Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

CYTOLOGICAL OBSERVATIONS ON FERN GENUS Pteris IN THE BOGOR BOTANIC GARDENS Praptosuwiryo, Titien Ngatinem; Darnaedi, Dedy
Buletin Kebun Raya Vol 11, No 2 (2008): Buletin Kebun Raya Vol. 11 (2) Juli 2008
Publisher : Center for Plant Conservation Bogor Botanic Garden, Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengamatan sitologi dan kromosom somatik dilakukan pada 23 individu dari enam jenis tumbuhan paku genus Pteris (Pteridaceae) yang tumbuh meliar di Kebun Raya Bogor. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah kromosom dasar pada keenam jenis Pteris yang diamati konsisten, yaitu x = 29. Ras diploid dengan 2n = 58 ditemukan pada P. biaurita, P. fauriei dan P. tripartita. Ras triploid dengan 2n = 87 terdapat pada P. fauriei dan P. multifida. Sedangkan ras tetraploid dengan 2n = 116 ditemukan pada P. ensiformis, P. tripartita, dan P. vittata. Informasi tentang P. tripartita ras diploid dan P. multifida ras triploid dilaporkan pertama kali untuk kawasan Malesia. Sedangkan informasi kromosom P. fauriei, P. multifida, dan P. vittata merupakan catatan sitologi baru untuk Pulau Jawa. Jenis-jenis yang memiliki lebih dari satu sitotipe diamati morfologinya dan dibahas secara singkat.
CYTOLOGICAL OBSERVATIONS ON FERN GENUS Pteris IN THE BOGOR BOTANIC GARDENS Praptosuwiryo, Titien Ngatinem; Darnaedi, Dedy
Buletin Kebun Raya Vol 11, No 2 (2008): Buletin Kebun Raya Indonesia Vol. 11 (2) July 2008
Publisher : Center for Plant Conservation Bogor Botanic Garden, Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengamatan sitologi dan kromosom somatik dilakukan pada 23 individu dari enam jenis tumbuhan paku genus Pteris (Pteridaceae) yang tumbuh meliar di Kebun Raya Bogor. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah kromosom dasar pada keenam jenis Pteris yang diamati konsisten, yaitu x = 29. Ras diploid dengan 2n = 58 ditemukan pada P. biaurita, P. fauriei dan P. tripartita. Ras triploid dengan 2n = 87 terdapat pada P. fauriei dan P. multifida. Sedangkan ras tetraploid dengan 2n = 116 ditemukan pada P. ensiformis, P. tripartita, dan P. vittata. Informasi tentang P. tripartita ras diploid dan P. multifida ras triploid dilaporkan pertama kali untuk kawasan Malesia. Sedangkan informasi kromosom P. fauriei, P. multifida, dan P. vittata merupakan catatan sitologi baru untuk Pulau Jawa. Jenis-jenis yang memiliki lebih dari satu sitotipe diamati morfologinya dan dibahas secara singkat.
KONSEP BUDIDAYA GAHARU (Aquilaria spp.) DI PROVINSI BENGKULU Darnaedi, Dedy; Waluyo, Eko Baroto; Wiriadinata, Harry; Semiadi, Gono
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 7, No 4 (2010): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Aquilaria spp. merupakan kelompok tumbuhan penghasil aromatik bernilai komersil tinggi melalui produk gubal gaharu dan kamedangan. Budidaya tanaman gaharu merupakan salah satu langkah nyata di dalammenjalankan program pemanfaatan dari alam secara berkelanjutan. Untuk itu dilakukan penelitian mengenai usaha budidaya pohon penghasil gaharu di Provinsi Bengkulu. Penelitian dilakukan dalam bentuk rapidassessment pada bulan April 2008 dengan mengunjungi beberapa lokasi penanaman pohon gaharu (Aquilaria spp.) yang ada di Kabupaten dan Kota  Bengkulu.  Pada setiap kunjungan ke lokasi budidaya dilakukan wawancara terstruktur mengenai sejarah penanaman serta dilakukan pengukuran diameter setinggi dada (dbh) dan tinggi pohon-pohon gaharu. Kamedangan segar hasil tebangan dan gubal gaharu hasil inokulasidiukur berat dan kandungan airnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman pohon penghasil gaharu di tingkat masyarakat diprakarsai oleh perusahaan lokal. Sampai dengan Juli 2008 jumlah petani gaharubinaan mencapai 29 jiwa dengan luas penanaman 38,0 ha serta jumlah penanaman mencapai 5.000 pohon, sedangkan kegiatan inokulasi pada tumbuhan gaharu alam mencapai  53 ha. Pemahaman konsep budidayasesuai perundangan masih harus disosialisasikan mengingat adanya perbedaan persepsi, khususnya pada status pohon penghasil gaharu alam yang diinokulasi dengan sengaja. Jenis pohon penghasil gaharu yangdibudidaya dan tumbuh alami di perkebunan masyarakat adalah Aquilaria microcarpa Baill. dan A. malaccensis Lam. Berat gubal gaharu hasil inokulasi kondisi siap jual rata-rata 18,79 gram/potong (standardeviasi 8,85) dengan kandungan air 11,2-12,97%. Kandungan air pada kamedangan hasil tebangan baru adalah 46,3%. Satu pohon penghasil gaharu dengan tinggi 35 m dan dbh 118 cm setidaknya menghasilkan637,65 kg kamedangan kering siap jual
The new pteridophyte classification and sequence employed in the Herbarium Bogoriense (BO) for Malesian ferns. Wardani, Wita; Hidayat, Arief; Darnaedi, Dedy
REINWARDTIA Vol 13, No 4 (2012): Vol. 13 no. 4
Publisher : Research Center for Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (920.437 KB) | DOI: 10.14203/reinwardtia.v13i4.441

Abstract

BO followed sequences written in the first Flora Malesiana series II for Malesian fern specimen arrangement and flora listing, which then  updated as revision for pteridophyte families done successively.  However, the sequence in this incomplete flora to some extent is problematic. Recent advancement in pteridophyte classification is available and expected to stabilize delimitation of families and genera. The paper reviews the two sequences and presents a consensus for specimen arrangement and flora listing of Malesian fern.
Book Review Darnaedi, Dedy
REINWARDTIA Vol 13, No 4 (2012): Vol. 13 no. 4
Publisher : Research Center for Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.433 KB) | DOI: 10.14203/reinwardtia.v13i4.443

Abstract

B.S. Parris, R. Kiew, R.C.K. Chung, L.G. Saw & E. Soepadmo (eds). 2010. Flora of Peninsular Malaysia, Series I. Ferns and Lycophytes. Vol  1. Malayan Forest Records No. 48. Forest Research Institute Malaysia, Ministry of Natural Resources and Environment, Malaysia, 249 pp. Price: RM80/USD60.
NEW CYTOTYPES OF PTERIS ENSIFORMIS VAR. VICTORIAE FROM INDONESIA Efendi, Muhammad; Chikmawati, Tatik; Darnaedi, Dedy
REINWARDTIA Vol 14, No 1 (2014): Vol. 14 No. 1
Publisher : Research Center for Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (924.274 KB) | DOI: 10.14203/reinwardtia.v14i1.404

Abstract

New cytotypes of Pteris ensiformis var. victoriae and one cytotype of var. ensiformis are recorded from Indonesia: var. victoriae with 2n=58 (sexual diploid) from Gorontalo, North Sulawesi, and 2n=87 (triploid) from Lombok Island and Bogor, West Java; and var. ensiformis with 2n=116 (sexual tetraploid). The diploid is smaller than the triploid in plant size. Results indicate a cytological variation in var. victoriae, like in var. ensiformis.
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PENGURAI SULFIDA DARI LUMPUR MANGROVE HUTAN LINDUNG ANGKE KAPUK Lestari, Eni; Darnaedi, Dedy; Ragamustari, Safendrri Komara
Borneo Journal Of Biology Education (BJBE) Vol 3, No 2 (2021): Oktober
Publisher : Universitas Borneo Tarakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (507.424 KB) | DOI: 10.52222/bjbe.v3i2.2429

Abstract

AbstrakMangrove memiliki biodiversitas mikroorganisme salah satunya bakteri.Bakteri  dari lumpur mangrove ini mempunyai kinerja penurunan hidrogen sulfida, karena lumpur mangrove memiliki kandungan hidrogen sulfida didalamnya yang memungkinkan adanya aktifitas penguraian oleh bakteri aerobik. Isolasi dilakukan menggunakan medium Thiosulfat Mineral Medium. Isolat yang tumbuh dilakukan dengan pengamatan makroskopis. Isolat terpilih akandilakukan pengamatan mikroskopik, uji katalase dan uji motilitas. Isolat juga akan diuji kinerja penurunan sulfida. Isolat dengan kinerja penurunan sulfida terbaik akan dilanjutkan untuk uji sekuensing 16S rRNA. Hasil sekuensing menunjukkan isolat dari lumpur mangrove yang memiliki kinerja penurunan sulfida terbaik dengan nilai 30,58% adalah bakteri spesies Bacillus aryabhattaiKata kunci : mangrove, sulfida,bakteri, aerobik, BacillusAbstractMangroves have a biodiversity of microorganisms, one of which is bacteria. The bacteria from this mangrove mud has the performance of reducing hydrogen sulfide because the mangrove mud contains hydrogen sulfide, which allows for aerobic bacteria to decompose. Isolation was carried out using Thiosulfate Mineral Medium. Moreover, the growing isolates were carried out by macroscopic observation. Selected isolates will be subjected to microscopic observation, catalase test and motility test. The isolates will also be tested for their sulfide reduction performance. The isolates with the best sulfide reduction performance will be continued for 16S rRNA sequencing assays. The sequencing results showed that isolates from mangrove mud that had the best sulfide reduction performance with a value of 30.58% were bacteria species Bacillus aryabhattai. Keywords: mangrove, sulfide, bacteria, aerobic, Bacillus
Vegetation Structure of The Sumatran Rhino Habitat In The Kapi, Leuser Ecosystem Area, Aceh Province Rahmadetiassani, Afifi; Darnaedi, Dedy; Samedi, Samedi; Putra, Rudi H.; Khan, Latif; Hanum, Cut Maila
Journal of Tropical Biodiversity Vol 5 No 3 (2025): August 2025
Publisher : Universitas Nasional Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59689/bio.v5i3.293

Abstract

The Sumatran rhino (Dicerorhinus sumatrensis) is one of the most critically endangered large mammals, with fewer than 100 individuals remaining. Habitat quality plays a vital role in ensuring its survival and reproduction. The Kapi area within the Leuser Ecosystem Area (LEA) is considered one of the potential remaining habitats for this species, yet data on its vegetation structure is limited. This study aimed to analyze and describe vegetation conditions in Kapi by examining species composition, similarity, diversity, evenness, and importance value index (IVI). Vegetation data were collected from October to December 2021 using randomly distributed sample plots across all vegetation strata. A total of 98 plant species from 37 families and 7,394 individual plants were recorded, comprising 67 species in the tree stratum, 43 species in the pole stratum, 42 species in the sapling stratum, and 43 species in the seedling stratum. Species similarity was highest between sapling and pole strata (63.53%) and lowest between sapling and tree strata (45.87%). Seventy-nine plant species from 29 families were identified as rhino food plants. Diversity was highest in the tree stratum (H’=3.32) and lowest in the seedling stratum (H’=2.88). Evenness peaked in the pole stratum (E=0.83) and was lowest in the seedling stratum (E=0.76). IVI analysis indicated different dominant species in each stratum.