Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

ALUN-ALUN EMPANG BOGOR: DINAMIKA TATA RUANG PEMERINTAHAN TRADISIONAL BOGOR PADA MASA KOLONIAL Flourentina Dwiindah Pusparini
RUSTIC Vol 2 No 2 (2022): RUSTIC
Publisher : ITB Ahmad Dahlan Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (839.263 KB) | DOI: 10.32546/rustic.v2i2.1751

Abstract

Bogor, during the colonial period, had a traditional government center in the form of an alun-alun, known as Alun-Alun Empang. This study aims to explore the dynamics of the development of the alun-alun, including what factors are behind its appearance, how the process was formed, and what its functions were in the colonial era. The study used the historical method. The primary sources used were maps of De Haan (1798, 1821, and 1830), the city maps of Buitenzorg (1901, 1921, 1930, and 1946), and literature related to alun-alun. The results showed that in the pre-colonial period (VOC), the traditional government center of Kampung Baru in Sukahati still applied Javanese cosmology; this can be seen in the orientation of the regent's house and the pool (empang in Sundanese) that stretches north-south with an imaginary axis towards the sea at the top and towards Mount Salak in the south. After the planning of the capital city of Buitenzorg in the 19th century, the Dutch East Indies colonial government built a square-shaped alun-alun with macapat concept in front of the regent's house. In addition to its role as a symbol of colonial power and a place for people to gather, alun-alun also developed into a center of economic, cultural and religious activity due to the impact of Wijkenstelsel in 1835-1915.
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Aktif sebagai Ruang Sosial Life bagi Warga Perumahan Jatibening Permai Kota Bekasi Sitti Wardiningsih; Flourentina Dwiindah Pusparini; Serepina Tiur Maida; Sitinah Sitinah
Jurnal Karya untuk Masyarakat (JKuM) Vol 3, No 2 (2022): Jurnal Karya untuk Masyarakat
Publisher : STARKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36914/jkum.v3i2.822

Abstract

Ruang Terbuka Hijau (RTH) memiliki peran penting dalam menunjang kegiatan sosial warga dalam lingkungan permukiman, khususnya bagi warga komplek Jatibening Permai Kota Bekasi. Taman Jatibening Permai merupakan RTH aktif yang membutuhkan perawatan karena penurunan kondisi fisik dan membutuhkan penambahan fasilitas untuk kelompok umur lansia. Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah mengoptimalkan taman sebagai RTH aktif yang menunjang aktivitas interaksi sosial warga dalam kehidupan sosial (social life) komplek permukiman Jatibening Permai. Metode yang dipakai adalah observasi lapangan dan wawancara. Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan meliputi kegiatan perawatan fasilitas, pembersihan area lapangan, pengecatan bangku duduk dan alat permainan anak, penanaman ubi hias kuning rambat (Ipomoea batatas margarita), dan pembangunan area refleksi untuk aktivitas terapi kesehatan. Setelah pemantauan selama tiga bulan, ditemukan bahwa aktivitas sosial warga meningkat yaitu dimanfaatkannya fasilitas taman untuk kegiatan olahraga, bermain, rekreasi, sosialisasi, dan kegiatan ekonomi. ABSTRACT Green Open Space has an important role in supporting the social activities of residents in the residential environment, especially for residents of the Jatibening Permai Housing, Bekasi City. Jatibening Permai Park is an active green open space that requires treatment due to a decrease in the physical condition and additional facilities for the elderly age group. The purpose of this community service is to optimize the park as an active green open space that supports the social interaction activities of residents in the social life of the Jatibening Permai Housing. The method used was field observation and interviews. Community service activities carried out included facility maintenance activities, field area cleaning, painting benches and children's play equipments, planting of Ornamental Sweet Potato Vine (Ipomoea batatas margarita), and built a reflection path for health therapy activities. After monitoring for three months, it was found that the social activities of the residents increased, including the use of park facilities for sports, playing, recreation, socialization, and economic activities.
Pemanfaatan Pekarangan dengan Ethnic Pots untuk Meningkatkan Estetika Lingkungan dan Daya Tarik Wisata di Kampung Lolai, Kabupaten Toraja Utara Sitti Wardiningsih; Flourentina Dwiindah Pusparini; Rismen Sinambela; Sitinah Sitinah
Jurnal Karya untuk Masyarakat (JKuM) Vol 4, No 2 (2023): Jurnal Karya untuk Masyarakat
Publisher : STARKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36914/jkum.v4i2.952

Abstract

Desa wisata adalah destinasi wisata yang menawarkan nilai dan keunikan budaya, keindahan alam, dan keanekaragaman flora-fauna yang mampu memikat wisatawan domestik dan mancanegara untuk datang berkunjung. Kampung Lolai adalah salah satu desa wisata di Kabupaten Toraja Utara yang memiliki keindahan pemandangan alam, budaya, dan keragaman hayati yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Permasalahan yang diangkat dalam kegiatan pengabdian ini adalah ketidaktahuan masyarakat setempat tentang bagaimana penataan pekarangan rumah untuk meningkatkan daya tarik wisata. Kegiatan pengabdian dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan kepada perangkat desa dan masyarakat setempat. Materi yang disampaikan adalah tentang penataan dan pengelolaan pekarangan dengan memanfaatkan tanaman lokal yang menunjukkan ciri khas tumbuh di kawasan Lolai sehingga menciptakan kualitas pekarangan yang lebih estetik. Penghijuan dapat dilakukan dengan menggunakan pot-pot etnik (ethnic pots) yang dapat dibuat dari anyaman bambu, batu-batuan, dan material lain yang dapat dijumpai di lingkungan sekitar. ABSTRACT Tourism villages offer cultural value and uniqueness, natural beauty, and diversity of flora and fauna that attract domestic and foreign tourists. Kampoong Lolai is one of the tourist destinations in North Toraja Regency, which has beautiful natural scenery, culture and biodiversity that has the potential to be developed as a tourist attraction. The problem raised in this community service activity is the unknownness of the local community about how to arrange the home garden to increase tourist attractiveness. Service activities were conducted through discourse with village officials and the local community. The material presented was about the arrangement and management of home gardens by utilizing local plants that show the characteristics of Lolai to create a more aesthetic quality. Greening can be done using ethnic pots made from woven bamboo, stones, and other materials in the surrounding environment.