Urbanisasi yang terjadi di negara berkembang menyebabkan kepadatan suatu wilayah menjadi lebih tinggi. Hal ini memberikan dampak pada meningkatnya kebutuhan dasar, khusunya perumahan. Penyediaan perumahan menjadi permasalahan dasar, terutama bagi negara dengan pemindahan ibukota, agar masalah di ibukota lama tidak terulang kembali. Studi ini bertujuan mengeksplorasi dan membandingkan dua wilayah dengan mendeskripsikan sesuai konsep “winner” dan “loser” dengan kasus eksisting dan rencana ibukota, yang dikaitkan dengan penyediaan perumahan. Dengan menggunakan pendekatan deduktif dan analisis deskriptif kualitatif dari data sekunder yang didapatkan seperti data jumlah penduduk, daya dukung dan daya tampung, serta kebutuhan perumahan, studi ini menghasilkan wilayah “winner” dan “loser” kondisi yang berbeda dalam konteks penyediaan perumahan yang dilihat dari 3 variabel utama yaitu kepadatan wilayah, backlog perumahan, serta daya dukung dan daya tampung. Hasil analisis menunjukkan Jakarta memiliki kepadatan yang tinggi namun terbatas dalam daya dukung dan daya tampung sehingga angka backlog sebesar 61,20%. Sebaliknya, Kalimantan Timur dengan kepadatan lebih rendah dan daya dukung dan daya tampung surplus, memiliki backlog sebesar 24,18%.