Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

SELEKSI HABITAT LUTUNG JAWA (Trachypithecus auratus E. Geoffroy SaintHilaire, 1812) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI ) Ayunin, Qurrotu; Pudyatmoko, Satyawan; Imron, Muhammad Ali
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 11, No 3 (2014): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1396.559 KB)

Abstract

Penurunan populasi lutung jawa (Trachypithecus auratus  E. Geoffroy Saint-Hilaire, 1812) yang disebabkan oleh perburuan dan degradasi habitat membutuhkan penangangan konservasi sesegera mungkin. Upayakonservasi dapat dilakukan secara efektif dan efisien, jika kebutuhan satwa tersebut diketahui. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik habitat yang disukai lutung jawa di level area jelajah dan tapak mikro. Penelitian dilakukan di Taman Nasional Gunung Merapi. Metode penelitian adalah dengan analisis vegetasi pada tingkat pohon dan tiang di plot yang tersedia, yang disusunsecara sistematis (metode systematic sampling, jarak antar plot 300 m) dengan intensitas sampling 0,45% serta pada plot yang digunakan, yang diidentifikasi dengan metode pencarian dengan sampling.Uji Chi-kuadrat dilakukan untuk mengidentifikasi terjadinya seleksi habitat. Regresi logistik dilakukan untuk memprediksi variabel yang memengaruhi probabilitas kehadiran lutung jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik habitat yang diseleksi lutung jawa di level area jelajah adalah: berada pada ketinggian 1.500-2.000 m dpl, kelerengan lebih dari 45%, LBDS pohon tinggi, pohon pakan melimpah dan jauh dari gangguan manusia. Berdasarkan analisis regresi logistik, probabilitas kehadiran lutung jawa  meningkat dengan semakin meningkatnya LBDS pohon, jumlah pohon pakan, ketinggian dan jarak dari gangguan. Probabilitas kehadiran lutung jawa  semakin menurun jika jumlah pohon semakin banyak dan jauh dari sungai
ZONASI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI BERDASARKAN SENSITIVITAS KAWASAN DAN AKTIVITAS MASYARAKAT Yuniarsih, Ai; Marsono, Djoko; Pudyatmoko, Satyawan; Sadono, Ronggo
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 11, No 3 (2014): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kawasan Gunung Ciremai ditetapkan sebagai taman nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No 424/Kpts-II/Menhut/2004 tanggal 19 Oktober 2004. Penetapannya menimbulkan konflik di antara tujuankonservasi hutan dan biodiversitas dan tujuan kesejahteraan masyarakat, karena dinilai tidak disertai olehpenataan batas dan rencana pengelolaan yang memadai. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang zonasi TNGC secara spasial berdasarkan sensitivitas kawasan dan aktivitas masyarakatMetode penelitian yang digunakan adalah analisis spasial menggunakan tumpangsusun peta berdasarkanperingkat.Sensitivitas kawasan didasarkan pada analisis kondisi biologi dan fisik kawasan, meliputi analisisdaerah bahaya erosi, daerah tangkapan air, dan daerah perlindungan satwa. Aktivitas masyarakat didasarkanpada jenis dan penyebaran aktivitas masyarakat dalam kawasan TNGC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 36,13% kawasan TNGC diperuntukkan untuk zona inti, 9,36% untuk  zona rimba, 47,89% untuk zonarehabilitasi, 2,09% untuk zona pemanfaatan wisata alam, 4,32% untuk zona pemanfaatan air, 0,11% untuk zona religi, budaya dan sejarah, dan 0,097% kawasan TNGC dimana terdapat fasilitas jalan, saranatelekomunikasi dan listrik yang sudah lama ada sebelum kawasan menjadi taman nasional diperuntukkan sebagai zona khusus 
Javan Leaf Monkey (Trachypithecus auratus) Movement in a Fragmented Habitat, at Bromo Tengger Semeru National Park, East Java, Indonesia Subarkah, M. Hari; Wawandono, Novianto Bambang; Pudyatmoko, Satyawan; Subeno, Subeno; Nurvianto, Sandy; Budiman, Arif
JURNAL BIOLOGI INDONESIA Vol 7, No 2 (2011): JURNAL BIOLOGI INDONESIA
Publisher : Perhimpunan Biologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (139.403 KB) | DOI: 10.14203/jbi.v7i2.3082

Abstract

Pergerakan Lutung budeng (Trachypithecus auratus) didaerah habitat terfragmentasi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur, Indonesia. Pergerakan lutung budeng di daerah habitat terfragmentasi diamati dengan metode transek. Hasil kajian menunjukkan bahwaada empat kelompok masing masing beranggotakan 12 (grup A), 16 (grup B), 15 (grup C) dan 12 lutung (grup D). Penelitian yang dilakukan disekitar hunian penduduk, jalan, hutan terdegradasi dan jalan-jalan setapak mengindikasikan bahwa lutung dalam aktivitas hariannya memerlukan waktu 32,82% diantaranya digunakan untuk makan, 30,97% untuk istirahat dansisanya 31,79 untuk pergerakan perpindahan. Lutung dalam aktivitasnya 50,53% menggunakan wilayah puncak kanopi tumbuhan, 41,99%menggunakan kanopi tumbuhan bagian tengah dan hanya 2,49 % yang menggunakan kanopi bawah.Kata kunci: Lutung budeng (Trachypithecus auratus), habitat terfragmentasi
JAVAN LEAF MONKEY (TRACHYPITHECUS AURATUS) MOVEMENT IN A FRAGMENTED HABITAT, AT BROMO TENGGER SEMERU NATIONAL PARK, EAST JAVA, INDONESIA Subarkah, M. Hari; Wawandono, Novianto Bambang; Pudyatmoko, Satyawan; Subeno, Subeno; Nurvianto, Sandy; Budiman, Arif
JURNAL BIOLOGI INDONESIA Vol 7, No 2 (2011): JURNAL BIOLOGI INDONESIA
Publisher : Perhimpunan Biologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jbi.v7i2.3082

Abstract

Pergerakan Lutung budeng (Trachypithecus auratus) didaerah habitat terfragmentasi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur, Indonesia. Pergerakan lutung budeng di daerah habitat terfragmentasi diamati dengan metode transek. Hasil kajian menunjukkan bahwaada empat kelompok masing masing beranggotakan 12 (grup A), 16 (grup B), 15 (grup C) dan 12 lutung (grup D). Penelitian yang dilakukan disekitar hunian penduduk, jalan, hutan terdegradasi dan jalan-jalan setapak mengindikasikan bahwa lutung dalam aktivitas hariannya memerlukan waktu 32,82% diantaranya digunakan untuk makan, 30,97% untuk istirahat dansisanya 31,79 untuk pergerakan perpindahan. Lutung dalam aktivitasnya 50,53% menggunakan wilayah puncak kanopi tumbuhan, 41,99%menggunakan kanopi tumbuhan bagian tengah dan hanya 2,49 % yang menggunakan kanopi bawah.Kata kunci: Lutung budeng (Trachypithecus auratus), habitat terfragmentasi
SELEKSI HABITAT LUTUNG JAWA (Trachypithecus auratus E. Geoffroy SaintHilaire, 1812) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI ) Qurrotu Ayunin; Satyawan Pudyatmoko; Muhammad Ali Imron
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 11, No 3 (2014): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2014.11.3.261-279

Abstract

Penurunan populasi lutung jawa (Trachypithecus auratus  E. Geoffroy Saint-Hilaire, 1812) yang disebabkan oleh perburuan dan degradasi habitat membutuhkan penangangan konservasi sesegera mungkin. Upayakonservasi dapat dilakukan secara efektif dan efisien, jika kebutuhan satwa tersebut diketahui. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik habitat yang disukai lutung jawa di level area jelajah dan tapak mikro. Penelitian dilakukan di Taman Nasional Gunung Merapi. Metode penelitian adalah dengan analisis vegetasi pada tingkat pohon dan tiang di plot yang tersedia, yang disusunsecara sistematis (metode systematic sampling, jarak antar plot 300 m) dengan intensitas sampling 0,45% serta pada plot yang digunakan, yang diidentifikasi dengan metode pencarian dengan sampling.Uji Chi kuadrat dilakukan untuk mengidentifikasi terjadinya seleksi habitat. Regresi logistik dilakukan untuk memprediksi variabel yang memengaruhi probabilitas kehadiran lutung jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik habitat yang diseleksi lutung jawa di level area jelajah adalah: berada pada ketinggian 1.500-2.000 m dpl, kelerengan lebih dari 45%, LBDS pohon tinggi, pohon pakan melimpah dan jauh dari gangguan manusia. Berdasarkan analisis regresi logistik, probabilitas kehadiran lutung jawa  meningkat dengan semakin meningkatnya LBDS pohon, jumlah pohon pakan, ketinggian dan jarak dari gangguan. Probabilitas kehadiran lutung jawa  semakin menurun jika jumlah pohon semakin banyak dan jauh dari sungai
ZONASI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI BERDASARKAN SENSITIVITAS KAWASAN DAN AKTIVITAS MASYARAKAT Ai Yuniarsih; Djoko Marsono; Satyawan Pudyatmoko; Ronggo Sadono
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 11, No 3 (2014): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2014.11.3.239-259

Abstract

Kawasan Gunung Ciremai ditetapkan sebagai taman nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No 424/Kpts-II/Menhut/2004 tanggal 19 Oktober 2004. Penetapannya menimbulkan konflik di antara tujuankonservasi hutan dan biodiversitas dan tujuan kesejahteraan masyarakat, karena dinilai tidak disertai olehpenataan batas dan rencana pengelolaan yang memadai. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang zonasi TNGC secara spasial berdasarkan sensitivitas kawasan dan aktivitas masyarakatMetode penelitian yang digunakan adalah analisis spasial menggunakan tumpangsusun peta berdasarkanperingkat.Sensitivitas kawasan didasarkan pada analisis kondisi biologi dan fisik kawasan, meliputi analisisdaerah bahaya erosi, daerah tangkapan air, dan daerah perlindungan satwa. Aktivitas masyarakat didasarkanpada jenis dan penyebaran aktivitas masyarakat dalam kawasan TNGC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 36,13% kawasan TNGC diperuntukkan untuk zona inti, 9,36% untuk  zona rimba, 47,89% untuk zonarehabilitasi, 2,09% untuk zona pemanfaatan wisata alam, 4,32% untuk zona pemanfaatan air, 0,11% untuk zona religi, budaya dan sejarah, dan 0,097% kawasan TNGC dimana terdapat fasilitas jalan, saranatelekomunikasi dan listrik yang sudah lama ada sebelum kawasan menjadi taman nasional diperuntukkan sebagai zona khusus 
SELEKSI TIPE HABITAT ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii Lesson 1827) DI CAGAR ALAM SIPIROK, SUMATERA UTARA Wanda Kuswanda; Satyawan Pudyatmoko
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 9, No 1 (2012): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2012.9.1.085-098

Abstract

Kerusakan hutan diperkirakan menyebabkan orangutan memilih tipe-tipe habitat tertentu untuk memperta-hankan kelangsungan hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi pemilihan tipe habitat oleh orangutan sumatera di Cagar Alam Sipirok, Sumatera Utara. Pengumpulan data dilakukan dengan pembuatan plot contoh berbentuk bujur sangkar/square  ukuran 100 m x 100 m secara sistematik dengan jarak 200 meter pada line transect.  Plot untuk mengamati komponen biotik berukuran 20 m x 20 m secara sistematik dengan jarak 300 meter untuk unused plot dan secara search sampling untuk used plot. Analisis data menggunakan indeks kesamaan komunitas Sorensen, MANOVA, indeks seleksi Neu dan Chi-Square test. Seluruh kawasan Cagar Alam Sipirok merupakan habitat potensial untuk digunakan orangutan dengan proporsi luas setiap tipe habitat adalah hutan primer di atas 900-1200 m dpl sebesar 77,4%, hutan primer 600-900 m dpl (12,3%), hutan sekunder (6,1%) dan lahan kering semak belukar (4,3%). Terdapat perbedaan karakteristik vegetasi pada setiap tipe habitat. Pemilihan tipe habitat tertinggi oleh orangutan sebagai tipe habitat yang disukai adalah hutan primer ketinggian 600-900 m dpl dengan nilai rasio seleksi (wi) sebesar 2,210 dan indeks standar seleksi (Bi) sebesar 0,402 dan hutan sekunder (wi= 2,052; Bi= 0,373).  Orangutan di Cagar Alam Sipirok telah beradaptasi dengan area berhutan yang dekat dengan ladang masyarakat lokal.
KOMPOSISI GUILD KOMUNITAS BURUNG DI AREA PANAS BUMI CAGAR ALAM DAN TAMAN WISATA ALAMKAMOJANG JAWA BARAT INDONESIA Diyah Kartikasari; Satyawan Pudyatmoko; Novianto Bambang Wawandono; Pri Utami
Jurnal Hutan Tropis Vol 6, No 2 (2018): Jurnal Hutan Tropis Volume 6 Nomer 2 Edisi Juli 2018
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jht.v6i2.5400

Abstract

This study aims to investigate the response of Bird Communities Guild Composition in Geothermal Area Kamojang Nature Reserve and Kamojang Nature Park West Java Indonesia. We compared the number of species, the number of individuals and the composition of bird guilds of directly affected (DL) and not affected (TL) in Kamojang geothermal working area, Kamojang nature reserve and Kamojang nature park in Bandung regency of West Java Province. The directly affected sites were surrounding production wells or geothermal power plants (30 samples) whereas indirectly affected sites were with distance of 3,000 m to 9,000 m from those facilities (42 samples). The data collection was carried out during two seasons; dry and rainy season in (2015-2016). We collected bird community data with the point count method which was placed systematically on each site. We found 124 bird species in CA / TWA Kamojang and 90 species (1560 individuals) of birds at the sample point. The number of species and the number of individual in TL locations is greater than the DL (DL locations = 65 species, 525 individuals; TL sites = 72 species, 1035 individuals). There is a difference of responses between bird communities in the DL and TL sites which is indicated by differences in the mean number of species and number of individuals in each point count.The mean number of species and the number of individual birds per point count in the TL location is greater than DL.The CA / TWA area of Kamojang has seven bird guilds: insectivores, frugivores, granivores, nectarivores, carnivores, piscivores and omnivores. The results of the significance test on the number of species and the number of individuals per guild showed no significant differences between the DL and TL sites, but the birds in DL were commonly found (generalists) and birds found in TL sites were mostly specialist. This proves that the TL location has better environmental conditions or relatively undisturbed.Penelitian ini bertujuan untuk menguji komposisi guild komunitas burung di Area Panas Bumi Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Kamojang. Penulis membandingkan jumlah jenis, jumlah individu dan komposisi guild burung pada lokasi yang terdampak langsung (DL) dan tidak terdampak langsung (TL) di Wilayah Kerja Panas Bumi Kamojang, Cagar Alam Kamojang dan Taman Wisata Alam Kamojang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Lokasi yang terkena dampak langsung berada di sekitar sumur produksi atau pembangkit listrik tenaga panas bumi (30 sampel) sedangkan lokasi yang tidak terdampak langsung adalah dengan jarak 3.000 m sampai 9.000 m dari fasilitas tersebut (42 sampel). Pengumpulan data dilakukan selama dua musim; musim kemarau dan penghujan (2015-2016). Kami mengumpulkan data komunitas burung dengan metode point count yang ditempatkan secara sistematis di setiap lokasi. Kami menemukan 124 jenis burung di CA/TWA Kamojang dan 90 jenis (1560 individu) burung pada titik contoh. Jumlah jenis dan jumlah individu burung di lokasi TL lebih besar dibanding lokasi DL. (lokasi DL (65 jenis; 525 individu) dan lokasi TL (72 jenis; 1035 individu). Terdapat perbedaan respon antara komunitas burung di lokasi DL dan TL yang ditunjukkan dengan perbedaan rata-rata jumlah jenis dan jumlah individu tiap titik contoh. Rata-rata jumlah jenis dan jumlah individu burung tiap titik contoh pada lokasi TL lebih besar dibandingkan lokasi DL. Kawasan CA/TWA Kamojang mempunyai dari 7 macam guild burung yaitu : insektivora, frugivora, granivora, nektarivora, karnivora, piscivora dan omnivora.Hasil uji signifikansi terhadap jumlah jenis dan jumlah individu setiap guild menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata antara lokasi DL dan TL, namun pada lokasi DL burung-burung yang ditemukan merupakan burung yang umum ditemukan (generalis) dan burung yang ditemukan di lokasi TL sebagian besar merupakan burung spesialis. Hal ini membuktikan bahwa lokasi TL memiliki kondisi lingkungan yang lebih baik atau relatif tidak terganggu.
Nilai Penting Agroforestri, Hutan Rakyat dan Lahan Pertanian dalam Konservasi Keanekaragaman Jenis Burung di Paliyan, Gunung Kidul, Yogyakarta Satyawan Pudyatmoko
Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 2, No 2 (2008)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4878.907 KB) | DOI: 10.22146/jik.835

Abstract

Important Values of Agroforestry, Community Forest, and Agricultural Land on Conservation of Bird Diversity in Paliyan, Gunungkidul, YogyakartaAgroforestry is recognized as a land use management that capable to integrate the need of local peoples and the concern of biodiversity conservation. However, some contradictory results of studies made the importance of agroforestry on conservation of biodiversity questionable. To understand the role of agro­forestry in biodiversity conservation, bird community assemblages of three land use types namely private forests, agroforestry and annual crops were compared. Single belt point count with a radius of 50 m was used to survey birds. In general species diversity in the study area was at a moderate level. Statistically, bird communities between sites did not differ significantly in term of their abundance, species composition, and diversity. It was because patch context plays more important role than patch content. However, it was found that in all community parameter agroforestry area has higher values than those of crops. Consistent with the previous studies, insectivorous birds were the most sensitive to land use changes. The conservation value of Paliyan area was relatively low, because most of species were abundant, and no species inhabit endangered status according to IUCN criteria. Implication of this research was that Paliyan area need a large-compact habitat to conserve high bird diversity.
Perilaku dan Jelajah Harian Orangutan Sumatera (Pongo abelli Lesson, 1827) Rehabilitan di Kawasan Cagar Alam Hutan Pinus Jantho, Aceh Besar Hadi Sofyan; Satyawan Pudyatmoko; Muhammad Ali Imron
Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 7, No 1 (2013)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (409.976 KB) | DOI: 10.22146/jik.6133

Abstract

Mekanisme adaptasi dari Orangutan Sumatera yang direintroduksi merupakan informasi yang sangat penting bagi kesuksesan program rehabilitasi. Tujuan utama penelitian ini untuk mengeksplorasi perilaku dan jelajah harian dari Orangutan Sumatera rehabilitan di stasiun reintroduksi Orangutan Sumatera kawasan Cagar Alam Hutan Pinus Jantho, Aceh Besar. Metode yang digunakan adalah Instantaneous sampling. Data perilaku dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan ethogram yang mengadopsi dari Standar Pengambilan Data Orangutan. Perilaku harian yang dilakukan Orangutan Sumatera rehabilitan meliputi tiga perilaku utama yaitu istirahat (47,32 %), makan (37 %), bergerak (14,75 %), sosial (0,52 %) dan bersarang (0,41 %). Sebagian besar perilaku Orangutan rehabilitan tidak menunjukkan perbedaan berdasarkan jenis kelamin dan masa reintroduksi. Rata-rata daya jelajah hariannya dari semua individu Orangutan yang diamati berkisar antara 0,7 sampai 26,2 ha. Interaksi dengan manusia pada masa sebelumnya, khususnya pada periode perkembangan Orangutan, dapat mempengaruhi perilaku Orangutan dan mungkin dapat mempengaruhi kesuksesan dalam beradaptasi dengan kondisi di alam.Katakunci: perilaku, Orangutan, daya jelajah harian, cagar alam Jantho Daily Behavior and Range of Rehabilitated Orangutan in the Hutan Pinus Jantho Nature Reserve, Aceh BesarAbstractAdaptation mechanism of reintroduced Sumatran Orangutan is crucial information for successful rehabilitation program. The main objective of this research was to investigate daily behaviors and range ofeight rehabilitated Orangutans in the reintroduction station of Nature Reserve Pine Forest Jantho, Aceh Besar. Data collection was conducted through instantaneous sampling to explore daily behavior and range. The daily activities data were grouped based on ethogram by adopting the standard of Orangutan‘s data collection. The result showed that the proportion of daily behavior of Orangutan Sumatera are 47.32 % resting, 37 % feeding, 14.75 % moving, 0.52 % social interaction and 0.41% nesting activities. There was no different behavior between sex classes and duration of rehabilitation. The average daily range of all focal individuals is 0.7-26.2 ha. Previous interaction with humans, especially during early developmental period, may affect in behaviour of rehabilitated Orangutan Sumatera and probably also influence the adaptation success in the wild.