Galuh Hardaningsih, Galuh
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegor

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Prevalensi dan jenis masalah emosional dan perilaku pada anak usia 9-11 tahun dengan perawakan pendek di Kabupaten Brebes Rahmadi, Farid Agung; Hardaningsih, Galuh; Pratiwi, Rina
Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition) Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Department of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (423.436 KB) | DOI: 10.14710/jgi.3.2.116-119

Abstract

Latar belakang. Diperkirakan prevalensi masalah emosional dan perilaku pada anak adalah sebesar 20%. Terdapat berbagai macam jenis masalah emosional dan perilaku seperti gangguan emosi, gangguan perilaku, hiperaktif, dan masalah dengan teman sebaya. Masalah emosional dan perilaku dipengaruhi oleh multifaktor yang masing-masing dapat berdiri sendiri atau saling mempengaruhi. Nutrisi dan stimulasi yang adekuat sebagai dasar perkembangan anak wajib diberikan secara optimal. Perawakan pendek merupakan salah satu bentuk dari gangguan nutrisi kronik yang dapat menimbulkan berbagai macam masalah emosional dan perilaku pada anak. Mengingat penatalaksanaan masalah emosional dan perilaku tidak dapat dilaksanakan sebelum dilakukannya identifikasi jenis masalah emosional dan perilaku, maka identifkasi jenis masalah  emosional dan perilaku penting untuk dilakukan.Tujuan penelitian. Mengetahui prevalensi dan  jenis masalah emosional dan perilaku yang terjadi pada anak dengan perawakan pendek.Metode penelitian. Merupakan penelitian observasional deskriptif. Penelitian dilakukan di beberapa sekolah dasar di Kabupaten Brebes. Subyek penelitian adalah anak berperawakan pendek umur 9-11 tahun. Variabel yang diteliti adalah masalah emosional dan perilaku pada anak perwakan pendek menggunakan kuesioner SDQ. Hasil Penelitian. Sebanyak 70 anak perawakan pendek terdiri dari 30(42.85%) anak perempuan, dengan rerata umur subyek 121.14±6.62 bulan. Subyek  dengan nilai total kesulitan abnormal sebanyak 6(8%) dan borderline 28(40%). Skala gangguan emosi abnormal sebanyak 17(24.2%) dan borderline 12(17.1%). Subyek dengan skala masalah perilaku abnormal sebanyak 19(27.1%) dan borderline sebanyak 21(30%). Subyek  dengan skor masalah dengan teman sebaya dalam klasifikasi abnormal sebanyak 23(32.8%) dan borderline 18(25.7%).Simpulan. Prevalensi masalah emosional dan perilaku yang terjadi pada anak dengan perawakan pendek lebih tinggi daripada prevalensi masalah emosional dan perilaku pada populasi anak normal. Urutan jenis masalah yang paling tinggi adalah masalah dengan teman sebaya, kemampuan prososial yang kurang, masalah perilaku dan emosi.
PENGARUH PEMBERIAN FORMULA HIDROLISA EKSTENSIF DAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK DENGAN ALERGI SUSU SAPI DI KOTA SEMARANG Imani, Fawzia Haznah Nurul; Hardaningsih, Galuh
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.937 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18570

Abstract

Latar belakang: Formula hidrolisa ekstensif merupakan pilihan pertama dalam manajemen alergi susu sapi. Pada praktiknya, isolat protein kedelai lebih banyak digunakan karena harganya yang lebih terjangkau. Pemilihan jenis susu formula diperkirakan berpengaruh terhadap perkembangan khususnya pada periode emas tumbuh kembang.Tujuan: Menganalisis perbedaan pengaruh formula hidrolisa ekstensif dan isolat protein kedelai terhadap perkembangan anak dengan alergi susu sapi.Metode: Penelitian dengan desain belah lintang ini membandingkan perkembangan anak dengan alergi susu sapi yang mengonsumsi formula hidrolisa ekstensif dengan yang mengonsumi isolat protein kedelai. Subyek diperoleh dengan consecutive sampling. Perkembangan diukur dengan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) sedangkan stimulasi, sebagai variabel perancu diukur dengan HOME Inventory Score.Hasil: Subyek merupakan anak alergi susu sapi berusia 3-72 bulan. Diperoleh 25 subyek pada masing-masing kelompok penelitian. Terdapat 4 subyek  (16%)  pada kelompok isolat protein kedelai yang mengalami suspek gangguan perkembangan. Berdasarkan uji hipotesis, tidak terdapat perbedaan pengaruh yang bermakna antara kedua susu formula terhadap perkembangan global (p=0,11), motorik kasar (p=0,49), motorik halus (p=0,61), bahasa (0,42) dan personal sosial (p=0,46) anak dengan alergi susu sapi.Simpulan: Tidak terdapat perbedaan pengaruh yang bermakna antara formula hidrolisa ekstensif dan isolat protein kedelai terhadap perkembangan global, motorik kasar, motorik halus, bahasa maupun personal sosial anak dengan alergi susu sapi.
The Association of Food Insecurity and Chronic Diarrhea on the Prevalence of Stunting in Children under 2-5 Years of Age Marisa, Agnia; Hastuti, Vivilia Niken; Resti, Nina; Hardaningsih, Galuh; Ardiaria, Martha; Sugianto, Denny Nugroho; Afifah, Diana Nur
Journal of Sustainability Perspectives Vol 5, No 1: June 2025
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jsp.2025.28638

Abstract

Stunting is associated with food insecurity and diarrheal infections. Age under five years is a golden age, which is very important for optimizing growth and development in the future. This study aimed to investigate the association between food insecurity and diarrhea and the prevalence of stunting in toddlers aged 2-5 years. Analytical observations using cross-sectional design. The study sample comprised 140 children aged 2-5 years. The sample was selected by simple random sampling. Data analysis was performed using univariate, chi-squared, Kruskal-Wallis, and multivariate tests. A total of 18.6% of the toddlers were stunted, 66 families were food insecure, and 31 toddlers had diarrhea. There was a relationship between chronic diarrhea and short nutritional status (p<0.001), and there was a significant relationship between food insecurity and the incidence of stunting (p=0.001). Results of the multivariate analysis using logistic regression. The final modal formula was log p (stunting) = -2.549 + 1.808 (parental income < minimum wage) + 6.098 (history of diarrhea) + 1.396 (food insecurity). Diarrhea is the dominant factor that most influences the incidence of stunting.
The Association of Food Insecurity and Chronic Diarrhea on the Prevalence of Stunting in Children under 2-5 Years of Age Marisa, Agnia; Hastuti, Vivilia Niken; Resti, Nina; Hardaningsih, Galuh; Ardiaria, Martha; Sugianto, Denny Nugroho; Afifah, Diana Nur
Journal of Sustainability Perspectives Vol 5, No 1: June 2025
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jsp.2025.28638

Abstract

Stunting is associated with food insecurity and diarrheal infections. Age under five years is a golden age, which is very important for optimizing growth and development in the future. This study aimed to investigate the association between food insecurity and diarrhea and the prevalence of stunting in toddlers aged 2-5 years. Analytical observations using cross-sectional design. The study sample comprised 140 children aged 2-5 years. The sample was selected by simple random sampling. Data analysis was performed using univariate, chi-squared, Kruskal-Wallis, and multivariate tests. A total of 18.6% of the toddlers were stunted, 66 families were food insecure, and 31 toddlers had diarrhea. There was a relationship between chronic diarrhea and short nutritional status (p<0.001), and there was a significant relationship between food insecurity and the incidence of stunting (p=0.001). Results of the multivariate analysis using logistic regression. The final modal formula was log p (stunting) = -2.549 + 1.808 (parental income < minimum wage) + 6.098 (history of diarrhea) + 1.396 (food insecurity). Diarrhea is the dominant factor that most influences the incidence of stunting.