Erliana Nur Azizah, Erliana Nur
Program Diploma 4 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Jl Kolonel Sutarto No 150 K Surakarta

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Penggunaan Abu Gosok Dan Sabun Sebagai Media Alternatif Pengganti Solar Dan Premium Untuk Cuci Tangan Penghilang Lilin Malam Batik Wardanang, Cholis; Prasticha, Amalia; Azizah, Erliana Nur; Rosida, Inayati; Syaiful, Muhammad; Devi, Nita Nurlita; Wahyono, Tri; Widiyaningsih, Vitri; Wulandari, Rita
Proceeding Seminar LPPM UMP Tahun 2014 2014: Proceeding Seminar Nasional LPPM 2014, 20 Desember 2014
Publisher : Proceeding Seminar LPPM UMP Tahun 2014

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Premium dan solar merupakan hasil dari pembentukan unsur kimia yang memiliki dampak pada kesehatan berupa iritasi dan dermatitis bila terkena kulit dan menimbulkan dampak berbahaya jika digunakan secara kontinyu untuk cuci tangan. Percobaan yang telah dilakukan untuk menemukan bahan alternatif pengganti premium dan solar yang digunakan sebagai bahan penghilang lilin malam pada tangan pekerja. Metode yang digunakan yaitu penelusuran literatur, percobaan, dan penyuluhan kepada pekerja batik tulis di Industri Batik Mira, Masaran, Sragen. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil dengan menggunakan tanah liat dan sabun membutuhkan waktu 10 menit 44 detik, percobaan menggunakan pasir & sabun membutuhkan waktu 7 menit 18 detik, menggunakan abu gosok & sabun membutuhkan waktu 3 menit 41 detik, menggunakan bensin membutuhkan waktu 1 menit 2 detik. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu abu gosok merupakan bahan alami yang lebih aman, efektif, dan efisien digunakan sebagai bahan campuran penghilang malam pada tangan pekerja.Kata kunci : abu gosok, sabun, alternatif, cuci tangan, pengganti premium dan solar.
Analisis metode deflasi torniquet langsung, bertahap, dan intermittent terhadap perubahan tekanan darah pada pasien operasi total knee arthroplasty Hidayah, Nurul; Hidayat, Wahyu; Mu’alim, Aziz; Purwanto, Edy; Dianita, Eka Mei; Azizah, Erliana Nur
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 19 No. 9 (2025): Volume 19 Nomor 9
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v19i9.1645

Abstract

Background: The use of an arterial tourniquet is common practice in total knee arthroplasty because it helps create a clearer surgical field. However, tourniquet release often triggers hemodynamic disturbances that can threaten patient stability. Although this issue has important clinical implications, there are currently no clear guidelines regarding the safest deflation technique. Purpose: For the analysis of direct, gradual, and intermittent torquette deflation methods on blood pressure changes in total knee arthroplasty patients. Method: This quasi-experimental study with a three-group pre-post design was conducted at the Central Surgical Installation of Dr. Soedono East Java Provincial General Hospital from June to September 2025. A total of 45 patients aged 50–85 years (15 per group), all normotensive and undergoing spinal anesthesia, were consecutively recruited. Blood pressure was recorded using a standardized observation sheet. Data analysis was performed using one-way ANOVA with planned follow-up. Results: Initial systolic and diastolic blood pressures showed no differences between groups (systolic: F=1.002, p=0.369; diastolic: F=0.940, p=0.399). After deflation, the immediate deflation method produced a significantly greater decrease in blood pressure than either the stepwise or intermittent methods. Mean systolic blood pressures were 109.00 mmHg (immediate), 130.60 mmHg (stepwise), and 129.87 mmHg (intermittent) (F=26.639, p<0.001). Mean diastolic blood pressures were 73.33 mmHg, 79.87 mmHg, and 80.33 mmHg, respectively (F=5.513, p=0.007). No significant differences were found between the stepwise and intermittent methods in post-hoc tests. Conclusion: A controlled tourniquet deflation approach, whether gradual or intermittent, is more effective in reducing the rate of hypotension after removal. Conversely, immediate deflation is more likely to cause a sharp drop in blood pressure. These results support the adoption of controlled deflation techniques as standard practice to improve perioperative stability and can serve as a basis for the development of institutional and national guidelines for safer tourniquet management.   Keywords: Blood Pressure; Tourniquet Deflation Method; Total Knee Arthroplasty (TKA) Patients.   Pendahuluan: Penggunaan tourniquet arteri merupakan praktik umum dalam tindakan total knee arthroplasty karena membantu menciptakan lapangan operasi yang lebih jelas. Namun, pelepasan tourniquet sering memicu gangguan hemodinamik yang dapat mengancam stabilitas pasien. Meskipun masalah ini memiliki implikasi klinis yang penting, hingga kini belum terdapat panduan yang jelas mengenai teknik deflasi yang paling aman. Tujuan: Untuk analisis metode deflasi torniquet langsung, bertahap, dan intermittent terhadap perubahan tekanan darah pada pasien operasi total knee arthroplasty. Metode: Penelitian quasi-eksperimental dengan desain tiga kelompok pre–post ini dilaksanakan di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Jawa Timur Dr. Soedono pada bulan Juni-September 2025. Sebanyak 45 pasien berusia 50–85 tahun (masing-masing 15 per kelompok), seluruhnya normotensif dan menjalani anestesi spinal, direkrut secara konsekutif. Tekanan darah dicatat menggunakan lembar observasi terstandar. Analisis data dilakukan menggunakan one-way ANOVA dengan uji lanjut terencana. Hasil: Tekanan darah sistolik dan diastolik awal, tidak menunjukkan perbedaan antar kelompok (sistolik: F=1.002, p=0.369; diastolik: F=0.940, p=0.399). Setelah deflasi, metode deflasi segera menghasilkan penurunan tekanan darah yang secara signifikan lebih besar dibandingkan metode bertahap maupun intermittent. Rerata sistolik tercatat 109.00 mmHg (langsung), 130.60 mmHg (bertahap), dan 129,87 mmHg (intermiten) (F=26.639, p<0.001). Rerata diastolik masing-masing 73.33 mmHg, 79.87 mmHg, dan 80,33 mmHg (F=5.513, p=0.007). Tidak ditemukan perbedaan signifikan antara metode bertahap dan intermittent pada uji post-hoc. Simpulan: Pendekatan deflasi tourniquet yang terkontrol, baik secara bertahap maupun intermittent lebih mampu mengurangi derajat hipotensi setelah pelepasan. Sebaliknya, deflasi langsung lebih berpotensi menimbulkan penurunan tekanan darah yang tajam. Hasil ini mendukung penerapan teknik deflasi terkontrol sebagai praktik standar untuk meningkatkan stabilitas perioperatif serta dapat menjadi dasar pengembangan pedoman institusional maupun nasional terkait manajemen tourniquet yang lebih aman.   Kata Kunci: Metode Deflasi Tourniquet; Pasien Total Knee Arthroplasty (TKA); Tekanan Darah.
Pengembangan e-booklet petani tanggap gigitan hewan berbisa (Tangkas) dalam meningkatkan keselamatan kesehatan kerja petani pedesaan Dianita, Eka Mei; Siswati, Siswati; Azizah, Erliana Nur; Fattah, Muhammad Awalu; Wiritanaya, Bunga; Amelia, Nisa; Aprilia, Nur Panca; Ulumuddin, Abdillah
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 19 No. 9 (2025): Volume 19 Nomor 9
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v19i9.1678

Abstract

Background: Venomous snakebite is a high-priority neglected tropical disease, particularly affecting rural communities. Venomous snakebites cause approximately 500,000 permanent disabilities annually worldwide. Venomous animal bites primarily affect agricultural workers in rural areas due to the high risk of being bitten by a venomous animal. Several cases of venomous snakebite victims have been reported, most often identified as cobras. Farmers lack access to optimal information on first aid for venomous animal bites. This poses a threat to the health and occupational safety of rural farmers if bitten by a venomous animal. Purpose: To develop an e-booklet on Venomous Animal Bites for farmers to improve the health and occupational safety of rural farmers. Method: The research and development (RnD) design consisted of four steps: a descriptive exploratory survey to disseminate farmers' knowledge and attitudes regarding first aid for venomous animal bites; development of health education media through Focus Group Discussions (FGDs); expert consultation; and feasibility testing of the e-booklet. The population in this study was residents of Marmoyo Village, Kabuh District, Jombang Regency. The inclusion criteria for the sample were farmers and the ability to operate a smartphone. Results: Most respondents (290) (74.9%) occasionally saw snakes, 372 (96.1%) had never encountered a snake, and 287 (74.2%) did not know first aid. Most respondents (234) (60.6%) had moderate knowledge, and 343 (88.9%) had negative attitudes. The analysis showed a significant relationship between knowledge (p = 0.248) and attitude (p = 0.001) regarding snakebite management. The better the knowledge and attitude, the more appropriate the actions taken in snakebite management. Conclusion: There is a significant relationship between knowledge and attitude regarding snakebite management. Empowering farmers with skills in providing first aid for animal bites through digital education, including e-booklets, integrating snakebite management into public health initiatives, and involving the local community. Suggestion: Health students should be actively involved in designing and implementing health education on snakebite prevention for patients, families, and the community.   Keywords: E-book; Farmers; Occupational Health and Safety; Rural Areas; Venomous Animal Bite Response.   Pendahuluan: Gigitan ular berbisa merupakan penyakit tropis terabaikan yang menjadi prioritas tinggi, sebagian besar menyerang masyarakat pedesaan. Gigitan ular berbisa menyebabkan sekitar 500,000 kecatatan permanen di setiap tahunnya di seluruh dunia. Gigitan hewan berbisa sebagian besar memengaruhi pekerjaan pertanian di daerah pedesaan karena meraka memiliki risiko tinggi terkena gigitan hewan berbisa. Terdapat beberapa kasus korban gigitan ular berbisa, lebih banyak teridentifikasi sebagai ular kobra. Petani belum memiliki akses informasi yang optimal tentang pertolongan pertama gigitan hewan berbisa. Hal ini menjadi ancaman terhadap keselamatan kesehatan kerja petani pedesaan jika tergigit hewan berbisa. Tujuan: Untuk pengembangan e-booklet petani  tanggap gigitan hewan berbisa (Tangkas)  dalam meningkatkan keselamatan kesehatan kerja petani pedesaan. Metode: Desain penelitian Research and Development (RnD), terbagi menjadi 4 langkah, yaitu survei deskriptif eksplorasi untuk mengevaluasi tingkat pengetahuan dan sikap petani terhadap pertolongan pertama gigitan hewan berbisa; pengembangan media pendidikan kesehatan melalui Focus Group Discussion (FGD); konsul pakar; dan uji kelayakan e-booklet. Populasi dalam penelitian ini adalah warga Desa Marmoyo, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang dengan kriteria inklusi sampel yaitu seorang petani dan dapat mengoperasikan smartphone. Hasil: Sebagian besar responden kadang-kadang melihat ular sebanyak 290 responden (74.9%), sebanyak 372 responden (96.1%) tidak pernah digigit ular, dan sebanyak 287 responden tidak mengetahui pertolongan pertama (74.2%). Tingkat pengetahuan responden mayoritas pada kategori sedang sebanyak 234 (60.6%) dan memiliki sikap yang negatif sebanyak 343 (88.9%). Hasil  analisis  menunjukkan  terdapat  hubungan  signifikan  antara  pengetahuan (p  =  0.248) dan  sikap (p  =  0.001) terhadap penanganan gigitan ular. Semakin baik pengetahuan dan sikap, semakin tepat pula tindakan yang dilakukan dalam menangani gigitan ular. Simpulan: Terdapat  hubungan  signifikan  antara  pengetahuan  dan  sikap terhadap penanganan gigitan ular. Pemberdayaan petani dengan keterampilan dalam mengelola pertolongan pertama gigitan hewan melalui edukasi digital, termasuk e-booklet mengintegrasikan manajemen gigitan ular ke dalam inisiatif kesehatan masyarakat dan melibatkan masyarakat setempat. Saran: Mahasiswa kesehatan harus terlibat aktif dalam merancang dan mengimplementasikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan gigitan ular bagi pasien, keluarga dan masyarakat.   Kata Kunci: E-booklet; Keselamatan Kesehatan Kerja; Pedesaan; Petani; Tanggap Gigitan Hewan Berbisa (Tangkas).