Muniri
STAI Al-Hamidiyah Bangkalan

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

TITIK TEMU PANDANGAN HIDUP KALANGAN BLATĔR DAN PEMIKIRAN MURJIAH Muniri
Milenial Vol 1 No 1 (2021)
Publisher : STAI Al-Hamidiyah Bangkalan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (386.181 KB) | DOI: 10.34556/millennial.v1i1.88

Abstract

Artikel ini membahas tentang pandangan hidup Blatér yang diametral dengan pemikiran keagamaan mayoritas. Umumnya, perbuatan dosa dan maksiat dihindari agar diselamatkan di akhirat kelak, justru oleh mereka dijadikan media perekat sosial komunitasnya. Dari gambaran ini, Penulis menganggap Blatér memiliki gaya khusus dalam kehidupannya, yang menjadi pandangan hidupnya. Mereka sangat yakin bahwa imannya akan menjadi penyelamat di akhirat dan menjadi harapan masuk Surga. Mereka fanatik dengan agamanya, tapi tidak fanatik pada ajaran agamanya. Mereka mengedepankan akhlak (ajhegeh tengka) untuk menjaga nama baiknya. Pandangan hidup Blatér ini, mempunyai pembenaran dalam aliran teologi Islam klasik, yakni Murjiah. Meskipun hubungan antara pandangan hidup Blatér dan pemikiran Murjiah belum bisa dibuktikan secara epistemologis, tetapi secara subtantif mempunyai kesamaan aksiologis. Misalnya, pendapat tentang pentingnya memisah wilayah ketuhanan dengan kemanusiaan, dengan tujuan mengantisipasi terjadinya pengambil alihan peran Tuhan dalam menghukumi kafir setiap orang yang tidak sepaham dan bukan golongannya. Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa perbuatan seseorang tidak mempengaruhi kualitas Imannya. Bagi siapapun yang percaya pada Allah dan Rasulnya, sekalipun pendosa besar dan pelaku maksiat pasti mendapatkan keselamatan di akhirat kelak.
MENGUNGKAP SEJARAH PESANTREN RAUDLATUL ULUM ARRAHMANIYAH PRAMIAN SRESEH SAMPANG-MADURA (1770 – 1986) Muniri; Mahsun; Hamidi
Milenial Vol 1 No 2 (2021)
Publisher : STAI Al-Hamidiyah Bangkalan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (529.376 KB) | DOI: 10.34556/millennial.v1i2.179

Abstract

Membahas tentang sejarah berdirinya Pesantren Raudlatul Ulum Arrahmaniyah (RUA) Pramian Sreseh Sampang-Madura. Penulis membatasi sajian sejarahnya, dimulai dari kiprah Kyai Abdul Qahir. Beliau sosok Kyai yang membabat alas mulai dari dusun Nangger hingga lokasi yang saat ini menjadi Pesantren RUA, dusun Pramian. Sepeninggal beliau, lokasi Pesantren dipindah dari bhere’ léké ke témor léké pada tahun 1808 oleh anak mantunya, Kyai Abdurrahman dari Kwanyar. Kemudian kepengasuhan dilanjutkan oleh anak mantu dari Kyai Abdurrahman, yang bernama Kyai Muharram. Pada masa itu, Pesantren semakin berkembang, tapi terkendala VOC yang mengeluarkan kebijakan ‘sewa tanah’ dan ‘tanam paksa’ pada tahun 1808. Kebijakan ini, berlangsung hingga kepengasuhan Kyai Hanbali. Akibat penerapan kebijakan yang makin massif, Pesantren RUA tidak begitu berkembang. Setelah Kyai Hanbali sudah lanjut usia. Urusan pesantren dipasrahkan kepada Kyai Ali (anak mantu). Pada masa kepengasuhan Kyai Ali, pernah diundang oleh Raja Bangkalan dengan maksud tanah Pesantren RUA akan dijadikan tanah perdikan (bebas pajak), namun gagal karena suatu hal. Pada Tahun 1920-an, kepengasuhan dilanjutkan oleh Kyai Hasbullah hingga wafatnya tahun 1930. Kyai Hasbullah dibantu oleh ponakannya, bernama Kyai Ali Mas’ud putra dari Kyai Ali. Sepeninggalnya, Kyai Ali Mas’ud melanjutkan kepengasuhan Pesantren hingga tahun 1986.