Tia Adelia Suryani, Tia Adelia
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

KAJIAN PERKEMBANGAN FISIK DAN TIPOLOGI KAWASAN PERMUKIMAN DI PUSAT PERTUMBUHAN KECAMATAN TEMBALANG, KOTA SEMARANG Suryani, Tia Adelia; Rahdriawan, Mardwi
Jurnal Pengembangan Kota Articles in Press
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan kota terjadi akibat munculnya pusat pertumbuhan baru. Kecamatan Tembalang menjadi pusat pertumbuhan baru karena adanya kebijakan pemerintah yang menjadikan Kecamatan Tembalang sebagai kawasan pendidikan, Kecamatan Tembalang yang merupakan lokasi kawasan pendidikan merupakan salah satu pusat pertumbuhan kota Semarang menjadi pendorong berkembangnya segala akitivitas yang berimplikasi pada terjadinya perubahan pemanfaatan lahan. Bertambah luasnya kawasan permukiman dan berubahnya kondisi permukiman kemudian mengindikasikan adanya perbedaan jumlah dan kondisi sarana prasarana serta kualitas permukiman. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Perkembangan Fisik dan Tipologi Kawasan Permukiman di Pusat Pertumbuhan Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan analisis spasial yang menggunakan Data Citra. Hasil penelitian menunjukkan terjadi perkembangan fisik di kawasan permukiman selama kurun waktu 10 tahun (2005-2015). Tipologi kawasan permukiman di Kecamatan Tembalang, mencerminkan suatu permukiman perkotaan yang telah dilengkapi dengan sarana prasarana, namun yang berada dalam kondisi baik hanya ditemukan di Kelurahan Sendangmulyo. Kualitas lingkungan Kawasan Permukiman sebagian besar termasuk dalam kriteria cukup layak ditemukan di  Kelurahan Rowosari, Kelurahan Meteseh, Kelurahan Kramas, Kelurahan Tembalang, Kelurahan Bulusan, Kelurahan Mangunharjo, Kelurahan Sambiroto, Kelurahan Jangli, Kelurahan Tandang, Kelurahan Kedungmundu, dan Kelurahan Sendangguwo. Hal ini terjadi karena kondisi pohon pelindung dan pola tata letak bangunannya buruk. Rekomendasi yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian yaitu perlu dilakukan perbaikan prasarana lingkungan dan perbaikan Pola tata letak bangunan serta pengaturan pohon pelindung di Kawasan Permukiman Kecamatan Tembalang.
KAJIAN PERKEMBANGAN FISIK DAN TIPOLOGI KAWASAN PERMUKIMAN DI PUSAT PERTUMBUHAN KECAMATAN TEMBALANG, KOTA SEMARANG Suryani, Tia Adelia; Rahdriawan, Mardwi
Jurnal Pengembangan Kota Vol 1, No 2 (2013): Desember 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jpk.1.2.108-117

Abstract

Perkembangan kota terjadi akibat munculnya pusat pertumbuhan baru. Kecamatan Tembalang menjadi pusat pertumbuhan baru karena adanya kebijakan pemerintah yang menjadikan Kecamatan Tembalang sebagai kawasan pendidikan, Kecamatan Tembalang yang merupakan lokasi kawasan pendidikan merupakan salah satu pusat pertumbuhan kota Semarang menjadi pendorong berkembangnya segala akitivitas yang berimplikasi pada terjadinya perubahan pemanfaatan lahan. Bertambah luasnya kawasan permukiman dan berubahnya kondisi permukiman kemudian mengindikasikan adanya perbedaan jumlah dan kondisi sarana prasarana serta kualitas permukiman. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Perkembangan Fisik dan Tipologi Kawasan Permukiman di Pusat Pertumbuhan Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan analisis spasial yang menggunakan Data Citra. Tipologi kawasan permukiman di Kecamatan Tembalang, mencerminkan suatu permukiman perkotaan yang telah dilengkapi dengan sarana prasarana, namun yang berada dalam kondisi baik hanya ditemukan di Kelurahan Sendangmulyo. Kualitas lingkungan Kawasan Permukiman sebagian besar termasuk dalam kriteria cukup layak ditemukan di  Kelurahan Rowosari, Kelurahan Meteseh, Kelurahan Kramas, Kelurahan Tembalang, Kelurahan Bulusan, Kelurahan Mangunharjo, Kelurahan Sambiroto, Kelurahan Jangli, Kelurahan Tandang, Kelurahan Kedungmundu, dan Kelurahan Sendangguwo. Hal ini terjadi karena kondisi pohon pelindung dan pola tata letak bangunannya buruk. Rekomendasi yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian yaitu perlu dilakukan perbaikan prasarana lingkungan dan perbaikan Pola tata letak bangunan serta pengaturan pohon pelindung di Kawasan Permukiman Kecamatan Tembalang.
The Optimal Location for The Development of Agricultural Production Center Area of Rembang Regency Pigawati, Bitta; Suryani, Tia Adelia; Barbarossa, Ghiffari
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 24, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v24i1.34270

Abstract

Abstract. Disproportionate regional spatial growth can encourage regional disparities between villages and cities and problems for the sustainability of regional development. Rembang Regency has growth characteristics that are concentrated at several points in its urban area. This pattern of growth creates a problem of regional disparity. To overcome this problem, it is necessary to add new regional growth centers. These new regional growth centers are expected to evenly distribute spatial growth. The center of regional growth in accordance with the characteristics of Rembang Regency is the center of agricultural production. This study aims to determine the optimal location for the development of the agricultural production centers as the center of regional growth. Using a spatial approach with remote sensing images as the main data. The analytical technique used is spectral transformation and multicriteria. The results showed that the most optimal locations for the development of agricultural production centers were Sale District (2,634.01 ha), Gunem District (2,198.95 ha) and Kragan District (2,171.72 ha). Sulang District is also a potential location for the development of agricultural production centers because the total area of the optimal location covers 8 – 10% of the total area of Rembang Regency. The findings of the study on the optimal location for the development of agricultural production centers are recommended as a strategic area for regional development to function as a growth center for Rembang Regency as an effort to overcome disproportionate spatial growth.
Kesesuaian Jangkauan Pelayanan Puskesmas Terhadap Prediksi Kawasan Permukiman Kota Semarang Melalui Pemodelan Land Use/Land Cover (LULC) Suryani, Tia Adelia; Adharina, Nabilla Dina
Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota Vol 20, No 1 (2024): JPWK Volume 20 No. 1 March 2024
Publisher : Universitas Diponegoro, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/pwk.v20i1.52422

Abstract

Pentingnya keterjangkauan puskesmas saat ini maupun dimasa mendatang membutuhkan analisis prediksi sekaligus evaluasi pada tahun berakhirnya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) agar dapat digunakan sebagai masukan bagi perencanaan jangka panjang selanjutnya dalam merencanakan ketersediaan puskesmas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kesesuaian jangkauan puskesmas terhadap prediksi kawasan permukiman Kota Semarang tahun 2031. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Pengumpulan data melalui survey sekunder dari website penyedia data spasial dasar (Google Earth). Data yang digunakan adalah Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSRT) tahun 2022 diinterpretasi untuk menghasilkan peta guna lahan. Peta Guna Lahan tahun 2022 digunakan sebagai basemap dalam uji akurasi. Lahan konservasi, jaringan jalan, dan jaringan sungai sebagai faktor penghambat serta kawasan permukiman tahun 2022 dan jaringan jalan sebagai faktor pendorong dalam pemodelan. Pemodelan menggunakan tools Molusce dalam aplikasi QGIS. Analisis kesesuaian jangkauan pelayanan puskesmas dilakukan dengan overlay peta jangkauan pelayanan puskesmas 2022 dengan peta prediksi kawasan permukiman 2031. Hasil dari penelitian menunjukkan Kota Semarang mengalami perubahan guna lahan yang beragam pada tahun 2022 hingga 2031. Kawasan permukiman yang belum terlayani oleh puskesmas terletak di Kecamatan Tugu, Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Genuk, Kecamatan Gunungpati, Kecamatan Mijen, Kecamatan Ngaliyan, Kecamatan Pedurungan, Kecamatan Semarang Barat, dan Kecamatan Tembalang. Hasil penelitian menunjukkan ketidaksesuaian jangkauan pelayanan puskesmas di Kota Semarang terhadap permukiman sekitarnya tahun 2031. Penelitian ini memperkaya temuan studi sebelumnya mengenai ketidaksesuaian jangkauan pelayanan puseksmas yang tidak hanya terjadi di pusat Kota Semarang namun juga permukiman di pinggiran Kota Semarang pada tahun 2031 akibat distribusi lokasi puskesmas yang belum merata. Dengan demikian pemerintah perlu melakukan kajian mengenai alokasi lokasi puskesmas dan perbaikan kualitas puskesmas yang ada untuk rencana tata ruang tahun 2031 dengan memperhatikan tren perkembangan permukiman dibanding melakukan pembangunan Puskesmas baru. 
Efektivitas Pembangunan Waterfront sebagai Ruang Terbuka Publik di Bantaran Sungai Berdasarkan Persepsi Pengunjung Suryani, Tia Adelia
Indonesian Journal of Spatial Planning Vol. 5 No. 2 (2024): VOLUME 5 NOMOR 2 OKTOBER 2024
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26623/ijsp.v5i2.8966

Abstract

Ruang terbuka publik merupakan salah satu elemen perkotaan yang sering kali terlewatkan akan intensitasnya, yang mana seharusnya ruang terbuka publik dapat dijadikan sebagai elemen utama perkotaan yang memiliki kepentingan tersendiri dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat beberapa jenis ruang terbuka publik, salah satunya adalah waterfront yang seringkali dijadikan sebagai area luar ruangan terbuka non hijau yang dapat diakses oleh masyarakat. Selaras dengan adanya kegiatan pengembalian aset negara berupa bantaran sungai, pemerintah Kota Bandung turut membangun Waterfront Cidurian yang berada di bantaran Sungai Cidurian, Kelurahan Antapani Kidul, Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas pembangunan Waterfront Cidurian sebagai ruang terbuka publik di bantaran Sungai Cidurian. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan analisis data kuantitatif berdasarkan data yang sudah didapatkan melalui hasil observasi lapangan, wawancara, serta hasil penyebaran kuesioner kepada dua kelompok responden pada penelitian ini, yaitu responden penduduk luar kawasan dan responden penduduk dalam kawasan. Berdasarkan hasil penelitian, pada responden penduduk luar kawasan memiliki skor variabel fisik sejumlah 292 dengan interval efektif, dan untuk variabel karakteristik aktivitas pengunjung memiliki skor 296 dengan interval efektif, sehingga memberikan total skor 294 dan berada pada interval efektif. Selanjutnya pada responden penduduk dalam kawasan memiliki skor variabel fisik sejumlah 314 dengan interval sangat efektif, dan untuk variabel karakteristik aktivitas pengunjung memiliki skor 278 dengan interval efektif, sehingga memberikan total skor 296 dan berada pada interval efektif. Oleh karena itu, secara keseluruhan Waterfront Cidurian menurut responden penduduk luar kawasan dan responden penduduk dalam kawasan sudah cukup baik dalam menjalankan perannya sebagai ruang terbuka publik.
Kesesuaian Lahan Kawasan Permukiman Berdasarkan Kemampuan Lahan BWK II Kota Semarang Suryani, Tia Adelia; Adharina, Nabilla Dina
Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Vol. 5 No. 1 (2025): April 2025
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITERA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35472/jppk.v5i1.2127

Abstract

Limited land followed by high population growth and urban development will be a problem for many sectors, especially the environmental aspect. Thus, urban development must be directed. The development of a good residential area is one that is in accordance with the development area. BWK II Semarang City is predicted to experience growth in 2031 up to 24.41%, even though the majority of land use is in the form of residential areas. The development of BWK II which tends to be rapid and followed by population growth is feared to increase the need for settlements. Land capability is considered to be one method to analyze which areas can still be developed. The purpose of this study is to determine the suitability of land capability in the BWK II residential area of ​​Semarang City. This study uses a quantitative research method with a spatial approach. The settlement area was analyzed by land capability using 9 Land Capability Units (LCAP) which include: Morphological LCAP, Workability LCAP, Slope Stability LCAP, Foundation Stability LCAP, Water Availability LCAP, Erosion LCAP, Drainage LCAP, Waste Disposal LCAP, and Natural Disaster LCAP. The results of the land capability were overlaid with the settlement area. The results showed that 97% of the settlement area was still in accordance with the development area and 3% of the settlement area in BWK II was not in accordance with the development area, including in parts of Karanganyar Gunung Village, Bendan Ngisor Village, and Gajah Mungkur Village.