi macan tutul yang terpisah akibat fragmentasi oleh jalan, perkampungan, dan lahan pertanian.  Fragmentasi hutan ditandai oleh peningkatan jumlah  Patch,  penurunan luas  Class  Area,  peningkatan Total  Edge,  penurunan Core  Area  Index,  dan peningkatan Mean Shape Index.  Fragmentasi habitat macan tutul di KPH Kendal disebabkan oleh okupasi hutan untuk pertanian, konversi untuk pemukiman, pembangunan jalan, jaringan listrik SUTET, dan sistem silvikultur tebang habis.  Fragmentasi ini  menyebabkan isolasi populasi, degradasi kualitas habitat, dan penyempitan habitat yang secara sendiri atau bersama-sama mengancam kelestarian macan tutul.   Macan tutul  memilih fitur-fitur habitat tertentu untuk berbagai aktivitasnya, seperti tempat  berlindung, tempat melindungi dan memelihara anak, tempat berburu, tempat istirahat, tempat mengasuh anak, dan tempat untuk penandaan teritori. Terdapat 18 jenis satwa yang potensial menjadi mangsa macan tutul di KPH Kendal, tetapi macan tutul memiliki preferensi terhadap kijang (Muntiacus muntjak zimmermann, 1780), monyet abu- abu (Macaca fascicularis Raffles, 1821), lutung (Trachipitecus auratus Geoffroy, 1812), babi hutan (Sus scrofa Linnaeus, 1758), dan anjing kampung (Canis familiaris Linnaeus, 1758) sebagai mangsanya. 
Karakteristik Tipe Pakan Kelelawar Pemakan Buah dan Nektar di Daerah Perkotaan: Studi Kasus di Kebun Raya Bogor Soegiharto, Sri; Kartono, Agus P.
JURNAL BIOLOGI INDONESIA Vol 6, No 1 (2009): JURNAL BIOLOGI INDONESIA
Publisher : Perhimpunan Biologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (92.349 KB) | DOI: 10.14203/jbi.v6i1.3176

Abstract

ABSTRACTFood TypeCharacteristic of the Fruit Bats at Urban Area: A Case Study in Bogor BotanicalGarden, West Jawa. Bats have important role on seed dispersal and or plant pollinator. Theidentification of flower and their pollens as the feed resource for bats was conducted in BogorBotanical Gargen. The resultsof this study showed that Eonycteris spelaea male has interestsin with personatus corola type flower, while the female in disk type. Furthermore the male ofMacroglossus sobrinus has interested in rotatus, tubulosus, and perferesence, corola types.Where as the female has interest in campanulatus type. The campanulatus and papilionaceustypes has a potential to be visitd by Cynopterus minutus male and female of C. sphinx;Urceolatus type has important for female of C. titthaheileus and C. brachyotis. The male ofMacroglossus sobrinus and female of Eonycteris spelaea has interests to visit the flower withsuboblate and prolate spheroidal pollen types; prolate pollen type has importance for themale of Eonycteris spelaea; oblate type for the male of C. minutus, C. brachyotis and C.titthaheileus; oblate spheroidal for the female of Rousettus amplexicaudatus and male of C.sphinx. The male of C. titthaheileus and female of Macroglossus sobrinus has interests ingigantic type (>200 ì m), while the female of C. sphinx, C. brachyotis and R. amplexicaudatuslike permagnae type (100-200 ì m).Key words: Fruit bats, pollen identification, urban areaKata kunci: Kelelawar buah, pollen, identifikasi, perkotaan
Pengelompokan Kelelawar Pemakan Buah dan Nektar Berdasarkan Karakteristik Jenis Pakan Polen di Kebun Raya Bogor, Indonesia Soegiharto, Sri; Kartono, Agus P.; Maryanto, Ibnu
JURNAL BIOLOGI INDONESIA Vol 6, No 2 (2010): JURNAL BIOLOGI INDONESIA
Publisher : Perhimpunan Biologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jbi.v6i2.3161

Abstract

ABSTRACTThe Grouping of Fruit Bats Based on Pollend Type Characterized as Food Resources inBogor Botanical Garden, Indonesia. A study was conducted to identify pollen consummedby fruits bat in Bogor Botanical Garden from March 2008 to June 2009. The types of crown ofthe flower, pollen and pollen size which chosen by fruit bats were analysed by using highdetrended canonical correspondent. The result indicated that there are three major groups ofbats based on the similarities of food type or flower resources consumed by fruit bats. Thegroups were (1) males of Macroglossus sobrinus and the females of Eonycteris spelaea, (2)Cynopterus brachyotis and the females of C. minutus, and (3) males and females of C.titthaheileus, females of C. brachyotis and Macroglossus sobrinus, males of C. sphinx and C.minutus, and females of C. sphinx.Key words: Megachiroptera, pollend, seed distribution,
DINAMIKA POPULASI DAN KERUSAKAN POHON TEMPAT BERTENGGER KALONG (PTEROPUS VAMPYRUS) DI KEBUN RAYA BOGOR Soegiharto, Sri; Kartono, Agus P.; Maryanto, Ibnu
JURNAL BIOLOGI INDONESIA Vol 15, No 2 (2019): JURNAL BIOLOGI INDONESIA
Publisher : Perhimpunan Biologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jbi.v15i2.3810

Abstract

ABSTRACTThe study on population dynamic and  roosting trees damage by flying fox was conducted for 16 months (March 2008-June 2009) in Bogor Botanical Garden.  Recording of individual flying fox was carried out by use direct observation in the roosting trees habitat at 9.00-15.00, with one replication every week. The result indicated that in 2008 the total flying fox were 420 individuals and in 2009 were 563 individuals (160 juveniles, 218 adult females and 185 adult males). The natality and mortality rate in this location is 0.0214 and 0.0099 respectively. The flying fox population growth can be predicted using exponential equation is N(t+1)=563(1.8395)t.  The study also indicated that in the KRB there are 9 individual trees which are the main perch, 2 individual trees of Pterodotus alata, Pterocarpus indicus, and Shorea leprosula, and each 1 individual tree of the species  Dipterocarpus cornutus, Ficus drupacea, and Syzygium syzygioides. The extent of damage to the tree where the perch is very dependent on the diameter of the canopy, bat population size in one tree, and time periods per roosting season.  Keywords: Population Dynamic, Flying Fox (Pteropus vampyrus), Bogor Botanical Garden
KARAKTERISTIK TIPE PAKAN KELELAWAR PEMAKAN BUAH DAN NEKTAR DI DAERAH PERKOTAAN: STUDI KASUS DI KEBUN RAYA BOGOR Soegiharto, Sri; Kartono, Agus P.
JURNAL BIOLOGI INDONESIA Vol 6, No 1 (2009): JURNAL BIOLOGI INDONESIA
Publisher : Perhimpunan Biologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jbi.v6i1.3176

Abstract

ABSTRACTFood TypeCharacteristic of the Fruit Bats at Urban Area: A Case Study in Bogor BotanicalGarden, West Jawa. Bats have important role on seed dispersal and or plant pollinator. Theidentification of flower and their pollens as the feed resource for bats was conducted in BogorBotanical Gargen. The resultsof this study showed that Eonycteris spelaea male has interestsin with personatus corola type flower, while the female in disk type. Furthermore the male ofMacroglossus sobrinus has interested in rotatus, tubulosus, and perferesence, corola types.Where as the female has interest in campanulatus type. The campanulatus and papilionaceustypes has a potential to be visitd by Cynopterus minutus male and female of C. sphinx;Urceolatus type has important for female of C. titthaheileus and C. brachyotis. The male ofMacroglossus sobrinus and female of Eonycteris spelaea has interests to visit the flower withsuboblate and prolate spheroidal pollen types; prolate pollen type has importance for themale of Eonycteris spelaea; oblate type for the male of C. minutus, C. brachyotis and C.titthaheileus; oblate spheroidal for the female of Rousettus amplexicaudatus and male of C.sphinx. The male of C. titthaheileus and female of Macroglossus sobrinus has interests ingigantic type (>200 ì m), while the female of C. sphinx, C. brachyotis and R. amplexicaudatuslike permagnae type (100-200 ì m).Key words: Fruit bats, pollen identification, urban areaKata kunci: Kelelawar buah, pollen, identifikasi, perkotaan
PENGELOMPOKAN KELELAWAR PEMAKAN BUAH DAN NEKTAR BERDASARKAN KARAKTERISTIK JENIS PAKAN POLEN DI KEBUN RAYA BOGOR, INDONESIA Soegiharto, Sri; Kartono, Agus P.; Maryanto, Ibnu
JURNAL BIOLOGI INDONESIA Vol 6, No 2 (2010): JURNAL BIOLOGI INDONESIA
Publisher : Perhimpunan Biologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jbi.v6i2.3161

Abstract

ABSTRACTThe Grouping of Fruit Bats Based on Pollend Type Characterized as Food Resources inBogor Botanical Garden, Indonesia. A study was conducted to identify pollen consummedby fruits bat in Bogor Botanical Garden from March 2008 to June 2009. The types of crown ofthe flower, pollen and pollen size which chosen by fruit bats were analysed by using highdetrended canonical correspondent. The result indicated that there are three major groups ofbats based on the similarities of food type or flower resources consumed by fruit bats. Thegroups were (1) males of Macroglossus sobrinus and the females of Eonycteris spelaea, (2)Cynopterus brachyotis and the females of C. minutus, and (3) males and females of C.titthaheileus, females of C. brachyotis and Macroglossus sobrinus, males of C. sphinx and C.minutus, and females of C. sphinx.Key words: Megachiroptera, pollend, seed distribution,
DINAMIKA POPULASI DAN KERUSAKAN POHON TEMPAT BERTENGGER KALONG (PTEROPUS VAMPYRUS) DI KEBUN RAYA BOGOR Soegiharto, Sri; Kartono, Agus P.; Maryanto, Ibnu
JURNAL BIOLOGI INDONESIA Vol 15, No 2 (2019): JURNAL BIOLOGI INDONESIA
Publisher : Perhimpunan Biologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jbi.v15i2.3810

Abstract

ABSTRACTThe study on population dynamic and  roosting trees damage by flying fox was conducted for 16 months (March 2008-June 2009) in Bogor Botanical Garden.  Recording of individual flying fox was carried out by use direct observation in the roosting trees habitat at 9.00-15.00, with one replication every week. The result indicated that in 2008 the total flying fox were 420 individuals and in 2009 were 563 individuals (160 juveniles, 218 adult females and 185 adult males). The natality and mortality rate in this location is 0.0214 and 0.0099 respectively. The flying fox population growth can be predicted using exponential equation is N(t+1)=563(1.8395)t.  The study also indicated that in the KRB there are 9 individual trees which are the main perch, 2 individual trees of Pterodotus alata, Pterocarpus indicus, and Shorea leprosula, and each 1 individual tree of the species  Dipterocarpus cornutus, Ficus drupacea, and Syzygium syzygioides. The extent of damage to the tree where the perch is very dependent on the diameter of the canopy, bat population size in one tree, and time periods per roosting season.  Keywords: Population Dynamic, Flying Fox (Pteropus vampyrus), Bogor Botanical Garden