Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KONSEP BUDIDAYA GAHARU (Aquilaria spp.) DI PROVINSI BENGKULU Darnaedi, Dedy; Waluyo, Eko Baroto; Wiriadinata, Harry; Semiadi, Gono
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 7, No 4 (2010): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Aquilaria spp. merupakan kelompok tumbuhan penghasil aromatik bernilai komersil tinggi melalui produk gubal gaharu dan kamedangan. Budidaya tanaman gaharu merupakan salah satu langkah nyata di dalammenjalankan program pemanfaatan dari alam secara berkelanjutan. Untuk itu dilakukan penelitian mengenai usaha budidaya pohon penghasil gaharu di Provinsi Bengkulu. Penelitian dilakukan dalam bentuk rapidassessment pada bulan April 2008 dengan mengunjungi beberapa lokasi penanaman pohon gaharu (Aquilaria spp.) yang ada di Kabupaten dan Kota  Bengkulu.  Pada setiap kunjungan ke lokasi budidaya dilakukan wawancara terstruktur mengenai sejarah penanaman serta dilakukan pengukuran diameter setinggi dada (dbh) dan tinggi pohon-pohon gaharu. Kamedangan segar hasil tebangan dan gubal gaharu hasil inokulasidiukur berat dan kandungan airnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman pohon penghasil gaharu di tingkat masyarakat diprakarsai oleh perusahaan lokal. Sampai dengan Juli 2008 jumlah petani gaharubinaan mencapai 29 jiwa dengan luas penanaman 38,0 ha serta jumlah penanaman mencapai 5.000 pohon, sedangkan kegiatan inokulasi pada tumbuhan gaharu alam mencapai  53 ha. Pemahaman konsep budidayasesuai perundangan masih harus disosialisasikan mengingat adanya perbedaan persepsi, khususnya pada status pohon penghasil gaharu alam yang diinokulasi dengan sengaja. Jenis pohon penghasil gaharu yangdibudidaya dan tumbuh alami di perkebunan masyarakat adalah Aquilaria microcarpa Baill. dan A. malaccensis Lam. Berat gubal gaharu hasil inokulasi kondisi siap jual rata-rata 18,79 gram/potong (standardeviasi 8,85) dengan kandungan air 11,2-12,97%. Kandungan air pada kamedangan hasil tebangan baru adalah 46,3%. Satu pohon penghasil gaharu dengan tinggi 35 m dan dbh 118 cm setidaknya menghasilkan637,65 kg kamedangan kering siap jual
Tumbuhan Obat Suku Batak Simalungun dari Cagar Alam Dolok Tinggi Raja HASIBUAN, IRMAYANI; CHIKMAWATI , TATIK; WALUYO, EKO BAROTO
Jurnal Sumberdaya Hayati Vol. 2 No. 2 (2016)
Publisher : Departemen Biologi, Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jsdh.2.2.59-66

Abstract

Batak Simalungun tribe that inhabited the area around the nature reserve Dolok Tinggi Raja uses many plants species for medicine. This study aimed to examine the use of medicinal plants by the people of Batak Simalungun tribe and determine local knowledge of the tribe in maintaining the sustainability of the medicinal plants in nature. Data obtained from the open and semi-structural interviews, plant exploration, and identification. Batak Simalungun tribe uses 63 species of medicinal plants belonged to 52 genera and 36 families. The herb is used to treat many health problem, such as: hingh and muscles problem, respiratory diseases, digestive diseases, internal disease, skin diseases, nerves, malaria, measles, fever, colds, sore eyes. The herb is also used for increasing stamina and endurance. Medicinal plants used in various ways include direct consumption, mashing, squeezing, extracted, soaked in warm water, steamed, boiled, baked, and fried. The community used various plant parts such as the root, stems, water in stem , bark extract, sap, young leaves, leaves, fruit, or whole parts of the plant, and the most part used is leaves.