Abortus merupakan komplikasi kehamilan yang paling sering terjadi. Kehamilan dapat berakhir dengan terjadinya abortus, baik itu abortus iminens, insipien, inkomplit maupun komplit. Sebagian besar abortus terjadi pada trimester pertama. Diperkirakan kejadian abortus spontan (miscarriages) tinggi pada wanita sejak saat konsepsi namun sebagian besar kejadian tersebut tanpa disadari karena diduga suatu haid biasa.1,2 Penyebab abortus tidak selalu jelas, begitu banyak etiologi yang menyebabkan, diantaranya kelainan kromosom pada fetus, faktor ibu seperti infeksi, nutrisi, mioma uteri.2 Saat ini dari perkembangan penelitian terhadap plasenta, muncul teori yang menghubungkan stres oksidatif yang terjadi pada saat proses plasentasi dengan patofisiologi terjadinya abortus.5,6 Beberapa penelitian terbaru menunjukkan stres oksidatif atau ketidakseimbangan oksidan dan antioksidan pada jaringan uteroplasenta memegang peran penting dalam berbagai penyakit termasuk abortus.7 Radikal bebas mempunyai sifat sangat reaktif dan dapat mengubah molekul menjadi radikal. Radikal bebas merupakan suatu bentukan yang dihasilkan oleh pernapasan secara aerob dan reaksi metabolik yang lain. Oksigen paling banyak digunakan selama proses oksidasi dan dikonversi menjadi air, tetapi 1-2% akan menjadi oksigen reaktif terutama superokside (O2-), hidroksil (OH-) dan hidroperoksil (H2O2). Metabolit anion ini sangatlah reaktif dan membutuhkan antioksidan untuk menetralisirnya.7 Terdapat 3 kelompok antioksidan dalam tubuh manusia yaitu: Primer yang bekerja dengan cara mencegah pembentukan radikal bebas yang baru serta mengubah radikal bebas menjadi molekul yang tidak berbahaya ( superoksid dismutase, glutation peroksidase dan katalase), sekunder yang berguna untuk menangkap radikal dan mencegah terjadinya reaksi berantai (Vitamin E, ? karoten, bilirubin dan albumin), dan tersier yang berguna untuk memperbaiki kerusakan biomolekuler yang disebabkan oleh radikal bebas ( DNA repair enzyme dan metionin sulfoksida reduktase).8 Apabila produksi ROS dan radikal bebas yang lain melebihi kapasitas penangkapan oleh antioksidan, maka akan menimbulkan suatu keadaan yang disebut stres oksidatif. Adanya stres oksidatif akan merusak lipid seluler, protein maupun DNA dan menghambat fungsi normal sel. Stres oksidatif pada sinsiotropoblas menyebabkan terjadinya degenerasi pada sinsisiotropobas dan pada akhirnya terjadi abortus.9