Soebijantoro Soebijantoro, Soebijantoro
IKIP PGRI Madiun

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Undang-undang Benda Cagar Budaya Di Era Otonomi Daerah Soebijantoro, Soebijantoro
Jurnal Agasthia Vol 2, No 2 (2012)
Publisher : Jurnal Agasthia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara didunia yang memiliki aset warisan budaya [heritage] yang melimpah. Aset tersebut secara teroritis merupakan sumber dan simbol identitas budaya kemudian nilai politik, ideologi, pendidikan, ekonomi dan ilmu pengetahuan. Diperlukan sebuah intrumen yang dapat mengawal cita-cita tersebut, salah satu diantaranya adalah undang-undang Benda Cagar Budaya. Namun dalm implementasinya terdapat tangtangan yang harus dibenahi dan diperlukan sebuah desain pengelolaan situs dalam satu kesatuan integraf yaitu aspek hukum yang menyangkut kawasan kemudian aspek pengelolaan yang mencakup pelestarian dan pemanfaatan serta aspek penyelesaian konflikantar pemangku kebijakan Kata Kunci : Undang-undang Benda Cagar Budaya, Otonomi daerah
REKONSILIASI KONFLIK ANTARPERGURUAN SILAT DI MADIUN (STUDI HISTORIS SOSIOLOGIS) Nurcahyo, Abraham; Soebijantoro, Soebijantoro; Hartono, Yudi
Jurnal Agasthia Vol 2, No 1 (2012)
Publisher : Jurnal Agasthia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengungkap akar penyebab konflik antarperguruan silat di Madiun; 2) Mengidentifikasi momentum-momentum dan tempat yang sering menjadi arena konflik; 3) Mengidentifikasi potensi-potensi integrasi yang dapat diberdayakan sebagai media penyelesaian konflik; 4) Merumuskan kerangka teoretik rekonsiliasi yang dapat diterapkan untuk menangani konflik antarperguruan silat di Madiun.Jenis penelitian deskriptif kualitatif. Data diperoleh dengan wawancara mendalam, observasi langsung, mencatat dokumen dan arsip. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi langsung, mencatat dokumen dan arsip. Validasi data dilakukan melalui teknik triangulasi sumber, teknik, dan peneliti. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis interaktif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik melibatkan faktor-faktor historis yang berdampak pada situasi sosiologis. Faktor historis berakar dari perbedaan pendapat guru-murid generasi awal dalam pengembangan Perguruan Setia Hati. Saat itu konflik masih pada fase latensi dimana perbedaan masih dapat diterima. Konflik bereskalasi pasca Peristiwa G30S ketika terjadi bentrok antarpendekar SH Terate dengan SH Winongo, meskipun keduanya bukanlah partisan dalam peristiwa tersebut. Hubungan mulai memburuk dan stereotip negatif mulai berkembang. Konflik semakin meluas sejak tahun 1990-an ketika jumlah anggota baru keduanya semakin meningkat. Pelanggaran etika perguruan mulai merebak karena tidak adanya sanksi organisatoris. Kekerasan mudah meletus dan melibatkan massa pendukung yang banyak. Konflik memasuki fase terjebak. Berbagai momentum yang sesungguhnya memiliki spirit yang sama seperti Suran Agung, Halal bihalal, dan pengesahan anggota baru justru menjadi arena konflik.Karakteristik konflik menentukan cara-cara penyelesaiannya. Tindakan pengamanan untuk menghentikan kekerasan cukup efektif dilakukan aparat. Namun demikian, suasana sosiopsikologis di tingkat bawah belum banyak berubah. Rekonsiliasi dengan pendekatan kultural menjadi pilihan. Arena-arena integrasi seperti Festival Pencak Seni Tradisi diberdayakan sebagai media rekonsiliasi dengan pendekatan kultural. Rekonsiliasi kultural merupakan upaya rekonsiliasi dengan memberdayakan unsur-unsur budaya dan sosial yang dapat menjadi perekat bersama untuk menciptakan suasana dialogis dan harmonis melalui cara-cara proeksistensi yang terjelmakan ke dalam tindakan dan aksi-aksi nyata dalam berbagai peristiwa kehidupan.Kata Kunci: Rekonsiliasi, konflik, perguruan silat
Cerita sejarah dan penanaman nilai-nilai moral (studi kasus di desa pandean kecamatan mejayan kabupaten madiun) Ristiana, Ari Frianti; Soebijantoro, Soebijantoro
Jurnal Agasthia Vol 4, No 1 (2014)
Publisher : Jurnal Agasthia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai moral dari pesan yang ada dalam cerita kepada anak-anak usia dini antara 1-6 tahun di Desa Pandean sehingga selain membacakan cerita, para orangtua di Pandean juga mendidik anak-anak mereka dengan cerita. Cerita bisa mendorong minat baca anak untuk membaca khususnya anak usia dini, sehingga dengan membaca cerita anak juga bisa mengimplementasikan pesan moral yang ada dalam cerita di lingkungan belajarnya. Selain itu, penelitian ini dapat bermanfaat untuk dijadikan bahan ajar oleh orangtua atau para tenaga pendidik kepada siswanya, dan menjadi metode dalam mendidik anak-anak pada usia dini. Penelitian ini mengambil tehnik sampel purposive karena bertujuan untuk mengambil data dari sebagian populasi TK yang ada di Pandean. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam pengambilan sampel yang lebih efisien dan efektif. Penelitian ini menggunakan angket yang disebarkan kepada ibu-ibu di TK Pembina. Peneliti menyebarkan angket dan 30 menit kemudian data dari angket tersebut dikumpulkan dan diteliti secara cermat dan tepat apakah ada kekurangan dalam pengumpulan data. Penelitian ini juga dilakukan bagi ibu-ibu di sekitar Pandean yang mempunyai anak umur 1-6 tahun. Selain itu, peneliti menggunakan metode observasi kepada anak-anak dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 627 KK di Kelurahan Pandean yang mempunyai anak antara usia 1-6 tahun yaitu 73 KK, dan peneliti mengambil data sebanyak 50% dari ibu-ibu di Pandean telah membacakan cerita sejarah atau cerita dongeng kepada anaknya baik itu sebelum tidur atau di waktu senggang. Dari 36 responden, terdapat 26 responden yang membacakan cerita untuk anak-anaknya. Jadi hanya 35% orangtua di Pandean yang membacakan cerita untuk anaknya. Tujuan para orangtua untuk membacakan cerita sejarah ini kepada anak agar anak memiliki wawasan luas tentang dunia nyata, anak akan mempunyai imajinasi dengan bercerita, mendorong anak untuk belajar membaca buku dari usia dini, dan menanamkan nilai-nilai luhur dalam cerita sejarah/dongeng. Menurut para orangtua di Pandean, mereka berusaha untuk meluangkan waktu untuk membacakan cerita bagi anak-anak mereka walaupun mereka sibuk baik di rumah dan di luar rumah. Sebagian besar orangtua di Pandean membacakan cerita rakyat Malin Kundang kepada anak mereka karena di dalam cerita Malin Kundang terdapat nilai luhur bagi anak usia dini yaitu tidak boleh durhaka kepada orangtua, sayang kepada orangtua, bekerja keras jika ingin berhasil. Kata Kunci: Nilai, Moral, Anak, Cerita Sejarah
PERAN PENDIDIKAN SEJARAH DALAM PENGEMBANGAN PENGAJARAN PENDIDIKAN MULTIKULTUR DI LPTK Soebijantoro, Soebijantoro
Jurnal Agasthia Vol 1, No 1 (2011)
Publisher : Jurnal Agasthia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Karakteristik masyarakat Indonesia dapat ditunjukkan dengan keragaman, baik suku, bahasa,  agama, budaya maupun adat istiadat.Dalam konteks berbangsa dan bernegara, maka kesadaran akan sifat humanis, pluralis dan demokratis di atas keragaman merupakan sebuah tuntutan. Kristalisasi budaya atas sifat-sifat tersebut telah tercatat dalam perjalanan panjang sejarah Indonesia. Pendidikan multikultur di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) diharapkan dapat menumbuhkan empati bagi calon-calon guru yang melihat bahwa keragaman adalah sebuah kenyataan, bukan sesuatu yang harus dihindari. Pendidikan sejarah diharapkan dapat mengantarkan kesadaran itu melalui pengembangan pembelajaran berbasis kultural dengan acuan pengalaman kolektif bangsa Indonesia.Kata kunci: Pendidikan Sejarah, Pendidikan Multikultur
PEMBELAJARAN IPS DAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR Soebijantoro, Soebijantoro
Premiere Educandum Vol 1, No 1 (2011)
Publisher : Premiere Educandum

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendidikan karakter berkaitan dengan keseluruhan kemampuan seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya, sebab hal itu berkaitan dengan unsur moral, sikap sampai dengan perilaku. Sebuah karakter dikatakan  baik  apabila  seseorang  memiliki kemampuan atas pengetahuan sebuah moral, perasaan moral  dan  tindakan  moral.  Secara  substantif pendidikan karakter berkenaan dengan pendidikan afektif yaitu berkenaan dengan dunia kejiwaan, cita- cita dan  rasa, citra  serta  keyakinan  manusia. Keyakinan akan sesuatu yang paling baik merupakan hasil belajar. Sebagai hasil dari proses internalisasi secara nalar dari peserta didik terhadap nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. IPS merupakan rumpun yang diharapkan  dapat  memberikan  muatan  besar pendidikan karakter sebab IPS mampu memfasilitasi peserta didik untuk membangun pengetahuan, beradaptasi  dengan  lingkungan,  membudayakan dirinya dengan lingkungan yang kesemuanya dapat dikembangkan melalui pembelajaran dengan pendekatan berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial.Kata Kunci: Pembelajaran IPS, Pendidikan Karakter
Implementasi Lesson Study pada Pengajaran IPS Kelas Tinggi Soebijantoro, Soebijantoro
Jurnal Pendidikan Vol 17, No 1 (2011)
Publisher : Jurnal Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The graduation ratio of Electronics I subject passes 95% and more than 75% of the students get B. The Electronics I subject, which mainly discusses diode and transistor, has become the prerequisite one for the next Electronics II containing underlying theories for the advanced apllication of them. It is prdicted that the students have perceived a strong basis for the understanding of Electrobics II materials. This assumption leads to an idea of developing the students independence in learning Electronics II subject. The strategy is taken up by giving independent tasks so as to present them before the class. The students’ proficiency can be noted from the discussion process. The result of analysis shows that the students can achieve good result almost without lecturers assistence. In each of presentation, 80% of the arising problems can be resolved well without lectrer’s assistence, which then means that the students independence can be achieved under this learning technique. The pasasing grade of the subject can be proudly acheived by 98.72% of the students. Out of 78 students, 8 of them (10.26%) get A, 59% of them (76.92%) get B, and 10 of them (12.82%) get C, and 1 student (1.28) gets D. The overall achievement shows that independent learning can be built upon presentation technique.Keywords: discussion, independent learning, acheivement
Revitalisasi Pengajaran Sejarah dan Upaya Menuju Profesionalisme Guru-Guru Sejarah Soebijantoro, Soebijantoro
Jurnal Pendidikan Vol 15, No 2 (2009)
Publisher : Jurnal Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Teaching of history is one out of that of other subjects in schools, which activity includes the implementation of nurturing societal values from one generation to another. Nurturing societal values to students in class can in turn empower their awareness of the past through a systematic learning design. Teachers of history should consequently understand their duty – not only carrying out the proper instructional design, but also nurturing those societal values to students. That duty can only be realized by developing both instructional strategy and value acquisition, so as to contribute as professional history teachers who implement the long life education.Key words : revitalization, teachers’ professionalism
KEPEDULIAN TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP MELALUI PENGAJARAN GEOGRAFI SEJARAH DI LPTK Soebijantoro, Soebijantoro
Jurnal Pendidikan Vol 18, No 2 (2012)
Publisher : Jurnal Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ecosystem has been one target of the UNOs millenium development goals. The decision is sited because the safety of the ecosystem is regarded to be critical around the development of science and technology of 20th century which result in not only well-being but also disaster for human mankind, pertaining to complicated problems. The role of technology has shifted along the way with the development of human history, from the support system to power which determines the cosietal behaviour and interaction.Technology is always coined with science, since technlogy is the embodiment of the science. Hence, technology will only develop in the assistance of the cultural behaviour which contributes  strategic advantage for human being. The development of technology inavitably requires the deep structure of ethics, moral and commitment to establish the basis of a nations culture. The most responsible institution to nurture such values is educational institution.One of the objectives of teaching historical geography is to nurture students awareness against the significance of ecosystem, thorugh the historical cultural and geographical approaches, around and within human life and living.Key words: Ecosystem, Historical Geography
PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI PENGAJARAN HISTORIOPRENEUR Studi Kasus Pada Prodi Pend. Sejarah IKIP PGRI MADIUN) Soebijantoro, Soebijantoro
978-602-7561-892
Publisher : Program Studi S3 Ilmu Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (89.637 KB)

Abstract

Penelitian ini dilakukan dalam upaya untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan pengajaran historioprenuer yang berpengaruh terhadap mutu lulusan pada program studi pedidikan sejarah IKIP PGRI MADIUN. Adapun bentuk dan strategi penelitian berdasarkan  permasalahan   yang   ini adalah penelitian kualitatif dengan analisis data dilakukan pada tiga komponen  yaitu reduksi data, sajian data, penarikan simpulan atau verifikasi. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa telah terjadi kenaikan angka keterserapan lulusan di sektor pekerjaan non pendidikan pada lulusan tahun akademik 2013/2014 sebesar 25 % dengan masa tunggu rata rata adalah 2 hingga 3 bulan. Dengan demikian keberadaan mata kuliah historiprenuer berpengaruh kuat terhadap kemampuan program studi dalam mengantarkan lulusan untuk mendapatkan pekerjaan.
PENGEMBANGAN WEDUS GEMBEL (WAYANG KARDUS GEMBIRA DAN BELAJAR) SEBAGAI MEDIA MEMBANGUN JIWA NASIONALISME SEJAK DINI PADA SISWA TKK SANTO YUSUF KOTA MADIUN Nugroho Saputro, Oktavianto; Soebijantoro, Soebijantoro
AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA Vol 5, No 1 (2015)
Publisher : IKIP PGRI MADIUN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendidikan menjadi hal yang penting dalam kehidupan kita, melalui pendidikanah kita dapar melanjutkan kehidupan dan menatanya dengan baik untuk masa depan yang baik pula. Melalui diunia pendidikan banyak hal yang bisa didapat, tidak hanya mengenai ilmu pengetahuan, namun juga pelajaran-pelajara diluar itu. Kehidupan sosial, bagaimana kita menempatkan diri ditengah masyarakat, bersikap baik, sopan santun, cinta tanah air, semua hal tersebut juga dapat terbentuk melalui lembaga pendidikan. Semua hal yang baik dalam kehidupan ini akan lebih baik jka mulai dikenalkan sejak dini melalui lembaga pendidikan paling dasar, sebut saja PAUD. Penananman cinta tanah air dengan karakter-karakter pada anak akan lebih cepat mereka serap dan ingat jika dalam penyampaiaannya menggunakan media ajar yang menarik dan menyenangkan bagi siswa sebagai alat bantu penyampai pelajaran.