Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Peningkatan Pengetahuan Standar General Cleaning terhadap Pengurangan Jumlah Mikroorganisme Udara Ruangan pada Cleaning Service Rumah Sakit Rahayu Rahayu; Masfiyah Masfiyah; Mohamad Arif
Jurnal ABDIMAS-KU: Jurnal Pengabdian Masyarakat Kedokteran Vol 1, No 3 (2022): September
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.289 KB) | DOI: 10.30659/abdimasku.1.3.116-125

Abstract

Fasilitas pelayanan kesehatan merupakan lingkungan yang kompleks dan mengandung bervariasi mikroorganisme akan berisiko bagi pasien, petugas kesehatan dan pengunjung. General cleaning memiliki peran penting karena mengurangi jumlah mikroorganisme udara ruangan serta mengeliminasi rute transfer mikroorganisme. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui perbedaan jumlah mikroorganisme udara ruangan sebelum dan setelah edukasi standar general cleaning kepada cleaning service Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Tempat yang dilakukan pemeriksaan mikroorganisme udara ruangan sebanyak 13 yang meliputi area “high risk” dan “moderate risk” di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Pengurangan jumlah mikroroganisme udara ruangan sebelum dilakukan edukasi sebanyak 7 ruangan (53,8%). Pengurangan jumlah mikroroganisme udara ruangan setelah dilakukan edukasi standar general cleaning sebanyak 13 ruangan (100%). Mikroorganisme yang dominan pada udara ruangan adalah Coagulase Negatif Staphylococcus, Bacillus sp, Pseudomonas sp, Aspergillus sp. Hasil dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah terdapat perbedaan signifikan dalam hal pengurangan jumlah mikroorganisme udara ruangan pre dan post edukasi dengan nilai p < 0,05 (p= 0,031). Jumlah ruangan yang memiliki hasil pengurangan jumlah mikroorganisme udara ruangan post edukasi lebih banyak dibandingkan pre edukasi. Kegiatan edukasi standar general cleaning meningkatkan pengetahuan petugas cleaning service sehingga dapat melakukan general cleaning yang optimal yang berdampak pada pengurangan jumlah mikroorganisme udara ruangan.Health care facilities are complex environments and contain a variety of microorganisms that pose a risk to patients, health workers and visitors. General cleaning has an important role because it reduces the number of microorganisms in the room air and eliminates the transmission route of microorganisms. The purpose of this activity was to determine the difference in the number of microorganisms in the room air before and after general cleaning standard education to the cleaning service of the Sultan Agung Islamic Hospital, Semarang. There were 13 places where room air microorganisms were examined which included “high risk” and “moderate risk” areas at Sultan Agung Islamic Hospital, Semarang. Reduction of the number of room air microorganisms before education was carried out by 7 rooms (53.8%). The reduction in the number of micro-organisms in room air after general cleaning standard education was carried out by 13 rooms (100%) (p = 0.03). The dominant microorganisms in room air are Coagulase Negative Staphylococcus, Bacillus sp, Pseudomonas sp, Aspergillus sp. The result of this community service activity is that there is a significant difference in terms of reducing the number of air microorganisms in the pre and post education room with a p value of < 0.05 (P = 0.031). The number of rooms that have the result of reducing the number of air microorganisms in the post-educational room is more than the pre-education. General cleaning standard education activities increase the knowledge of cleaning service officers so that they can perform optimal general cleaning which has an impact on reducing the number of microorganisms in the room air.
Peningkatan Kesadaran Masyarakat untuk Berolahraga melalui Kegiatan Jalan Sehat dan Penyuluhan Kesehatan pada Kelompok Pra Lansia dan Lansia Dasa Wisma Flamboyan 2 Kelurahan Tlogosari Kulon Masfiyah Masfiyah; Minidian Fasitasari; Rahayu Rahayu
Jurnal Pengabdian Masyarakat Kedokteran Vol 2, No 1 (2023): Januari
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30659/abdimasku.2.1.30-36

Abstract

Latar Belakang: Prevalensi obesitas meningkat di berbagai negara. Obesitas merupakan faktor risiko berbagai macam penyakit. Pencegahan dibutuhkan dengan pola hidup sehat dan berolahraga. Jalan kaki merupakan olah raga yang murah dan sehat. Pengabdian ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berolahraga melalui kegiatan jalan sehat dan penyuluhan kesehatan.Metode: Pengabdian diikuti oleh ibu-ibu lansia dan pra lansia di kelompok dasa wisma Flamboyan 2. Kegiatan dimulai dengan berolah raga jalan kaki selama 30 menit, dilaksanakan pada pagi hari. Kegiatan dilanjutkan dengan penyuluhan kesehatan, dan pengukuran data antropometri. Kegiatan dilaksanakan rutin setiap bulan.Hasil: Data BMI kelompok normal 22,2%, kelompok BB lebih dengan risiko 11,1%, Kelompok Obesitas satu 44,4%, dan kelompok obesitas dua 22,2%. Kehadiran meningkat dari 54,5 % bulan Juni, menjadi 63,64% bulan Juli dan Agustus, serta 72,73% pada bulan September.Kesimpulan: Terjadi peningkatan kesadaran masyarakat untuk berolah raga melalui kegiatan jalan sehat. Background: The prevalence of obesity is increasing in various countries. Obesity is a risk factor for various diseases. Prevention is needed with a healthy lifestyle and exercise. Walking is an inexpensive and healthy exercise. This service aims to increase public awareness to exercise through healthy walks and health education.Methods: This service was attended by elderly and pre-elderly mothers in the Flamboyan 2 dasa wisma group. The activity began with walking for 30 minutes, carried out in the morning. The activity was continued with health education, and anthropometric data measurement. Activities are carried out regularly every month.Results: BMI data for the normal group was 22.2%, the overweight group was 11.1% at risk, the first obesity group was 44.4%, and the second obesity group was 22.2%. Attendance increased from 54.5% in June, to 63.64% in July and August, and 72.73% in September.Conclusion: There is an increase in public awareness to exercise through healthy walking activities.
Abses Serebelum Otogenik dengan Methicillin Resistant Staphylococcus Epidermidis (MRSE) Rano Aditomo; Pujo Widodo; Rahayu Rahayu
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 14, No 1 (2023): Januari 2023
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf14101

Abstract

Methicillin Resistant Staphylococcus epidermidis (MRSE) is a bacteria that is difficult to treat in humans. MRSE is a variation of the bacterium Saphylococcus epidermidis which has evolved the ability to survive beta lactam antibiotics. S. epidermidis infection is associated with the use of implanted medical devices such as central venous catheters, joint prostheses and heart valves, pacemakers, cerebrospinal fluid replacement, and intraocular lenses. Cerebellar abscess due to MRSE is a rare case. This study reported a case of cerebellar abscess caused by Methicillin Resistant Staphylococcus epidermidis (MRSE). Reported a 24-year-old man with autogenic cerebellum abscess due to Methicillin resistant staphylococcus epidermidis / MRSE with radical mastoidectomy and skull base craniotomy with Burr hole approach and vancomycin injection therapy. The management of this case report was operative, namely radical mastoidectomy to remove the source of infection and craniotomy to evacuate cerebellar abscesses, and administration of intravenous antibiotics vancomycin. The response to operative therapy was not good, but medical therapy (vancomycin) was quite good, marked by reduced symptoms. MRSE infection in this patient is thought to have been obtained from nosocomial and long-term broadspectrum antibiotic therapy.Keywords: cerebellar abscess; autogenic abscess; Methicillin resistant staphylococcus epidermidis ABSTRAK Methicillin Resistant Staphylococcus epidermidis (MRSE) merupakan bakteri yang sulit diterapi pada manusia.  MRSE adalah salah satu variasi dari bakteri Saphylococcus epidermidis yang berevolusi memiliki kemampuan bertahan dari antibiotik beta laktam. Infeksi S. epidermidis berhubungan dengan penggunaan alat medis yang diimplan seperti kateter vena sentral, prosthesis sendi dan katup jantung, alat pacu jantung, penggantian cairan serebrospinal, dan lensa intraokuler. Abses serebelum akibat MRSE merupakan kasus yang jarang terjadi. Studi ini melaporkan sebuah kasus abses serebelum yang disebabkan Methicillin Resistant Staphylococcus epidermidis (MRSE). Dilaporkan seorang laki-laki 24 tahun dengan abses serebelum otogenik karena Methicillin resistant staphylococcus epidermidis / MRSE dengan dilakukan penanganan mastoidektomi radikal dan kraniotomi dasar tengkorakdengan pendekatan Burr holeserta pemberian terapi vancomycin injeksi. Penatalaksanaan pada laporan kasus ini adalah secara operatif yaitu mastoidektomi radikal untuk menghilangkan sumber infeksi dan kraniotomi untuk evakuasi abses serebelum, dan pemberian antibiotik vancomycin intravena. Respon terhadap terapi operatif kurang baik, namun terapi medikamentosa (vancomycin) cukup baik ditandai dengan gejala yang berkurang. Infeksi MRSE pada pasien ini diduga didapatkan dari nosokomial dan pemberian terapi antibiotik broadspectrum jangka lama.Kata kunci: abses serebelum; abses otogenik; Methicillin resistant Staphylococcus epidermidis