Nobel Christian Siregar, Nobel Christian
Center for Agro-Based Industry

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENINGKATAN PROSES EKSTRAKSI MINYAK BIJI MIMBA (NEEM SEED OIL) DAN PURIFIKASINYA Siregar, Nobel Christian
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 33, No 1 (2016)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (30.116 KB)

Abstract

Minyak mimba (neem seed oil)  dapat dimanfaatkan dalam bidang kosmetika antara lain: sabun mandi antiseptik, shampoo, krim lulur (SPA), dan lotion anti-serangga yang sekaligus memberikan kelembaban dan kesehatan pada kulit. Minyak mimba dapat diperoleh dengan cara di press ataupun diekstrak dengan heksan. Rendemen minyak dari biji mimba dengan cara pengepresan relatif lebih sedikit Sehingga dilakukan suatu usaha pengembangan teknologi ekstraksi minyak mimba untuk meningkatkan rendemen minyak dengan pengukusan biji mimba selama 30 menit untuk membuka sel-sel dari jaringan minyak sebelum dilakukan hydroulic press dan screw press. Kemudian dilakukan purifikasi/penjernihan dengan bleaching earth dan arang aktif pada minyak mimba sehingga diperoleh minyak biji mimba yang lebih jernih. Pada penelitian ini dilakukan 2 (dua) tahap penelitian yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Penelitian pendahuluan dilakukan 2 (dua) tahap yaitu tahap ke-1, persiapan bahan baku dengan cara pemisahan kulit dari biji mimba dan penggilingan sehingga bubuk. Tahap ke-2, proses pengukusan bubuk biji mimba selama 30 menit dan dikeringkan dioven 50oC selama 30 menit kemudian di ekstrak minyaknya dengan cara hydroulic press dan screw press. Pada penelitian lanjutan, purifikasi minyak dengan arang aktif dan campuran silikat (bleaching earth) untuk memperoleh minyak mimba yang lebih jernih. Hasil penelitian diperoleh rendemen minyak tertinggi dengan cara kukus sekitar 22 % serta hasil purifikasi/penjernihan minyak menggunakan  menggunakan bleaching earth dan arang aktif diperoleh warna minyak lebih jernih. Minyak mimba dianalisis dengan menggunakan Gas chromatography (GC) setelah dilakukan esterifikasi. Hasil analisis minyak dengan gas kromatografi diperoleh dua komponen tertinggi yaitu senyawa eugenol dan asam palmitat  
POTENSI KACANG KORO PEDANG (Canavila ensiformis DC) SEBAGAI SUMBER PROTEIN PRODUK PANGAN Susanti, Irma; Siregar, Nobel Christian; Supriatna, Dadang
Jurnal Riset Industri Vol 7, No 1 (2013): Peningkatan Nilai Tambah Komoditi Argo
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian  ini bertujuan  untuk: (1) memperoleh   kondisi/perlakuan   optimum  untuk  menghilangkan    kadar  HCN dan bau  langu  kacang  koro;  (2) formulasi   dan  pembuatan   produk  kacang  koro,  serta  (3) mengetahui   daya  terima konsumen   terhadap  produk  yang dihasilkan.   Hasil anal isis awal  bahan  baku kacang  koro pedang  menunjukkan HCNnya  sudah tidak terdeteksi,    sedangkan   kandungan  asam fitat nya adalah  2,21 %. Perlakuan  perendaman   3 hari,  perendaman    12 jam  dan  perendaman    1  hari  dengan   penambahan    NaHC03           1  %  dapat   mereduksi kandungan   asam  fitat.  Produk  tempe,  susu,  dan  snack  dapat  dibuat  dari  kacang  koro tanpa  substitusi   kacang kedelai,   sedangkan   tahu  koro  harus  disubstitusi   oleh  kedelai  hingga  65%.  Tempe  koro  pedang   yang  paling disukai  adalah  tempe  dengan  perlakuan   perendaman   koro  3 hari  dengan  kadar  protein  sebesar   12,2%.  Tahu koro   pedang   yang   paling   disukai   adalah   formula   koro   pedang   20  %  baik   dengan    perendaman     1  hari(penambahan    NaHC03      1 %) maupun  dengan   perendaman   3 hari  dengan  kadar  protein  sebesar     11,1 % dan10,7%.  Susu koro pedang  yang  paling disukai  adalah  susu koro perendaman   3 hari yang diberi  essens  strawberi dengan  kadar protein  3,90%.  Snack  koro pedang  dan koro benguk  yang paling disukai  adalah  dalam  bentuk  stick koro dengan  perlakuan  perendaman   koro selama  3 hari dengan  kadar  10%. Kata kunci : diversifikasi   produk,  kacang  koro pedang,  sumber  protein
POTENSI KACANG KORO PEDANG (Canavila ensiformis DC) SEBAGAI SUMBER PROTEIN PRODUK PANGAN Susanti, Irma; Siregar, Nobel Christian; Supriatna, Dadang
Jurnal Riset Industri Vol 7, No 1 (2013): Peningkatan Nilai Tambah Komoditi Argo
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian  ini bertujuan  untuk: (1) memperoleh   kondisi/perlakuan   optimum  untuk  menghilangkan    kadar  HCN dan bau  langu  kacang  koro;  (2) formulasi   dan  pembuatan   produk  kacang  koro,  serta  (3) mengetahui   daya  terima konsumen   terhadap  produk  yang dihasilkan.   Hasil anal isis awal  bahan  baku kacang  koro pedang  menunjukkan HCNnya  sudah tidak terdeteksi,    sedangkan   kandungan  asam fitat nya adalah  2,21 %. Perlakuan  perendaman   3 hari,  perendaman    12 jam  dan  perendaman    1  hari  dengan   penambahan    NaHC03           1  %  dapat   mereduksi kandungan   asam  fitat.  Produk  tempe,  susu,  dan  snack  dapat  dibuat  dari  kacang  koro tanpa  substitusi   kacang kedelai,   sedangkan   tahu  koro  harus  disubstitusi   oleh  kedelai  hingga  65%.  Tempe  koro  pedang   yang  paling disukai  adalah  tempe  dengan  perlakuan   perendaman   koro  3 hari  dengan  kadar  protein  sebesar   12,2%.  Tahu koro   pedang   yang   paling   disukai   adalah   formula   koro   pedang   20  %  baik   dengan    perendaman     1  hari(penambahan    NaHC03      1 %) maupun  dengan   perendaman   3 hari  dengan  kadar  protein  sebesar     11,1 % dan10,7%.  Susu koro pedang  yang  paling disukai  adalah  susu koro perendaman   3 hari yang diberi  essens  strawberi dengan  kadar protein  3,90%.  Snack  koro pedang  dan koro benguk  yang paling disukai  adalah  dalam  bentuk  stick koro dengan  perlakuan  perendaman   koro selama  3 hari dengan  kadar  10%. Kata kunci : diversifikasi   produk,  kacang  koro pedang,  sumber  protein
Production of Low Emission Pellet from Coco Peat Waste Alamsyah, Rizal; Siregar, Nobel Christian
International Coconut Community Journal Vol 29 No 2 (2013): CORD
Publisher : International Coconut Community

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (530.332 KB) | DOI: 10.37833/cord.v29i2.84

Abstract

Study was conducted on coco peat as a low emission pellet form biomass fuel alternative to produce synthetic gas (syngas) through gasification process in use for other processes. Coco peat was first screened and formulated with other materials such as coco peat, starch, and waste cooking oil. These materials were mixed and pelletized using a pelletizer to form coco peat pellet. It was burned on an updraft gasifier to produce synthetic gas (syngas) and then streamed to a stove through a pipe. The syngas was then split and burned and the heat generated was used for boiling water and for drying agricultural products. Air quality around the stove (emission test) was measured and analyzed when gasification took place. The best results of coco peat pellet were made from 85% of coco peat waste, 5% starch (binder), and 10% of waste cooking oil with stronger texture and shiny surface. The experimental gasification using updraft gasifier exhibited better result when half of the volume of gasifier was filled with 5 kg pellet and the syngas produced can be used for 3.5 hours drying and boiling. Air quality surrounding the stove was tested during gasification process. It was done based on the Indonesian Environmental Regulation issued by Indonesian the Ministry of Environment on Standards (KEP-13/MENLH/3/1995 dated March 7th, 1995) regarding standard air quality from static matter and covers NH3, Cl2, HCl, HF, NO2, particles, SO2 and H2S parameters. The result of measurements indicated that all parameters meet the quality standards) including CO and CO2 at 0.0001 mg/kg.