Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

EVANS SYNDROME IN A 10 YEAR OLD GIRL Ariputra, A.
Medicina Vol 46 No 1 (2015): Januari 2015
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.926 KB)

Abstract

Evans syndrome is a coexistence of simultaneous or sequential positive direct Coombs test in conjunctionwith  immune-mediated  thrombocytopenia with no known underlying etiology. The  clinical  course  ischronic and relapsing, and the therapy is generally progressive. Recurrences of thrombocytopenia, anemiaand neutropenia are common, as well as episodes of hemorrhage and serious infections. Noncrossreactingautoantibodies are directed against red cells, platelets, and neutrophils antigens. Evans syndrome isa rare condition, no predilection is known and its exact prevalent is unknown. We report a case of Evanssyndrome in 10 years old girl with severe anemia and thrombocytopenia. Patient came with clinicalsymptoms of severe anemia. The laboratory evaluation showed severe anemia, increased reticulocytecount, anisopoikilocytosis erythrocyte, increased unconjugated bilirubin, positive direct Coombs testand thrombocytopenia. Patient was then managed with high doses of corticosteroids and showed goodresponse from both clinical and laboratory evaluations. [MEDICINA 2015;46:61-66].Sindrom Evans adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya hasil positif pada direct Coombstest dan trombositopenia yang diperantarai  imun secara simultan atau sekuensial tanpa penyebabyang  jelas. Perjalanan klinis umumnya bersifat kronis, sering mengalami relaps dan memerlukanterapi yang progresif. Kejadian trombositopenia, anemia, neutropenia, perdarahan dan episode infeksiberat berulang umum terjadi. Pada sindrom ini, terjadi reaksi autoantibodi spesifik terhadap antigensel darah merah, trombosit dan juga neutrofil. Sindrom Evans merupakan kasus yang jarang ditemukandan dengan predileksi serta prevalensi yang belum banyak diketahui. Kami melaporkan satu kasusSindrom Evans pada anak perempuan usia 10 tahun.  Pasien dengan gejala klinis anemia berat dan padapemeriksaan laboratorium menunjukkan suatu anemia berat, peningkatan hitung retikulosit, gambaraneritrosit anisopoikilositosis, peningkatan kadar bilirubin yang tidak terkonjugasi, direct Coombs test yangpositif  dan  trombositopenia.  Pasien  kemudian  diterapi  dengan  kortikosteroid  dosis  tinggi  dandidapatkan respon yang baik pada evaluasi klinis dan laboratorium. [MEDICINA 2015;46:61-66].
Modifikasi Mesin Pencacah Plastik untuk Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Hasil Cacahan dalam Proses Daur Ulang Muttaqin, Ahmad Nurul; Mihdar, Uswatul Hasanah; Wirawan, Tri Susilo; Ariputra, A.; Halim, Abdul; Ilmunandar, Alief Maulana; Arfandy; Putra, Muhammad Sidiq Dwi; Abdillah, Muh.; Wicaksono, Ariawan Bayu; Ishak
Jurnal Permadi : Perancangan, Manufaktur, Material dan Energi Vol 7 No 01 (2025): JURNAL PERMADI: PERANCANGAN, MANUFAKTUR, MATERIAL DAN ENERGI
Publisher : Universitas Nusa Putra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52005/permadi.v7i01.180

Abstract

Sampah plastik menjadi masalah lingkungan global karena sulit terurai secara alami dan dapat mencemari air, tanah, dan udara. Untuk mengatasi masalah ini, proses daur ulang plastik menjadi solusi yang penting. Mesin pencacah plastik merupakan alat utama dalam daur ulang, namun banyak mesin yang masih menghadapi masalah dalam hal kapasitas dan kualitas hasil cacahan. Beberapa mesin pencacah plastik sebelumnya memiliki keterbatasan seperti ukuran cacahan yang besar dan ketidakstabilan dalam proses pencacahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan mesin pencacah plastik dengan meningkatkan kapasitas dan menghasilkan cacahan yang lebih kecil dan seragam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi desain mesin dengan mengganti sistem pemotongan menggunakan pisau dengan sudut kemiringan 45°, penambahan saringan, serta sistem pendinginan dengan pompa air untuk menghindari panas berlebih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mesin modifikasi mampu menghasilkan cacahan dengan ukuran rata-rata 7,7 mm x 6,4 mm dan kapasitas produksi 21,6 kg/jam. Mesin ini juga lebih efisien dengan waktu pencacahan rata-rata 2 menit 30 detik per 1 kg plastik, dibandingkan dengan mesin sebelumnya yang membutuhkan waktu 2 menit 48 detik. Kesimpulannya, mesin pencacah plastik yang dimodifikasi dapat meningkatkan efisiensi pencacahan dan menghasilkan cacahan plastik yang lebih kecil dan lebih seragam, yang mendukung proses daur ulang plastik yang lebih ramah lingkungan.
Pengembangan Mesin Pengupas Bawang Merah Berkapasitas Tinggi dan Sistem Pengelolaan Sampah yang Efisien untuk Mendukung Industri Kuliner di Kota Makassar Muttaqin, Ahmad Nurul; Mihdar, Uswatul Hasanah; Ilmunandar, Alief Maulana; Arfandy, Arfandy; Halim, Abdul; Ariputra, A.
Manutech : Jurnal Teknologi Manufaktur Vol. 17 No. 01 (2025): Manutech: Jurnal Teknologi Manufaktur
Publisher : Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33504/manutech.v17i01.474

Abstract

This study focuses on the design and performance evaluation of a shallot peeling machine aimed at enhancing processing efficiency for culinary applications. The machine is equipped with a ¼ hp electric motor operating at 1400 rpm, along with a specially designed peeling disc that utilizes rubber friction around the drum to effectively peel the shallots. The machine’s large-capacity container is designed to prevent the test materials from being ejected during operation, ensuring stability throughout the peeling process. Testing was conducted in two stages: the first stage used 1 kg of shallots, and the second stage used 2 kg, both at a motor speed of 1400 rpm. In the first test stage, the machine achieved an average peeling efficiency of 82% after one minute (equivalent to 820 grams of peeled shallots from 1 kg), which increased to 94.2% (942 grams) after two minutes and reached 98.5% (985 grams) after three minutes. In the second test stage with 2 kg of shallots, the machine recorded an average peeling efficiency of 96.4% (1929 grams). The machine demonstrates a production capacity of 30 kg per hour, far exceeding the previous model's capacity of only 14 kg per hour. These findings confirm that the newly designed shallot peeling machine meets performance expectations and offers a substantial improvement in peeling efficiency and productivity.