Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Perawatan Maloklusi Klas II Divisi 1 Disertai Crowding dan Openbite menggunakan Teknik Begg Winarti, Heri Susilo; Pudyani, Pinandi Sri; Hardjono, Soekarsono; Suparwitri, Sri
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 20, No 2 (2013)
Publisher : Majalah Kedokteran Gigi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Maloklusi Angle Klas II divisi I dapat disertai dengan crowding, open bite dan deep bite. Tujuan perawatan adalah untuk mengoreksi crowding, open bite anterior, diastemata rahang bawah, memperoleh overjet dan overbite normal, serta hubungan oklusal yang stabil. Pasien laki-laki berumur 19 tahun, dengan keluhan gigi-gigi rahang atas berjejal dan maju sehingga sulit menutup mulut, serta gigi-gigi rahang bawah renggang. Pasien didiagnosis Maloklusi Angle klas II divisi I dengan hubungan skeletal klas II disetai open bite, crowding dan protrusif gigi-gigi anterior rahang atas,  diastemata gigi-gigi rahang bawah, molar pertama bawah kanan dan kiri telah dicabut, dan impaksi gigi kaninus kanan bawah. Perawatan menggunakan teknik Begg yang diawali dengan pencabutan kedua gigi premolar pertama rahang atas. Tahap pertama perawatan menggunakan multiloop arch wire 0,014” dan elastik intermaksiler klas II. Kesimpulan dari hasil perawatan setelah 16 bulan, crowding dan open bite anterior terkoreksi, diastemata menutup, dan pasien sudah tidak kesulitan dalam menutup mulut. Pasien masih dalam tahap  penyelesaian perawatan.
Profil Bibir dan Posisi Insisivus Perawatan Kasus Borderline Klas I dengan Pencabutan dan Tanpa Pencabutan Hanimastuti, Yenni; Pudyani, Pinandi Sri; Sutantyo, Darmawan
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 20, No 2 (2013)
Publisher : Majalah Kedokteran Gigi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penentuan rencana perawatan ortodontik dengan pencabutan atau tanpa pencabutan masih menjadi perdebatan, terutama pada kasus borderline.Perawatan ortodontik dengan atau tanpa pencabutan dapat mempengaruhi profil wajah.Perubahan pada penampilan wajah terjadi akibat adanya perubahan posisi gigi anterior yang dapat mempengaruhi perubahan profil jaringan lunak wajah terutama pada daerah bibir.Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan perubahan profil bibir dan posisi gigi insisivus pada kasus borderline klas I antara perawatan dengan pencabutan 4 premolar kedua dan tanpa pencabutan. Penelitian dilakukan pada 28 sefalogram lateral kasus borderline klas I  yang dirawat dengan teknik straight wire, terdiri dari 2 kelompok (13 kasus dengan pencabutan dan 15 kasus tanpa pencabutan).Masing-masing sefalogram dilakukan pengukuran profil bibir,yaitu jarak bibir atas dan bawah terhadapVertical Reference Plane (VRP) dan sudut interlabial; serta posisi gigi insisivus, yaitu jarak gigi insisivus atas dan bawah terhadap Vertical Reference Plane (VRP), sebelum dan sesudah perawatan. Hasil penelitian menunjukkan pada tahap awal perawatan kedua kelompok memiliki karakteristik profil bibir dan posisi gigi insisivus yang sama (p>0,05). Terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) pada perubahan posisi bibir, sudut interlabial, dan posisi gigi insisivus antara kelompok yang dirawat dengan pencabutan dan tanpa pencabutan setelah perawatan ortodontik. Kesimpulan penelitian ini adalah profil bibir dan posisi gigi insisivus pada kasus borderline klas I yang dirawat dengan pencabutan 4 premolar kedua menjadi lebih retrusif daripada profil bibir dan posisi gigi insisivus kasus borderline klas I yang dirawat tanpa pencabutan.ABSTRACT, Lips Profile And Incisivus Position In Class Iborder Line Cases With Or Wthout Extraction. Determining whether an orthodontic treatment plan should be with or without extraction is still debatable, particularly for borderline cases. In fact, such a treatment could affect the facial profile. The change in facial appearance is caused by the reposition of anterior teeth which could cause facial soft tissue profile changes, particularly at the lips area. The aim of this study is to compare the changes of lips profile and incisors position in class I borderline cases which have been treated with extraction of 4 second premolars and non-extraction.The study was conducted on 28 lateral cephalograms of class I borderline cases which have been treated with straight wire technique, as divided into two groups (13 extraction and 15 non-extraction cases). Each cephalograms had measured on lips profile, which was the distance of upper and lower lips to Vertical Reference Plane (VRP) and interlabial angle; and the position of incisors, which was the distance of upper and lower incisors to Vertical Reference Plane (VRP), at pre and post-treatment. The results of this study have shown that at the initial treatment, lips profile and incisors position for both groups have similar characteristics (p>0,05). There are significant differences (p<0.05) on lips position, interlabial angle, and incisors position changes between the extraction and non- extractiion cases after orthodontic treatment. From this study, it can be concluded that lips profile and incisors position in class I borderline cases treated with the extraction of second bicuspid are more retruded than that of non-extraction cases
Perawatan Kaninus Maksila Ektopik dengan L Loop pada Alat Cekat Teknik Begg Prahastuti, Novarini; Hardjono, Soekarsono; Pudyani, Pinandi Sri
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 20, No 2 (2013)
Publisher : Majalah Kedokteran Gigi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gigi kaninus berperan penting dalam kestabilan serta perkembangan bentuk lengkung gigi, fungsi oklusi dan kesimetrisan profil wajah. Kaninus maksila walaupun ektopik dalam perencanaan perawatan ortodontik biasanya keberadaannya tetap dipertahankan, sehingga perlu dikoreksi. Koreksi kaninus maksila ektopik membutuhkan gaya untuk mengekstrusi sekaligus distalisasi gigi tersebut. Tekukan L loop pada   wire dapat memberikan gaya ke arah vertikal - horisontal pada gigi secara bersamaan. Perawatan ortodontik dengan alat cekat teknik Begg dapat mengkoreksi malposisi gigi dengan gaya yang ringan  tanpa membutuhkan waktu lama pada tahap I. Tujuan. memaparkan hasil perawatan kaninus maksila ektopik dengan L loop pada alat cekat teknik Begg. Perempuan 28 th mengeluhkan gigi-giginya berjejal dan gingsul  sehingga mengganggu penampilan dan mengurangi rasa percaya diri. Diagnosis: Maloklusi Angle Klas I tipe skeletal klas II dengan retrognatik bimaksiler, bidental protrusif, shalow bite  dan midline mandibula bergeser ke kanan 1 mm disertai crossbite, openbite serta malposisi gigi. Penanganan dilakukan menggunakan alat cekat teknik Begg dengan pencabutan 4 gigi premolar pertama. L loop pada wire dibuat untuk koreksi kaninus maksila ektopik pada tahap I perawatan Kesimpulan dari hasil perawatan menunjukkan perbaikan malrelasi, gigi berjejal, overjet dan overbite. L loop pada alat cekat teknik Begg dapat digunakan untuk mengkoreksi kaninus maksila ektopik dengan gaya yang ringan. Maj Ked Gi; Desember 2013; 20(2): 208-216.
Perubahan Profil Wajah Sesudah Perawatan Ortodontik Cekat Ardianysah, M. Shulchan; Pudyani, Pinandi Sri; Suparwitri, Sri
Insisiva Dental Journal Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Insisiva Dental Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pertumbuhan wajah perlu mendapat perhatian karena wajah merupakan salah satu bagian tubuh yang sangat berhubungan dengan nilai-nilai estetika dan penampilan. Penampilan wajah yang kurang menarik karena susunan gigi geligi yang tidak rapi atau posisi dan hubungan rahang yang kurang serasi dapat menimbulkan masalah psikososial. Tujuan: Mengetahui hubungan perubahan sudut bidang oklusal dan perubahan indek tinggi wajah pada kasus maloklusi Klas II divisi 1 sebelum dan sesudah perawatan ortodontik cekat teknik Begg. Metode penelitian: Observasional klinik pre and post control group design menggunakan data sekunder berupa 17 pasang sefalogram lateral sebelum dan sesudah perawatan, dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok I overjet 2 – 4 mm dan kelompok II overjet 4,1 – 6 mm usia antara 18 – 35 tahun kemudian dilakukan pengukuran linier dan anguler dengan penapakan sefalogram untuk mengetahui perubahan sudut bidang oklusal dan perubahan indek tinggi wajah dengan acuan garis Ar-Go, Me- PP. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan sudut bidang oklusal sebelum dan sesudah perawatan sebesar 2– 5 dan perubahan indek tinggi wajah sebelum dan sesudah perawatan sebesar 0,018 – 0,084 mm. Hasil uji korelasi Spearman perubahan sudut bidang oklusal dan perubahan indek tinggi wajah sebelum dan sesudah perawatan untuk kelompok I dan kelompok II menunjukkan hubungan negatif bermakna (P<0,05). Hasil dari Mann-Whitney test antara kelompok I dan II menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (P<0,05). Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian terdapat hubungan negatif antara perubahan sudut bidang oklusal dengan perubahan indek tinggi wajah pada perawatan ortodontik maloklusi kelas II divisi 1 dengan teknik Begg.
Perubahan Profil Wajah Sesudah Perawatan Ortodontik Cekat Ardianysah, M. Shulchan; Pudyani, Pinandi Sri; Suparwitri, Sri
Insisiva Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/di.7192

Abstract

Pertumbuhan wajah perlu mendapat perhatian karena wajah merupakan salah satu bagian tubuh yang sangat berhubungan dengan nilai-nilai estetika dan penampilan. Penampilan wajah yang kurang menarik karena susunan gigi geligi yang tidak rapi atau posisi dan hubungan rahang yang kurang serasi dapat menimbulkan masalah psikososial. Tujuan: Mengetahui hubungan perubahan sudut bidang oklusal dan perubahan indek tinggi wajah pada kasus maloklusi Klas II divisi 1 sebelum dan sesudah perawatan ortodontik cekat teknik Begg. Metode penelitian: Observasional klinik pre and post control group design menggunakan data sekunder berupa 17 pasang sefalogram lateral sebelum dan sesudah perawatan, dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok I overjet 2 – 4 mm dan kelompok II overjet 4,1 – 6 mm usia antara 18 – 35 tahun kemudian dilakukan pengukuran linier dan anguler dengan penapakan sefalogram untuk mengetahui perubahan sudut bidang oklusal dan perubahan indek tinggi wajah dengan acuan garis Ar-Go, Me- PP. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan sudut bidang oklusal sebelum dan sesudah perawatan sebesar 2– 5 dan perubahan indek tinggi wajah sebelum dan sesudah perawatan sebesar 0,018 – 0,084 mm. Hasil uji korelasi Spearman perubahan sudut bidang oklusal dan perubahan indek tinggi wajah sebelum dan sesudah perawatan untuk kelompok I dan kelompok II menunjukkan hubungan negatif bermakna (P0,05). Hasil dari Mann-Whitney test antara kelompok I dan II menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (P0,05). Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian terdapat hubungan negatif antara perubahan sudut bidang oklusal dengan perubahan indek tinggi wajah pada perawatan ortodontik maloklusi kelas II divisi 1 dengan teknik Begg.
Perawatan Ortodontik Interseptif dengan Alat Aktivator pada Periode Percepatan Pertumbuhan Setiarini Widiarsanti; Darmawan Sutantyo; Pinandi Sri Pudyani
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (497.091 KB) | DOI: 10.22146/mkgk.11915

Abstract

Perawatan ortodontik interseptif efektif untuk mengurangi keparahan maloklusi disertai dengan kebiasaan buruk. Pemilihan waktu perawatan sangat penting agar perawatan dapat berhasil. Periode percepatan pertumbuhan berkisar antara 10-12 tahun untuk perempuan dan 12-14 tahun untuk laki-laki. Aktivator dengan skrup ekspansi digunakan untuk menstimulasi pertumbuhan mandibula, untuk mendapatkan ruang dari ekspansi pada kedua lengkung rahang dan untuk menghentikan kebiasaan buruk. Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk memaparkan tata laksana perawatan dengan aktivator pada masa percepatan pertumbuhan. Pasien seorang laki-laki berusia 12 tahun datang dengan keluhan utama gigi atas maju dan kurang menarik. Kebiasaan buruk pasien adalah bernafas melalui mulut. Pemeriksaan objektif menunjukkan hubungan klas I pada kedua sisi, pola skeletal klas II, jarak inter P1 atas 35,7 mm dan jarak inter P1 bawah 30,3 mm. Maloklusi Angle Klas I tipe dentoskeletal dengan tipe skeletal kelas II dan incisivus maksila protrusif, overjet: 9,5 mm, overbite: 6,2 mm, palatal bite, scissorbite, malposisi gigi individual, kebiasaan buruk bernafas melalui mulut dan pergeseran midline RA kekanan sebesar 1,6 mm. Setelah 4 bulan perawatan, kebiasaan buruk telah berhenti, overjet menjadi 5 mm, overbite menjadi 3,2 mm, jarak inter P1 atas 36,5 mm dan jarak inter P1 bawah 31,6 mm. Aktivator dengan skrup ekspansi efektif untuk mencegah terjadinya disharmoni rahang dengan modifikasi pertumbuhan dan perkembangan rahang serta untuk menghentikan kebiasaan buruk dalam waktu singkat. Beberapa hal tersebut dapat dicapai dengan ketepatan pemilihan waktu perawatan yaitu dalam periode percepatan pertumbuhan. ABSTRACT: Interceptive Orthodontic Treatment Using Activator in Growth Spurt Period. Interceptive orthodontic treatment is effective to reduce the severity of malocclusion with oral bad habits. Time treatment is an important thing to make the treatment become successful. Growth spurt period in range 10-12 years old for female and 12-14 years old for male. Activator with an expansion screw was used to stimulate the mandibula growth, to create space by expanding both arches and to stop the bad habit. A 12 years old male patient with a chief complaint of protruded maxillary teeth and unpleasant appearance. The oral bad habit of patient was mouth breathing. Objective examination showed class I molar relationship on both sides, skeletal class II pattern, inter upper premolars was 35,7 mm and inter lower premolars was 30,3 mm. Angle malocclusion class I with skeletal class II and protruded incisive maxilla, overjet 9,5 mm, overbite 6,2 mm, mouth breathing bad habit, upper midline shifting 1,6 mm to the right side. After 4 months of treatment the oral bad habit was stop, overjet 5 mm, overbite 3,2 mm, inter upper premolars 36,5 mm and inter lower premolars 31,6 mm. Activator with an expansion screw was effectively prevent the skeletal disharmony by modification of growth and development of jaw, and stop the oral bad habit in short period of time. Those can be achieved by the right time choosing in growth spurt period for the treatment.
Profil Bibir dan Posisi Insisivus Perawatan Kasus Borderline Klas I dengan Pencabutan dan Tanpa Pencabutan Yenni Hanimastuti; Pinandi Sri Pudyani; Darmawan Sutantyo
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 20, No 2 (2013): December
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (409.956 KB) | DOI: 10.22146/majkedgiind.7668

Abstract

Penentuan rencana perawatan ortodontik dengan pencabutan atau tanpa pencabutan masih menjadi perdebatan, terutama pada kasus borderline.Perawatan ortodontik dengan atau tanpa pencabutan dapat mempengaruhi profil wajah.Perubahan pada penampilan wajah terjadi akibat adanya perubahan posisi gigi anterior yang dapat mempengaruhi perubahan profil jaringan lunak wajah terutama pada daerah bibir. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan perubahan profil bibir dan posisi gigi insisivus pada kasus borderline klas I antara perawatan dengan pencabutan 4 premolar kedua dan tanpa pencabutan. Penelitian dilakukan pada 28 sefalogram lateral kasus borderline klas I  yang dirawat dengan teknik straight wire, terdiri dari 2 kelompok (13 kasus dengan pencabutan dan 15 kasus tanpa pencabutan). Masing-masing sefalogram dilakukan pengukuran profil bibir,yaitu jarak bibir atas dan bawah terhadapVertical Reference Plane (VRP) dan sudut interlabial; serta posisi gigi insisivus, yaitu jarak gigi insisivus atas dan bawah terhadap Vertical Reference Plane (VRP), sebelum dan sesudah perawatan. Hasil penelitian menunjukkan pada tahap awal perawatan kedua kelompok memiliki karakteristik profil bibir dan posisi gigi insisivus yang sama (p>0,05). Terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) pada perubahan posisi bibir, sudut interlabial, dan posisi gigi insisivus antara kelompok yang dirawat dengan pencabutan dan tanpa pencabutan setelah perawatan ortodontik. Kesimpulan penelitian ini adalah profil bibir dan posisi gigi insisivus pada kasus borderline klas I yang dirawat dengan pencabutan 4 premolar kedua menjadi lebih retrusif daripada profil bibir dan posisi gigi insisivus kasus borderline klas I yang dirawat tanpa pencabutan.Lips Profile And Incisivus Position In Class Iborder Line Cases With Or Wthout Extraction. Determining whether an orthodontic treatment plan should be with or without extraction is still debatable, particularly for borderline cases. In fact, such a treatment could affect the facial profile. The change in facial appearance is caused by the reposition of anterior teeth which could cause facial soft tissue profile changes, particularly at the lips area. The aim of this study is to compare the changes of lips profile and incisors position in class I borderline cases which have been treated with extraction of 4 second premolars and non-extraction.The study was conducted on 28 lateral cephalograms of class I borderline cases which have been treated with straight wire technique, as divided into two groups (13 extraction and 15 non-extraction cases). Each cephalograms had measured on lips profile, which was the distance of upper and lower lips to Vertical Reference Plane (VRP) and interlabial angle; and the position of incisors, which was the distance of upper and lower incisors to Vertical Reference Plane (VRP), at pre and post-treatment. The results of this study have shown that at the initial treatment, lips profile and incisors position for both groups have similar characteristics (p>0,05). There are significant differences (p<0.05) on lips position, interlabial angle, and incisors position changes between the extraction and non- extractiion cases after orthodontic treatment. From this study, it can be concluded that lips profile and incisors position in class I borderline cases treated with the extraction of second bicuspid are more retruded than that of non-extraction cases
Perawatan Kaninus Maksila Ektopik dengan L Loop pada Alat Cekat Teknik Begg Novarini Prahastuti; Soekarsono Hardjono; Pinandi Sri Pudyani
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 20, No 2 (2013): December
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (618.914 KB) | DOI: 10.22146/majkedgiind.7977

Abstract

Gigi kaninus berperan penting dalam kestabilan serta perkembangan bentuk lengkung gigi, fungsi oklusi dan kesimetrisan profil wajah. Kaninus maksila walaupun ektopik dalam perencanaan perawatan ortodontik biasanya keberadaannya tetap dipertahankan, sehingga perlu dikoreksi. Koreksi kaninus maksila ektopik membutuhkan gaya untuk mengekstrusi sekaligus distalisasi gigi tersebut. Tekukan L loop pada   wire dapat memberikan gaya ke arah vertikal - horisontal pada gigi secara bersamaan. Perawatan ortodontik dengan alat cekat teknik Begg dapat mengkoreksi malposisi gigi dengan gaya yang ringan  tanpa membutuhkan waktu lama pada tahap I. Tujuan. memaparkan hasil perawatan kaninus maksila ektopik dengan L loop pada alat cekat teknik Begg. Perempuan 28 th mengeluhkan gigi-giginya berjejal dan gingsul  sehingga mengganggu penampilan dan mengurangi rasa percaya diri. Diagnosis: Maloklusi Angle Klas I tipe skeletal klas II dengan retrognatik bimaksiler, bidental protrusif, shalow bite  dan midline mandibula bergeser ke kanan 1 mm disertai crossbite, openbite serta malposisi gigi. Penanganan dilakukan menggunakan alat cekat teknik Begg dengan pencabutan 4 gigi premolar pertama. L loop pada wire dibuat untuk koreksi kaninus maksila ektopik pada tahap I perawatan Kesimpulan dari hasil perawatan menunjukkan perbaikan malrelasi, gigi berjejal, overjet dan overbite. L loop pada alat cekat teknik Begg dapat digunakan untuk mengkoreksi kaninus maksila ektopik dengan gaya yang ringan. Maj Ked Gi; Desember 2013; 20(2): 208-216.
Perawatan Maloklusi Klas II Divisi 1 Disertai Crowding dan Openbite menggunakan Teknik Begg Heri Susilo Winarti; Pinandi Sri Pudyani; Soekarsono Hardjono; Sri Suparwitri
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 20, No 2 (2013): December
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (471.716 KB) | DOI: 10.22146/majkedgiind.8163

Abstract

Maloklusi Angle Klas II divisi I dapat disertai dengan crowding, open bite dan deep bite. Tujuan perawatan adalah untuk mengoreksi crowding, open bite anterior, diastemata rahang bawah, memperoleh overjet dan overbite normal, serta hubungan oklusal yang stabil. Pasien laki-laki berumur 19 tahun, dengan keluhan gigi-gigi rahang atas berjejal dan maju sehingga sulit menutup mulut, serta gigi-gigi rahang bawah renggang. Pasien didiagnosis Maloklusi Angle klas II divisi I dengan hubungan skeletal klas II disetai open bite, crowding dan protrusif gigi-gigi anterior rahang atas,  diastemata gigi-gigi rahang bawah, molar pertama bawah kanan dan kiri telah dicabut, dan impaksi gigi kaninus kanan bawah. Perawatan menggunakan teknik Begg yang diawali dengan pencabutan kedua gigi premolar pertama rahang atas. Tahap pertama perawatan menggunakan multiloop arch wire 0,014” dan elastik intermaksiler klas II. Kesimpulan dari hasil perawatan setelah 16 bulan, crowding dan open bite anterior terkoreksi, diastemata menutup, dan pasien sudah tidak kesulitan dalam menutup mulut. Pasien masih dalam tahap  penyelesaian perawatan.
Perawatan Maloklusi Klas II Divisi 2 menggunakan Alat Ortodontik Cekat Teknik Begg Indra Sari; Pinandi Sri Pudyani
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 18, No 2 (2011): December
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4835.184 KB) | DOI: 10.22146/majkedgiind.15412

Abstract

Latar belakang: Maloklusi Angle Klas II divisi 2 sering disertai coverbite dan merupakan kasus yang sulit dirawat dan mudah relaps. Keberhasilan perawatan kasus maloklusi Angle klas II divisi 2 bergantung pada variasi yang menyertai baik pada jaringan keras atau jaringan lunak. Bila variasi ringan, keberhasilan perawatn baik, tetapi bila terdapat kelainan skeletal parah, keberhasilan perawatan akan sulit dicapai. Tujuan: Tujuan dari artikel ini adalah untuk menyajikan hasil perawatan ortodontik teknik Begg pada kasus maloklusi Angle klas II divisi 2 yang disertai coverbite. Laporan Kasus: pasien wanita dengan usia 19 tahun mengeluhkan gigi depan atas masuk dan tidak rapi. Diagnosis: maloklusi Angle klas II divisi 2 dengan retrognatik mandibula disertai coverbite, palatal bite, cup to cup bite dan pergeseran garis tengah rahang bawah. Penanganan: Pasien dirawat menggunakan alat cekat teknik Begg. Sebelum perawtan dilakukan pencabutan premolar dua kiri atas, dan molar pertama dan kedua kiri bawah yang nonvital untuk mengatasi crowding. Kesimpulan: Setelah 2 tahun perawatan, tampak sudut interinsisal berkurang, overbite berkurang, overjet bertambah, dan cup to cup bite di regio posterior terkoreksi. Background: Class II division 2 malocclusion often accompanied with coverbite and have been considered difficult to treat and prone to relapse. The successful treatment of this malocclusion depends to the variation of the hard and soft tissue. In mild variation the chances of succesful treatment remain good, while if skeletal discrepancies appear the fully succesfull treatment is hard to achieve. Objectives: The aim of this article is to presnet the treatment of class II division 2 malocclusion accompanied with coverbite using Begg tehnique. Case: 19 years old female patient complained her anterior upper teeth which palatally tipping and crowded. Diagnose: Class II division 2 malocclusion, accompanied with retrognatic mandible, deepbite, palatal bite, cup to cup bite in posterior region, and lower dental centerline shift. Treatment: Patient was treated with orthodontic appliance using Begg technique. Before the treatment left upper second premolar was extracted, while mandibular crowding corrected by extracting lower first and second left molar which were non fital. Conclusion: After 2 years treatment,decreasing of interincisal angle and overbite was achieved, as well as increasing overjet and correction of posterior cup to cup bite.