Muhammad Ali Imron
Department Of Forest Resources Conservation, Faculty Of Forestry, Universitas Gadjah Mada, Komplek Agro No. 1, Bulaksumur, Yogyakarta, Indonesia 55280

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

A Three Decades Assessment of Forest Cover Changes in The Mountainous Tropical Forest of Timor Island, Indonesia Eko Pujiono; Ronggo Sadono; Hartono Hartono; Muhammad Ali Imron
Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. 25 No. 1 (2019)
Publisher : Institut Pertanian Bogor (IPB University)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (43.116 KB) | DOI: 10.7226/jtfm.25.1.51

Abstract

The Mutis Timau Forest Complex (MTFC), a remained mountainous tropical forest area in Timor Island, located in Indonesia and Timor-Leste border region, tends to decrease gradually. Unfortunately, declined forest area and their rates are not explained by reliable spatial and quantitative information. This study attempts to assess the extent and rate of forest cover changes in the MTFC during the last 30 years. We used Landsat images on three different dates: 1987, 1999, and 2017. Then, we applied a hybrid classification approach that combines the application of Forest Canopy Density model-obtained from four biophysical indices and supervised classification-maximum likelihood classification to generate land cover maps. Finally, we detected forest cover change by comparing land cover map in different years. Results illustrated that the extent and annual rate of deforestation, forest degradation, forest regrowth, and afforestation during 1987–2017 were 2,232 ha (0.36%), 4,820 ha (1.10%), 1,475 ha (0.69%), and 1,252 ha (0.40%), respectively. Such results are important for the MTFC authority to establish appropriate plan and strategies in forest management activities and can be used to support some policies/programs for combating deforestation and forest degradation.
SELEKSI HABITAT LUTUNG JAWA (Trachypithecus auratus E. Geoffroy SaintHilaire, 1812) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI ) Qurrotu Ayunin; Satyawan Pudyatmoko; Muhammad Ali Imron
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 11, No 3 (2014): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2014.11.3.261-279

Abstract

Penurunan populasi lutung jawa (Trachypithecus auratus  E. Geoffroy Saint-Hilaire, 1812) yang disebabkan oleh perburuan dan degradasi habitat membutuhkan penangangan konservasi sesegera mungkin. Upayakonservasi dapat dilakukan secara efektif dan efisien, jika kebutuhan satwa tersebut diketahui. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik habitat yang disukai lutung jawa di level area jelajah dan tapak mikro. Penelitian dilakukan di Taman Nasional Gunung Merapi. Metode penelitian adalah dengan analisis vegetasi pada tingkat pohon dan tiang di plot yang tersedia, yang disusunsecara sistematis (metode systematic sampling, jarak antar plot 300 m) dengan intensitas sampling 0,45% serta pada plot yang digunakan, yang diidentifikasi dengan metode pencarian dengan sampling.Uji Chi kuadrat dilakukan untuk mengidentifikasi terjadinya seleksi habitat. Regresi logistik dilakukan untuk memprediksi variabel yang memengaruhi probabilitas kehadiran lutung jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik habitat yang diseleksi lutung jawa di level area jelajah adalah: berada pada ketinggian 1.500-2.000 m dpl, kelerengan lebih dari 45%, LBDS pohon tinggi, pohon pakan melimpah dan jauh dari gangguan manusia. Berdasarkan analisis regresi logistik, probabilitas kehadiran lutung jawa  meningkat dengan semakin meningkatnya LBDS pohon, jumlah pohon pakan, ketinggian dan jarak dari gangguan. Probabilitas kehadiran lutung jawa  semakin menurun jika jumlah pohon semakin banyak dan jauh dari sungai
KARAKTERISTIK DAN POTENSI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BUKIT DATUK DALAM PENGELOLAAN HUTAN PATRA SEROJA PT. PERTAMINA RU II DUMAI PROVINSI RIAU (Characteristics and Empowerment Potential of Bukit Datuk Community in Patra Seroja Forest Management PT. Pertamina RU II Dumai, Riau Province) Denni Susanto; Heni Puji Astuti; Muhammad Ali Imron; Arizal Arizal
Journal Penelitian Kehutanan FALOAK Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Kehutanan Faloak
Publisher : Balai Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpkf.2021.5.2.90-102

Abstract

AbstractThis study aimed to determine the characteristics and empowerment potential program for the Bukit Datuk community in maintaining biodiversity in the Patra Seroja forest PT. Pertamina RU II Dumai. The study used qualitative approach through literature study, field observations, and interviews. Interviews were conducted with 10 key informants and 30 respondents who were determined using purposive sampling. The results showed that the majority of the Bukit Datuk community had a high education level (32.03%) and the type of livelihood was self-employed (12.67%) as the potential supporter of empowerment. Empowerment programs for the Bukit Datuk community included strengthening community groups, the formation of community groups that have interaction with forest area, developing natural resources on private/village land, participatory mapping and conflict resolution on oil palm estate problems, and enhancing public awareness and developing supporting infrastructure for waste management around the Patra Seroja Forest.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan potensi pemberdayaan masyarakat Bukit Datuk dalam menjaga keanekaragaman hayati di Hutan Patra Seroja PT. Pertamina RU II Dumai. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif melalui studi pustaka, observasi lapangan, dan wawancara. Wawancara dilakukan terhadap 10 informan kunci dan 30 masyarakat yang ditentukan dengan menggunakan purposive sampling. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Bukit Datuk memiliki tingkat pendidikan SLTA (32,03%) dan jenis pekerjaan wiraswasta (12,67%) sebagai potensi pendukung pemberdayaan. Program pemberdayaan masyarakat Bukit Datuk di antaranya adalah pembentukan kelompok masyarakat yang memiliki interaksi terhadap kawasan hutan, penguatan kelompok masyarakat, pengembangan sumber daya alam di lahan milik/desa, pemetaan partisipatif serta penerapan solusi jalan tengah permasalahan lahan sawit dan peningkatan kesadaran masyarakat serta pengembangan sarana prasarana pendukung pengelolaan sampah sekitar Hutan Patra Seroja.
The Use of Forest Refugia by Ungulate After the 2015'Fire in Tesso Nilo National Park, Riau-Indonesia Wiwid Prayoga; Muhammad Ali Imron
Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. 28 No. 1 (2022)
Publisher : Institut Pertanian Bogor (IPB University)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7226/jtfm.28.1.40

Abstract

Wildfires in Indonesia 2015 burnt forests in many protected areas, including remaining forests in Tesso Nilo National Park. We investigated the extent to which 2015's wildfires affect the remaining habitat and the spatial distribution of ungulates in the park by using satellite images to identify burnt and unburnt forest patches. Habitat conditions and the presence of ungulates indicated by the number of ungulate signs were compared between burnt and unburnt areas. The fire devastated trees at different rates depending on tree life form stages. We found that younger trees were more vulnerable to fire. The abundance of ungulates did not differ significantly between burnt and unburnt areas, but all vegetation characteristics were significantly different (Mann-Whitney U-test p-value < 0.05). We surmise that food such as new shoots or leaves, particularly at the edge of burnt areas, attracted ungulates out of unburnt areas. The remaining forest is relatively small, and the park is under continued pressure from illegal conversion, so any further loss of remaining forest as refugia will likely harm the ungulate population. We recommend that management should prioritize the preservation of remaining pristine habitat and the reduction of fire suppression, especially during the dry season.
Neraca Air Ekosistem Hutan Alam Gambut di Kawasan Taman Nasional (TN) Zamrud, Semenanjung Kampar Riau Hatma Suryatmojo; Muhammad Ali Imron; Rizki Ahmad Arfri; Maryani Maryani
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 19, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2022.19.1.85-100

Abstract

Ekosistem lahan gambut memiliki berbagai fungsi, baik secara hidrologis maupun ekologis. Pemanfaatan dan alih fungsi lahan gambut untuk kepentingan pembangunan dan produksi, telah mengubah keseimbangan ekosistem dan menimbulkan berbagai permasalahan terkait tata airnya. Restorasi ekosistem menjadi salah satu upaya untuk pemulihan fungsi tata air ekosistem gambut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi neraca air pada kawasan dengan fungsi lindung ekosistem gambut. Hasil penerapan Thornthwaite Mather Water Balance pada Sub Kesatuan Hidrologi Gambut di Taman Nasional Zamrud menunjukkan bahwa, kemampuan hutan alam dalam mengembalikan cadangan air di bumi melalui proses evapotranspirasi mencapai 72,5% dari hujan tahunan, dan yang tertinggal dalam wujud surplus air hanya 27,5%. Defisit air untuk kebutuhan evapotranspirasi terjadi pada bulan Juni hingga Oktober, namun kekurangan tersebut masih dapat tercukupi dari adanya simpanan pada tanah gambut.  Surplus air yang menjadi aliran bawah permukaan dan aliran permukaan adalah sebesar 75% dari total surplus tahunan. Sementara itu, potensi air yang tetap tinggal hanya 25% dari surplus tahunan, dan dipergunakan untuk mengisi dan mempertahankan tinggi muka air tanah pada ekosistem gambut. Profil neraca air yang diperoleh pada penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi target pengelolaan neraca air pada kegiatan restorasi ekosistem gambut.
Aktivitas Manusia dan Distribusi Banteng (Bos Javanicus D’alton 1832) di Taman Nasional Alas Purwo Muhammad Ali Imron; Jefri Oloan Sinaga
Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 1, No 2 (2007)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.431 KB) | DOI: 10.22146/jik.1553

Abstract

Human Activities and Distribution of Banteng (Bos Javanicus D’alton 1832) in Alas Purwo National ParkThis study aims to comprehend whether human activities contribute to the presence of banteng (Bos sundaicus d’Alton 1836) in the Alas Purwo National Park (APNP). We laid continuous strip line transects from centre of human activities to the direction of core area of APNP. Three locations were selected: Sadengan grazing area, Giri Salaka Hinduism praying area, and Kutorejo village; representing low to high human disturbance respectively. We collected both direct and indirect presence of banteng as well as human activities within 20 metre strip lines with 10 metre width. Data were compiled each 100 metres and analyzed with means comparison to observe difference among locations. Correlation analyses were used to assess the relation between distance from centre of human activities, human activities and banteng presence. Regression analysis was used when  significant correlations found.Our non parametric test showed that human disturbances are significantly different among sites (Kruskal Wallis Test; df 2 = 6.220, p< 0.05). In similar tendency but different manner, it is showed that the different levels of human disturbance conveyed significant difference in number of banteng’s tracks (Kruskal Wallis Test; df 2 = 18.888, p< 0.05). The distance from centre of human activities is negatively related to number of human tracks (Spearman rho; r2= -0.307 N= 64, p<0.05*) and also to number of banteng’s tracks (Spearman rho, r2= -0.728 N= 30, p<0.05**). The regression analysis showed that number of human tracks explained 18.6% of total variation on number of Banteng’s tracks, while distance from centre of human activities explained 59%.  
Perilaku dan Jelajah Harian Orangutan Sumatera (Pongo abelli Lesson, 1827) Rehabilitan di Kawasan Cagar Alam Hutan Pinus Jantho, Aceh Besar Hadi Sofyan; Satyawan Pudyatmoko; Muhammad Ali Imron
Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 7, No 1 (2013)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (409.976 KB) | DOI: 10.22146/jik.6133

Abstract

Mekanisme adaptasi dari Orangutan Sumatera yang direintroduksi merupakan informasi yang sangat penting bagi kesuksesan program rehabilitasi. Tujuan utama penelitian ini untuk mengeksplorasi perilaku dan jelajah harian dari Orangutan Sumatera rehabilitan di stasiun reintroduksi Orangutan Sumatera kawasan Cagar Alam Hutan Pinus Jantho, Aceh Besar. Metode yang digunakan adalah Instantaneous sampling. Data perilaku dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan ethogram yang mengadopsi dari Standar Pengambilan Data Orangutan. Perilaku harian yang dilakukan Orangutan Sumatera rehabilitan meliputi tiga perilaku utama yaitu istirahat (47,32 %), makan (37 %), bergerak (14,75 %), sosial (0,52 %) dan bersarang (0,41 %). Sebagian besar perilaku Orangutan rehabilitan tidak menunjukkan perbedaan berdasarkan jenis kelamin dan masa reintroduksi. Rata-rata daya jelajah hariannya dari semua individu Orangutan yang diamati berkisar antara 0,7 sampai 26,2 ha. Interaksi dengan manusia pada masa sebelumnya, khususnya pada periode perkembangan Orangutan, dapat mempengaruhi perilaku Orangutan dan mungkin dapat mempengaruhi kesuksesan dalam beradaptasi dengan kondisi di alam.Katakunci: perilaku, Orangutan, daya jelajah harian, cagar alam Jantho Daily Behavior and Range of Rehabilitated Orangutan in the Hutan Pinus Jantho Nature Reserve, Aceh BesarAbstractAdaptation mechanism of reintroduced Sumatran Orangutan is crucial information for successful rehabilitation program. The main objective of this research was to investigate daily behaviors and range ofeight rehabilitated Orangutans in the reintroduction station of Nature Reserve Pine Forest Jantho, Aceh Besar. Data collection was conducted through instantaneous sampling to explore daily behavior and range. The daily activities data were grouped based on ethogram by adopting the standard of Orangutan‘s data collection. The result showed that the proportion of daily behavior of Orangutan Sumatera are 47.32 % resting, 37 % feeding, 14.75 % moving, 0.52 % social interaction and 0.41% nesting activities. There was no different behavior between sex classes and duration of rehabilitation. The average daily range of all focal individuals is 0.7-26.2 ha. Previous interaction with humans, especially during early developmental period, may affect in behaviour of rehabilitated Orangutan Sumatera and probably also influence the adaptation success in the wild.
Menguatkan Kedaulatan Bangsa atas Keanekaragaman Hayati Muhammad Ali Imron
Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 9, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.979 KB)

Abstract

Menguatkan Kedaulatan Bangsa Atas Keanekaragaman Hayati
Modeling The Fate of Sumatran Elephants in Bukit Tigapuluh Indonesia: Research Needs & Implications for Population Management Alexander Markus Moßbrucker; Muhammad Ali Imron; Satyawan Pudyatmoko; Peter-Hinrich Pratje; Sumardi Sumardi
Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 10, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (827.278 KB) | DOI: 10.22146/jik.12622

Abstract

The critically endangered Sumatran elephant persists in mainly small and isolated populations that may require intensive management to be viable in the long term. Population Viability Analysis (PVA) provides the opportunity to evaluate conservation strategies and objectives prior to implementation, which can be very valuable for site managers by supporting their decision making process. This study applies PVA to a local population of Sumatran elephants roaming the Bukit Tigapuluh landscape, Sumatra, with the main goal to explore the impact of pre-selected conservation measures and population scenarios on both population growth rate and extinction probability. Sensitivity testing revealed considerable parameter uncertainties that should be addressed by targeted research projects in order to improve the predictive power of the baseline population model. Given that further habitat destruction can be prevented, containing illegal killings appears to be of highest priority among the tested conservation measures and represents a mandatory pre-condition for activities addressing inbreeding depression such as elephant translocation or the establishment of a conservation corridor.Keywords: Elephas maximus sumatranus; population viability analysis (PVA); Asian elephant; elephant conservation; Vortex Pemodelan Kelestarian dari Gajah Sumatera di Bukit Tigapuluh Indonesia: Kebutuhan Penelitian dan Implikasi untuk Manajemen PopulasiAbstractGajah Sumatera yang berstatus kritis sebagian besar bertahan dalam populasi kecil dan terisolasi membutuhkan pengelolaan intensif agar dapat tetap lestari dalam jangka panjang. Analisis Viabilitas Populasi (Population Viability Analysis, PVA) berpeluang untuk digunakan sebagai sarana evaluasi atas tujuan dan strategi konservasi yang disusun sebelum implementasi, yang akan sangat bermanfaat bagi pengelola kawasan guna mendukung pengambilan keputusan. Studi ini menggunakan PVA pada populasi lokal gajah Sumatera yang menjelajahi lanskap Bukit Tigapuluh, Sumatera, dengan tujuan utama mengeksplorasi dampak atas skenario upaya konservasi dan populasi terpilih terhadap laju pertumbuhan populasi dan probabilitas kepunahan. Uji sensitivitas menunjukkan adanya ketidakpastian atas sejumlah parameter pokok yang seharusnya diteliti untuk meningkatkan kekuatan prediksi atas baseline model populasi. Mengingat kerusakan habitat yang lebih parah dapat dicegah, untuk itu upaya penangkalan pembunuhan ilegal merupakan prioritas tertinggi di antara upaya-upaya konservasi yang sudah diuji dan menjadi prasyarat wajib untuk menjawab masalah kemungkinan dampak perkawinan sedarah (inbreeding depression) seperti translokasi gajah atau membangun koridor konservasi. 
Potensi Konflik Penggembalaan Kuda pada Habitat Rusa Timor (Rusa timorensis Blainville 1822) di Kawasan Tanjung Torong Padang, Nusa Tenggara Timur Kayat Kayat; Satyawan Pudyatmoko; Muchammad Maksum; Muhammad Ali Imron
Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 11, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (545.696 KB) | DOI: 10.22146/jik.24866

Abstract

Penggembalaan ternak telah diyakini memengaruhi keberadaan satwa liar, termasuk rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822) melalui kompetisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggembalaan lepas ternak kuda yang dimiliki oleh masyarakat lokal di kawasan Tanjung Torong Padang, Nusa Tenggara Timur menjadi pesaing bagi rusa timor. Observasi lapangan dan wawancara dengan pemilik kuda dilakukan untuk menentukan distribusi kuda di habitat rusa timor. Preferensi pakan dari ternak kuda dan rusa timor dikumpulkan menggunakan identifikasi spesies dari kotoran dan dibandingkan dengan plot berukuran 1 x 1 m2 di daerah makan dari kedua hewan tersebut selama musim kering dan hujan pada 2014 dan 2015. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada indikasi yang jelas dari persaingan antara rusa timor dan penggembalaan liar kuda di kawasan Tanjung Torong Padang. Rusa timor dan kuda tidak terjadi tumpang tindih spasial dalam distribusi mereka di lokasi tersebut. Ternak kuda menempati savana perbukitan, sedangkan rusa lebih suka menempati savana dengan pohon rengit (Albizia lebbeck (L.) Benth) dan lembah dengan vegetasi hutan tropis kering. Selain itu, rusa timor lebih menyukai makan semak dan dedaunan (browser), sementara kuda lebih menyukai rumput (grazer). Kehadiran ternak lepas kuda di kawasan Tanjung Torong Padang tidak berpengaruh negatif untuk rusa timor dan habitatnyaConflict Potential of Free-Roaming Horse Grazing on Timor Deer (Rusa timorensis Blainville 1822) Habitat in Torong Padang Cape Area, East Nusa TenggaraAbstractLivestock grazing had been believed to affect on the existence of wildlife, including the timor deer (Rusa timorensis Blainville 1822) through competition. This study aimed to determine whether the free-roaming horse grazing owned by local communities in Torong Padang Cape, East Nusa Tenggara become a competitor for timor deer. Field observations and interviews with horse owners were carried out to determine the distribution of horse in timor deer habitat. Food preference of both horse and timor deer were collected using species identification from feces and compared with 1 x 1 m2 plots at feeding areas of both animals during the dry and rainy seasons in 2014 and 2015. There is no clear indication of competition between timor deer and free-roaming horses in the Torong Padang Cape area.The deer and horse avoided overlapping spatially in their distribution in the Cape. The free-roaming horse mainly occupied hilly savanna, whereas timor deer preferred to occupy savanna with lebbek tree (Albizia lebbeck (L.) Benth) and valleys with tropical dry forest vegetation. In addition, the timor deer prefer to feed shrubs and foliage (browser), while horses prefer grass (grazer). The presence of free-roaming horse in the Torong Padang Capearea does not affect negatively for the timor deer and its habitat.