Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

ANALISIS FAKTOR KETERLAMBATAN PENYELESAIAN PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG TERHADAP MUTU, BIAYA DAN WAKTU DI DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA MANADO Pinori, Mickson; Sompie, Bonny F.; Willar, Debby
JURNAL ILMIAH MEDIA ENGINEERING Vol 5, No 2 (2015): JURNAL ILMIAH MEDIA ENGINEERING
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keterlambatan adalah waktu pelaksanaan yang tidak dimanfaatkan sesuai dengan rencana kegiatan, sehingga menyebabkan satu atau beberapa kegiatan mengikuti menjadi tertunda atau tidak diselesaikan tepat sesuai jadwal yang telah direncanakan, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor penyebab keterlambatan proyek konstruksi di Dinas Pekerjaan Umum Kota Manado, dengan tinjauan yaitu seluruh bangunan Gedung yang telah selesai dibuat dari tahun 2009-2014. Dari hasil tinjauan pustaka terdapat 42 faktor penyebab keterlambatan proyek konstruksi gedung, setelah dianalisis mencari faktor-faktor mana yang paling berpengaruh terhadap keterlambatan proyek dengan cara di ranking ditemukan sepuluh faktor penyebab keterlambatan antara: (1) perencanaan schedule yang tidak tepat, (2) kenaikan harga BBM, (3) volume material yang dikirim ke lokasi tidak cukup, (4) pelaksanaan proyek pada triwulan ketiga (akhir tahun anggaran), (5) kesalahan dalam perencanaan dan spesifikasi, (6) keadaan tanah dasar berbeda dari yang diharapkan (tidak stabil), (7) kesalahan dalam menginterpretasikan gambar dan spesifikasi, (8) cuaca buruk (banjir, tanah longsor), (9) kekurangan tenaga kerja (10), pelaksanaan tahapan pekerjaan yang jelek. Kemudian faktor-faktor penyebab keterlambatan dianalisis untuk mencari hubungan seberapa besar pengaruh faktor-faktor penyebab keterlambatan terhadap perencanaan schedule yang tidak tepat, ditemukan bahwa yang paling besar berpengaruh adalah pelaksanaan tahapan pekerjaan yang jelek, volume material yang dikirim ke lokasi tidak cukup, kekurangan tenaga kerja, dengan memiliki korelasi masing-masing, 0.529, 0.490,  dan 0,226, dengan memilki arti bahwa ketiga faktor keterlambatan masing-masing berpengaruh sebesar 52,9 %, 49,0 %, 22,6 % terhadap perencanaan schedule yang tidak tepat. Untuk hubungan secara bersama-sama antara sembilan variabel penyebab keterlambatan terhadap perubahan schedule menjadi tidak tepat dilihat dari hasil harga F hitung 3,07. harga ini selanjutnya dikonsultasikan dengan F tabel. Untuk dk pembilang = 10 dan dk penyebut (50 – 10 – 1) = 39, maka didapat untuk  5%  Ft = 2,08, Kesimpulan Fh 3,070  > Ft 2,08, maka koefisien korelasi ganda yang diuji Signifikan dengan angka R sebesar 0,639 menunjukkan bahwa korelasi atau keeratan hubungan antara ke Sembilan variabel penyebab keterlambatan terhadap perencanaan schedule tidak tepat adalah variabel independennya adalah kuat. Kata Kunci : Faktor-faktor penyebab keterlambatan, Hubungan, Mutu, Biaya dan Waktu, Proyek Konstruksi.
ANALISA BIAYA PEMANFAATAN FLY ASH SEBAGAI MATERIAL DASAR BETON SELF COMPACTING GEOPOLYMER Chichilya S. P. Sondakh; Stevanny Gumalang; Mickson Pinori
PADURAKSA: Jurnal Teknik Sipil Universitas Warmadewa Vol. 10 No. 1 (2021)
Publisher : Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik dan Perencanaan, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.562 KB) | DOI: 10.22225/pd.10.1.2746.158-168

Abstract

The vibratory compaction process to obtain high-quality concrete has difficulties when faced with complex structural models. In the last few decades, research and development of self-compacting concrete (SCC) has been carried out. The application of SCC in Indonesia is still limited because the manufacturing costs are quite high. The composition of cement in SCC is more than conventional concrete, which means it causes higher air pollution. The amount of cement production is directly proportional to the amount of CO2 released into the atmosphere, so the world cement industry makes a major contribution to global greenhouse gas emissions. Several studies have begun to innovate combining SCC and overall cement replacement technology with a pozzolanic material that has cement-like characteristics. One of the alternative materials to replace Portland cement is fly ash, which is a waste material from burning coal in the PLTU. For fly ash to bind like cement, an activator is needed. The mixture of fly ash and activator is known as geopolymer paste, so the combination of these two concrete technologies is called geopolymer self-compacting concrete with fly ash as a base material. In Indonesia, geopolymer self-compacting concrete is still limited in the mix design testing phase, so the authors are interested in knowing the economic review of this type of concrete, and intend to analyze the cost of production of this geopolymer self-compacting concrete using local materials, fly ash from PLTU II Amurang, North Sulawesi Province. The study began with an examination of local materials in North Sulawesi for a concrete mix design. Followed by conducting experimental testing to get the characteristics of fresh concrete and the compressive strength of the concrete. Furthermore, analysis of production costs based on mix-design for 1 m3 of concrete. The workability test of the fresh geopolymer self-compacting concrete with fly ash as a base material through the slump flow method, V-funnel test, and L-Box Shaped test shows that it qualifies the SCC requirements and also produces K-250 quality of concrete. Geopolymer concrete combined with SCC concrete, which has a relatively high cost, results in high production costs of Geopolymer Self Compacting Concrete.
PENERAPAN BUILDING INFORMATION MODELING PADA QTO PEKERJAAN SUB-STRUKTUR PROYEK SPORTHALL POLTEKES MANADO MENGGUNAKAN CUBICOST-TAS Sondakh, Chichilya Selistye Pricilya; Warbung, Gerald Geoffrey; Pinori, Mickson
STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol 12, No 2 (2024):
Publisher : Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55679/jts.v12i2.47772

Abstract

Peningkatan permintaan di sektor konstruksi paska pandemi Covid-19 terkait dengan berbagai permasalahan dan tantangan yang sering terjadi di dalam industri konstruksi tradisional. Perkembangan teknologi digital kemudian memberikan dampak yang besar dalam melakukan percepatan pembangunan infrastruktur sehingga menjadi lebih efisien dan produktif, salah satunya dengan Building Information Modelling (BIM). Pembangunan Sport Hall Poltekkes Manado Tahap 1 merupakan pekerjaan konstruksi bangunan bawah atau sub-struktur. Proses perencanaan proyek ini masih menggunakan metode konvensional yang membutuhkan proses yang rumit dan rentan untuk terjadi clash karena belum terintegrasi antara setiap unsur dalam proses perencanaan. Pengaplikasian BIM Cubicost TAS menjadi salah satu alternatif mengubah proses konstruksi tradisional menjadi lebih efisien dan terintegrasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan kuantitatif, dimana proses pengumpulan data dan analisis perumusan kesimpulan berdasarkan data-data numerik yang dihasilkan dari pengaplikasian BIM Cubicost-TAS. Data yang digunakan berasal dari dokumen proyek berupa gambar kerja, BOQ dan DED. Dari hasil pemodelan menggunakan BIM Cubicost-TAS terjadi efisiensi hasil perhitungan karena elemen struktur dimodelkan dengan lebih cepat dan akurat. Selain itu hasil perhitungan berupa volume pekerjaan dapat dikeluarkan secara otomatis, dalam proses analisis pun dapat mengurangi tingkat kesalahan perhitungan volume yang bisa disebabkan oleh elemen-elemen yang bersinggungan.
KARAKTERISTIK BETON GEOPOLIMER BERBASIS METAKAOLIN TORAGET DENGAN PERAWATAN SUHU RUANG Sondakh, Chichilya Selistye Pricilya; Butar-Butar, Samuel; Pinori, Mickson
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 8, Nomor 4, November 2025
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v8i4.34479

Abstract

North Sulawesi is reported to have kaolin deposit reserves reaching to 20 million tons. Metakaolin as a result of calcination of kaolin can be used as a basic material for making environmentally friendly concrete known as geopolymer concrete. The binding process of geopolymer concrete requires elevated temperature curing which in technical construction implementation can be a constraint, so efforts are needed to obtain geopolymer concrete with more practical curing without reducing the quality of the concrete. One alternative that can be done is ambient curing but it requires other materials in the mixture that in the process generate heat to help the polymerization process. The materials chosen as metakaolin substitutes in this study were portland cement and white portland cement by replacing 10% and 15% of the total weight of metakaolin, respectively. The purpose of this study is to obtain the characteristics of North Sulawesi's local metakaolin-based geopolymer concrete with ambient curing by reviewing 3 parameters: concrete compressive strength, then concrete strength against flexure and splitting tensile strength using quantitative research methods through experiments. The results of the study showed that metakaolin-based geopolymer concrete could be made with ambient curing without partial substitution of metakaolin, but with 15% portland cement or white portland cement substitution, geopolymer concrete experienced an increase in compressive strength even reaching 31.4 MPa, splitting tensile strength was obtained at an average of 3.8 MPa and flexural strength was obtained at an average of 0.126 MPa. Abstrak Sulawesi Utara dilaporkan memiliki cadangan endapan kaolin mencapai 20 juta ton. Metakaolin sebagai hasil kalsinasi dari kaolin bisa dimanfaatkan sebagai material dasar pembuatan beton ramah lingkungan yang dikenal sebagai beton geopolimer. Proses pengikatan beton geopolimer memerlukan perawatan panas yang dalam teknis pelaksanaan konstruksi bisa menjadi kendala, sehingga diperlukan upaya untuk mendapatkan beton geopolimer dengan perawatan yang lebih praktis namun tidak mengurangi mutu beton. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan yaitu dengan perawatan suhu ruang namun diperlukan material lain dalam campuran yang dalam prosesnya menghasilkan panas sehingga bisa membantu proses polimerisasi. Material yang dipilih sebagai subtituen parsial metakaolin dalam penelitian ini adalah semen dan semen putih dengan mengganti masing-masing 10% dan 15% dari total berat binder. Tujuan penelitian ini yaitu mendapatkan karakteristik beton geopolimer berbasis metakaolin lokal Sulut pada perawatan suhu ruang. Parameter yang ditinjau yaitu kuat tekan beton, kemudian kekuatan beton terhadap lentur dan tarik belah dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif melalui eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beton geopolimer berbasis metakaolin bisa dilakukan dengan perawatan suhu ruang tanpa substitusi parsial metakaolin, namun dengan substitusi 15% semen atau semen putih beton geopolimer mengalami pengingkatan kuat tekan bahkan mencapai 31,4 MPa, kuat tarik belah didapatkan rata-rata 3,8 MPa dan kuat lentur rata-rata 0,126 MPa.