Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

POTENSI SENYAWA BIOAKTIF RAMBUT JAGUNG (Zea mays L.) UNTUK TABIR SURYA ALAMI : KAJIAN PUSTAKA [IN PRESS JANUARI 2016] Prasiddha, Ismizana Jati; Laeilocattleya, Rosalina Ariesta; Estiasih, Teti; Maligan, Jaya Mahar
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.952 KB)

Abstract

Semua bagian jagung dapat dimanfaatkan termasuk rambutnya. Rambut jagung (Zea mays L.) merupakan perpanjangan stigma dari bunga betina tanaman jagung. Selama ini pemanfaatan rambut jagung yang merupakan limbah dari budidaya jagung terbatas sebagai obat untuk peluruh air seni dan penurun tekanan darah.  Rambut jagung berpotensi digunakan untuk tabir surya karena kaya akan senyawa bioaktif seperti senyawa fenolik terutama flavonoid. Senyawa tersebut memiliki ikatan terkonjugasi yang dapat beresonansi ketika terkena sinar ultraviolet (UV) sehingga bersifat photoprotective. Untuk itu, diperlukan pengujian senyawa bioaktif dalam rambut jagung berupa total fenol, total flavonoid, dan total karoten serta uji penentuan nilai SPF (Sun Protection Factor) untuk melihat bagaimana potensi rambut jagung untuk tabir surya alami. Kata kunci: rambut jagung, senyawa bioaktif, SPF, tabir surya
Functional Properties of Pre-gelatinization Red Glutinous Rice Muchlisyiyah, Jhauharotul; Prasmita, Hera Sisca; Estiasih, Teti; Laeliocattleya, Rosalina Ariesta
Jurnal Teknologi Pertanian Vol 17, No 3 (2016)
Publisher : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (232.535 KB)

Abstract

Ketan merah berasal dari daerah Pacitan, Jawa Timur. Ketan merah  biasa digunakan sebagai tetel ketan merah, tape ketan merah, rengginang atau sekedar direbus dan ditaburi kelapa parut. Ketan merah memiliki keunggulan memiliki senyawa fenol yang tinggi. Kelemahannya, ketan merah memiliki sifat yang sulit mengembang di dalam air dingin. Pragelatinisasi ditujukan untuk memperbaiki sifat fungsional dari ketan merah. Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor. Masing-masing faktor terdiri dari tiga level yaitu untuk faktor suhu pemanasan 50oC, 60oC dan 70oC. Faktor yang kedua yaitu lama pemanasan 5 menit, 7,5 menit, dan 10 menit. Masing-masing satuan percobaan dilakukan tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pragelatinisasi dapat memperbaiki nilai daya serap air, indeks kelarutan, kemampuan mengembang (swelling properties), dan nilai total fenol dari tepung ketan merah.Ketan merah berasal dari daerah Pacitan, Jawa Timur. Ketan merah  biasa digunakan se-bagai tetel ketan merah, tape ketan merah, rengginang, atau ketan rebus dengan taburan kelapa parut. Ketan merah memiliki keunggulan memiliki senyawa fenol yang tinggi. Kelemahannya, ketan merah memiliki sifat yang sulit mengembang di dalam air dingin. Pragelatinisasi ditujukan untuk memperbaiki sifat fungsional dari ketan merah. Penelitian ini menggunakan metode ek-sperimen dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor. Masing-masing faktor terdiri dari tiga level yaitu untuk faktor suhu pemanasan 50 °C, 60 °C, dan 70 °C. Faktor yang kedua yaitu lama pemanasan 5 menit, 7.5 menit, dan 10 menit. Masing-masing satuan percobaan dilakukan tiga kali ulangan. Perlakuan terbaik dari tepung ketan merah pragelatinisasi dida-patkan dengan pemanasan pada suhu 60 °C selama 10 menit dengan karakteristik daya serap air sebesar 2.45 g/g, daya serap minyak 2.02 g/g, swelling poperties 2.39 g/g, indeks kelarutan 0.0050%, serta total fenol 624.86 mg GAE /100 g
The Potential of Bioactive Compounds from Corn Silk (Zea mays L.) that Result from Gradual Fractionation Using Organic Solvents for the Use as a Natural Sunscreen Laeliocattleya, Rosalina Ariesta; Prasiddha, Ismizana Jati; Estiasih, Teti; Maligan, Jaya Mahar; Muchlisyiyah, Jhauharotul
Jurnal Teknologi Pertanian Vol 15, No 3 (2014)
Publisher : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (382.594 KB)

Abstract

The study aims to determine how the influence of the solvent on the content of bioactive compounds such as phenols, flavonoids, and carotene and also SPF (Sun Protection Factor) value on corn silk extract and how its potential for natural sunscreen. Dried corn silk was macerated using ethanol 96%, extract was fractionated then obtained extract from the fraction of: ethanol soluble (E1), ethanol soluble – n-hexane soluble (E2), ethanol soluble – ethyl acetate soluble (E3), and ethanol soluble – water soluble (E4). Total phenolic contents respectively was 34029.37 ± 1926.61 mg/kg; 358.28 ± 119.79 mg/kg; 9569.64 ± 1494.01 mg/kg; 41751.41 ± 1390.41 mg/kg. Total flavonoid contents respectively was 211.05 ± 3.73 mg/kg; 0 mg/kg; 36.31 ± 3.85 mg/kg; and 274.73 ± 9.24 mg/kg. Total carotene contents respectively was 11.3 ± 0.95 mg/kg; 434.68 ± 86.5 mg/kg; 41.18 ± 7.08 mg/kg; and 3.97 ± 0.41. SPF value determination by In Vitro spectrophotometry performed at two different concentrations (100 ppm and 1000 ppm), there are also controls in the form of commercial sunscreen (K1), β-carotene (K2), and quercetin (K3). The result showed that higher concentration resulted in a higher SPF value. SPF value (1000 ppm) consecutively was 17.30 ± 0.15; 9.97 ± 1.11; 25.38 ± 2.88; and 16.88 ± 2.09 and the controls consecutively was 31.00 ± 0.36; 39.35 ± 0.10; and 39.20 ± 0.06. The presence of various solvents influences on the content of bioactive compounds and also SPF values in each fraction. Although the SPF value from corn silk were lower compared to the controls. However, it is known that corn silk can be used for sunscreen as it belongs to type of ultra protection with SPF>15.Keywords: sunscreen, corn silk, bioactive compounds, SPF
POTENSI TEH HERBAL RAMBUT JAGUNG (Zea mays L.) SEBAGAI SUMBER ANTIOKSIDAN: KAJIAN PUSTAKA Syawal, Achmad Nur; Laeliocattleya, Rosalina Ariesta
Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Program Studi Teknologi Pangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/jiphp.v4i1.4056

Abstract

Rambut jagung merupakan sekumpulan kepala putik yang berasal dari bunga betina tanaman jagung, berbentuk seperti benang maupun rambut yang berwarna kekuningan. Fungsi dari rambut jagung adalah untuk menjebak serbuk sari pada saat penyerbukan. Rambut jagung memiliki senyawa bioaktif yang dapat bertindak sebagai antioksidan apabila dikonsumsi. Manfaat tersebut dapat diperoleh melalui produk olahan rambut jagung, salah satunya adalah teh herbal dari rambut jagung. Teh herbal merupakan minuman yang berasal dari bahan alami yang bermanfaat bagi tubuh. Teh herbal biasanya dibuat dari rempah-rempah atau bagian dari tanaman dan dikonsumsi dalam bentuk teh yaitu seduhan bagian tanaman yang direbus atau diseduh dengan air mendidih.
The Effect of Variation Composition of Wheat (Triticum asetivum L.) Grist to Moisture Content and Ash Content of Wheat Flour Laeliocattleya, Rosalina Ariesta; Wijaya, Jessica
Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Program Studi Teknologi Pangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/jiphp.v2i1.2284

Abstract

The aim of this study is to determine how the influence of wheat grist composition variation on  Australian variety (A) and Russian variety (B) on misture content and ash content of wheat flour. Determination of moisture content and ash content based on Near Infrared Spectroscopy principle. Moisture content of wheat flour on a grist composition 40% A: 60% B was 14.53%, and moisture content of 60% A: 40% B was 14.08%. Variation of wheat grist composition showed a significant different effect (P 0,05) to moisture content of wheat flour. The ash content of flour in grist composition 40% A: 60% B was 0,68%, while grist 60% A: 40% B was 0,66%. Variation of wheat grist composition showed a significant different effect (P 0,05) to the ash content of wheat flour. This is related to the conditions of wheat cultivation and the characteristics of milling wheat.