Amalia Sholehah, Amalia
Dept.of Metallurgical and Materials Engineering Faculty of Engineering Universitas Indonesia

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Synthesis and Characterization of Graphene Using Coconut Shell Charcoal Sholehah, Amalia; Vinanza, Naufal Eka; Huda, Nurul; Rengga, Wara Dyah Pita
Rekayasa : Jurnal Penerapan Teknologi dan Pembelajaran Vol 18, No 1 (2020): July
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/rekayasa.v18i1.22952

Abstract

Coconut shell waste has great potential as a source of carbon in the future. Graphite is one of the carbon allotropes with layers of planar layered carbon atoms. One layer of graphite is called graphene with hexagonal carbon atomic structure. In this study, the Hummers method was used to obtain graphene from coconut shell waste. This method breaks the bonding graphite layer into graphene by utilizing the process of mixing a mixture of graphite and HCl solution with the addition of KMnO4 and NaNO3. Raman Spectroscopy characterization shows the formation of multilayer graphene with D, G, and 2D values in 1365, 1585, and 2865 cm-1. The Fourier Transform Infrared Spectroscopy characterization confirmed the bonds of C-O, C = C and C = O at 1220, 1580, and 1700 cm-1. Meanwhile, X-Ray Diffraction characterization showed a peak of diffraction of graphene at 2θ at 11.6o; 23.9o; and 43.5o. The graphene produced becomes more transparent with the length of time of stirring, and the smaller the size of the graphite particles results in the irregularity of the graphene crystal structure.
Synthesis and Characterization of Graphene Using Coconut Shell Charcoal Sholehah, Amalia; Vinanza, Naufal Eka; Huda, Nurul; Rengga, Wara Dyah Pita
Rekayasa : Jurnal Penerapan Teknologi dan Pembelajaran Vol 18, No 1 (2020): July
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/rekayasa.v18i1.22952

Abstract

Coconut shell waste has great potential as a source of carbon in the future. Graphite is one of the carbon allotropes with layers of planar layered carbon atoms. One layer of graphite is called graphene with hexagonal carbon atomic structure. In this study, the Hummers method was used to obtain graphene from coconut shell waste. This method breaks the bonding graphite layer into graphene by utilizing the process of mixing a mixture of graphite and HCl solution with the addition of KMnO4 and NaNO3. Raman Spectroscopy characterization shows the formation of multilayer graphene with D, G, and 2D values in 1365, 1585, and 2865 cm-1. The Fourier Transform Infrared Spectroscopy characterization confirmed the bonds of C-O, C = C and C = O at 1220, 1580, and 1700 cm-1. Meanwhile, X-Ray Diffraction characterization showed a peak of diffraction of graphene at 2θ at 11.6o; 23.9o; and 43.5o. The graphene produced becomes more transparent with the length of time of stirring, and the smaller the size of the graphite particles results in the irregularity of the graphene crystal structure.
Karakterisasi Sensor Magnetic Induction Tomography untuk Inspeksi Cacat Las pada Pelat Baja Haryono, Didied; Sholehah, Amalia; Suwandana, Rahman Faiz; Muttakin, Imamul; Saputra, Aldy Yana
Jurnal Furnace Vol 7, No 1 (2024)
Publisher : Program Studi Teknik Metalurgi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/furnace.v1i1.27542

Abstract

Magnetic Induction Tomography (MIT) merupakan salah satu metode NDT yang saat ini sedang dikembangkan. Metode MIT ini mempunyai kelebihan seperti bersifat non-intrusive, contactless, aman dari radiasi, dan relatif murah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif desain sensor yang dikembangkan dalam menginspeksi cacat las serta menganalisis pola sinyal hasil inspeksi. Penelitian ini menggunakan jenis desain sensor tipe I, II, dan III, serta sampel uji yang digunakan adalah pelat baja SS400 dengan ukuran 10 cm x 10 cm. Eksperimen dilakukan dengan meletakkan sensor di atas cacat las dan sensor akan menginspeksi pada frekuensi 100 kHz – 500 kHz. Cacat yang diinspeksi berupa cacat retak dan cacat porositas diameter 5 mm dengan kedalaman 3, 7, serta 11 mm. Pada penelitian ini, besaran yang terukur adalah nilai impedansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sensor tipe I menjadi menghasilkan grafik karakterisasi yang paling optimal. Hal ini dilihat berdasarkan nilai gapimpedansi baja dengan udara yang paling jauh dan sensitivitas dalam inspeksi baja cacat. Kemudian, hasil pengukuran baja cacat menunjukkan nilai impedansi baja cacat berada di antara nilai impedansi baja normal dan udara. Pada frekuensi 172 kHz, nilai impedansi cacat porositas kedalaman 3, 7, dan 11 mm masing-masing adalah sebesar 34,518; 34,556; dan 34.587 mΩ. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengukuran dengan sensor tipe I sudah dapat membedakan cacat porositas dengan variasi kedalaman dengan pengukuran optimum pada kedalaman 3 mm. Selain itu, sensor tipe I juga sudah sensitif untuk melihat perbedaan bentuk cacat. Dari hasil penelitian, cacat retak dan cacat porositas yang ditunjukkan dengan hasil nilai relatif impedansi pada frekuensi 172 kHz, dimana cacat retak menjadi nilai yang paling kecil dibandingkan dengan nilai relatif impedansi cacat porositas sebesar 0,222 mΩ. Sementara itu, nilai relatif impedansi cacat porositas dengan variasi kedalaman 3, 7, dan 11mm masing-masing sebesar 0,287; 0,325; dan 0,356 mΩ pada kedalaman 11 mm, 0.325 mΩ. 
Karakterisasi Sensor Magnetic Induction Tomography Untuk Inspeksi Cacat Las Pada Pelat Baja Haryono, Didied; Sholehah, Amalia; Suwandana, Rahman Faiz; Muttakin, Imamul; Saputra, Aldy Yana
Jurnal Furnace Vol 7, No 1 (2024): Mei 2024
Publisher : Program Studi Teknik Metalurgi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/jf.v7i1.35009

Abstract

Metode Magnetic Induction Tomography (MIT) mempunyai kelebihan seperti bersifat non-intrusive, contactless, aman dari radiasi dan relatif murah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif desain sensor yang dikembangkan dalam menginspeksi cacat las serta menganalisis pola sinyal hasil inspeksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sensor tipe I menjadi sensor dengan karakterisasi yang paling optimal dilihat berdasarkan nilai gap impedansi baja dengan udara yang paling jauh dan sensitivitas dalam inspeksi baja cacat. Pada frekuensi 172 kHz nilai impedansi cacat porositas kedalaman 11 mm sebesar 34.587 mΩ, nilai impedansi cacat porositas kedalaman 7 mm sebesar 34.556 mΩ, dan nilai impedansi cacat porositas kedalaman 3 mm sebesar 34.518 mΩ. Hal tersebut menunjukkan pengukuran dengan sensor tipe I sudah dapat membedakan cacat porositas dengan variasi kedalaman dengan pengukuran optimum pada kedalaman 3 mm. Selain itu, sensor tipe I juga sudah sensitif untuk melihat perbedaan bentuk cacat yaitu cacat retak dan cacat porositas yang ditunjukkan dengan hasil nilai relatif impedansi pada frekuensi 172 kHz cacat retak menjadi nilai yang paling kecil dibandingkan dengan nilai relatif impedansi cacat porositas sebesar 0.222 mΩ. Sedangkan pada nilai relatif impedansi cacat porositas variasi kedalaman, nilai dari yang paling tinggi ke rendah adalah 0.356 mΩ pada kedalaman 11 mm, 0.325 mΩ pada kedalaman 7 mm, dan 0.287 mΩ pada kedalaman 3 mm