Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Perancangan Museum Bahari di Tegal Amri Fauzi; Djudjun Rusmiatmoko; Djoko Darmawan
SARGA: Journal of Architecture and Urbanism Vol. 15 No. 2 (2021): July 2021
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (857.565 KB) | DOI: 10.56444/sarga.v15i2.154

Abstract

Museum bertema kebaharian di Indonesia jumlahnya masih sangat minim, di Jawa Tengah sendiri yang merupakan salah satu provinsi besar di Pulau Jawa dan juga mempunyai potensi kebaharian khususnya di Pantai Utara (Pantura) masih belum terdapatnya sebuah museum bertemakan kebaharian. Keberadaan museum bahari yang baru tentunya untuk melengkapi keberadaan museum bahari yang sudah ada. Selain itu dapat dijadikan sebagai rujukan baru untuk memperoleh pengetahuan akan wawasan kebaharian, dan juga sebagai tempat untuk menyimpan atau melestarikan kekayaan kebaharian yang ada di di Pantai Utara (Pantura) Jawa Tengah. Kota Tegal terletak di pesisir Pantai Utara Pulau Jawa dengan garis pantai sepanjang 7.5 km dan juga mempunyai beberapa kawasan Pelabuhan antara lain Pelabuhan Kawasan Tegal dan Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari. Museum Bahari di Tegal merupakan sebuah museum kebaharian yang berada di Kota Tegal untuk mewadahi masyarakat Kota Tegal pada khususnya maupun masyarakat luas disekitar Kota Tegal khususnya yang berada di Provinsi Jawa Tengah pada umumnya untuk lebih mengenalkan wawasan dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat akan kebaharian yang di miliki Indonesia. Perancangan bangunan Museum Bahari di Tegal memiliki tujuan sebagai tempat pelestarian, menyimpan atau mengoleksi serta memamerkan benda-benda yang berkaitan dengan kebaharian dan sebagai sarana hiburan atau wisata bagi masyarakat, yakni wisata edukasi bertemakan kebaharian.
Perancangan Hotel Transit Bandara Ahmad Yani Semarang Agil Muhammad Firmansyah; Astari Wulandari; Djudjun Rusmiatmoko
SARGA: Journal of Architecture and Urbanism Vol. 15 No. 1 (2021): January 2021
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1248.473 KB) | DOI: 10.56444/sarga.v15i1.158

Abstract

Semarang juga menjadi central atau pusat dari berbagai aktivitas perdagangan, perkantoran dan perbankan di Jawa tengah, hal ini mendasari pemerintah untuk membangun kota Semarang dari berbagai sektor. Dari sektor pariwisata misalnya, saat ini Kota semarang memiliki Pariwisata yang beragam seperti wisata bangunan bersejarah, wisata keluarga, wisata kuliner, wisata religi serta wisata alam. Penambahan kapasitas Bandara Ahmad Yani Semarang dan terus meningkatnya jumlah wisatawan di Kota Semarang masih belum dimbangi dengan adanya fasilitas- fasilitas pendukung di sekitarnya, contohnya Hotel Transit. Hotel Transit Bandara Ahmad Yani di Semarang dibuat sebagai sarana akomodasi yang mampu memberikan pelayanan yang cepat, efektif dan efisien, serta dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas, baik pokok maupun penunjang, yang dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada para pengunjung hotel, terutama pengunjung yang merupakan Penumpang Bandara Ahmad Yani Semarang. Perancangan Hotel Transit Bandara Ahmad Yani Semarang, direncanakan sebagai bangunan yang memiliki filosofi bangunan komersial yang memperlihatkan penampilan fisik yang menarik dan memperlihatkan ciri khas daerah tetapi tidak mengurangi aspek fungsinya sebagai tempat yang menyediakan jasa penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya yang dimaksudkan untuk dapat memenuhi kebutuhan para konsumen. Pengaplikasiannya dilakukan secara zoning, denah, sirkulasi, maupun fasad. Diharapkan rancangan ini berguna dan memberikan inspirasi bagi pembaca.
Konservasi Arsitektur Pada Bangunan Museum Wayang Jakarta: Architecture Conservation of Wayang Museum Jakarta Mega Yulita Nancy Ponggo; Astari Wulandari; Djudjun Rusmiatmoko
SARGA: Journal of Architecture and Urbanism Vol. 17 No. 1 (2023): January 2023
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56444/sarga.v17i1.415

Abstract

Bangunan Museum Wayang di Kawasan Kota Tua Jakarta ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya karena memiliki nilai penting dalam sejarah perkembangan kota dan bangsa. Maka dari itu, diperlukan upaya konservasi untuk mempertahankan keberadaannya sehingga nilai-nilai tersebut tidak hilang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji upaya konservasi yang dilakukan terhadap bangunan Museum Wayang serta keseuiannya terhadap prinsip konservasi arsitektur. Penelitian dilakukan dengan menjabarkan upaya konservasi secara deskriptif-kualitatif melalui observasi dan studi pustaka. Secara keseluruhan, Museum Wayang telah menerapkan upaya konservasi yang tepat dengan mempertahankan signifikansi budaya dan tidak melakukan intervensi besar pada kondisi asli bangunan. Bentuk adaptive reuse pada Museum Wayang yang melibatkan kegiatan restorasi  atau rehabilitasi menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam mempertahankan bagunan bernilai sejarah ditengah – tengah pesatnya perkembangan lingkungan perkotaan yang dinamis.
Konservasi Arsitektur Pada Bangunan Museum Wayang Jakarta: Architecture Conservation of Wayang Museum Jakarta Mega Yulita Nancy Ponggo; Astari Wulandari; Djudjun Rusmiatmoko
SARGA: Journal of Architecture and Urbanism Vol. 17 No. 1 (2023): January 2023
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56444/sarga.v17i1.415

Abstract

Bangunan Museum Wayang di Kawasan Kota Tua Jakarta ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya karena memiliki nilai penting dalam sejarah perkembangan kota dan bangsa. Maka dari itu, diperlukan upaya konservasi untuk mempertahankan keberadaannya sehingga nilai-nilai tersebut tidak hilang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji upaya konservasi yang dilakukan terhadap bangunan Museum Wayang serta keseuiannya terhadap prinsip konservasi arsitektur. Penelitian dilakukan dengan menjabarkan upaya konservasi secara deskriptif-kualitatif melalui observasi dan studi pustaka. Secara keseluruhan, Museum Wayang telah menerapkan upaya konservasi yang tepat dengan mempertahankan signifikansi budaya dan tidak melakukan intervensi besar pada kondisi asli bangunan. Bentuk adaptive reuse pada Museum Wayang yang melibatkan kegiatan restorasi  atau rehabilitasi menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam mempertahankan bagunan bernilai sejarah ditengah – tengah pesatnya perkembangan lingkungan perkotaan yang dinamis.
PENYEDIAAN BANK DESAIN RUMAH SEDERHANA UNTUK MEMBANTU MBR MEMENUHI SYARAT TEKNIS PBG DI PROVINSI JAWA TENGAH Djudjun Rusmiatmoko; Susmita Eka Mukti; Aprian saifudin bahkri
Majalah Ilmiah Inspiratif Vol 9, No 17 (2023): Majalah Ilmiah Inspiratif Juli 2023
Publisher : Universitas Pandanaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rumah adalah bangunan Gedung yang difungsikan sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat. Rumah merupakan kebutuhan dasar yang tidak bisa terpisahkan dari kebutuhan terhadap sandang dan pangan. Rumah juga mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian generasi muda dan bangsa dalam membangun manusia seutuhnya, mandiri, dan berjati diri. Dalam perkembangan saat ini kebutuhan rumah semakin meningkat tetapi tidak sedikit  masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), sehingga diperlukan rumah swadaya yang berarti rumah yang dibangun atas prakarsa dan Upaya masyarakat. Dari Pemerintah juga sudah mengatur dalam melaksanakan pembinaan dan pendampingan bagi masyarakat yang melakukan pembangunan rumah swadaya.  oleh karena itu dalam kerangka pelaksanaan program penyediaan rumah bagi MBR di berbagai wilayah di Indonesia, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Direktorat Rumah Swadaya, perlu untuk menyusun layanan yang dapat mendorong masyarakat melakukan pembangunan rumah secara mandiri. Layanan ini diharapkan dapat dikembangkan menjadi layanan atau klinik perumahan kedepan dalam bentuk bank desain. Dalam hal ini diperlukan pengabdian dari akademis untuk memberikan kontribusi ide dan masukannya yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat terkait rumah swadaya untuk memenuhi syarat teknis Perijinan Bangunan Gedung (PBG). Metode yang digunakan memberikan materi langsung kepada msyarakat tentang standar rumah tinggal yang layak. Hasil dari kegiatan pengabdian tersebut agar masyarakat paham tentang rumah tinggal yang layak untuk ditempati dan paham proses dari perencanaan, pengawasan, pembangunan  serta paham proses tentang Perijinan Bangunan Gedung (PBG). Kesimpulannya masyarakat secara mandiri dapat melakukan proses perencanaan dan pembangunan rumah tinggal. Kata Kunci : rumah swadaya, masyarakat berpenghasilan rendah, bank desain A house is a building that functions as a livable place to live in, a means of fostering a family, a reflection of dignity. Home is a basic need that cannot be separated from the need for clothing and food. The house also has a very strategic role in forming the character and personality of the younger generation and the nation in building a complete, independent and self-identified human being. In current developments the need for houses is increasing but there are not a few low-income people (MBR), so self-help houses are needed, which means houses built on community initiatives and efforts. The government has also regulated the implementation of guidance and assistance for people who are building self-help houses. therefore within the framework of implementing the housing supply program for low-income people in various regions in Indonesia, the Ministry of Public Works and Public Housing through the Directorate of Self-Help Housing needs to develop services that can encourage people to build houses independently. This service is expected to be developed into a residential service or clinic in the future in the form of a design bank. In this case, academic dedication is needed to contribute ideas and input which aims to provide information to the public regarding self-help houses to fulfill the technical requirements for Building Permits (PBG). The method used provides direct material to the community about proper housing standards. The results of these service activities are so that the community understands about proper housing to live in and understands the process of planning, supervision, development and understands the process regarding Building Permits (PBG). In conclusion, the community can independently carry out the process of planning and building houses.  Keywords: self-help houses, low-income communities, design banks
Kampung Jamu: Pilar Peningkatan Kemampuan Bersaing Kota Semarang Eko Nursanty; Djudjun Rusmiatmoko; Wawan Destiawan; Muhammad Fahd Diyar Husni; Yuliati Yuliati
Perigel: Jurnal Penyuluhan Masyarakat Indonesia Vol. 2 No. 3 (2023): September : Perigel: Jurnal Penyuluhan Masyarakat Indonesia
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56444/perigel.v2i3.1050

Abstract

Enhancing a city's competitiveness in the era of globalization requires harnessing local potential, particularly traditional health remedies. These remedies encapsulate unique knowledge of natural ingredients and healing techniques proven effective over centuries. Promoting the utilization and development of traditional health recipes not only enriches local culture but also improves the quality of life for communities. Cities can leverage their cultural and natural heritage by creating new economic opportunities through industries based on traditional health remedies, such as herbal products and natural medicines. In the long run, this contributes to the city's economic growth and competitiveness across various sectors. Empowering local potential through traditional health recipes is a sustainable strategy for winning the urban competition, enriching local culture, and promoting sustainable economic development by blending local wisdom with modern innovation.
Perancangan Museum Bahari di Tegal Amri Fauzi; Djudjun Rusmiatmoko; Djoko Darmawan
SARGA: Journal of Architecture and Urbanism Vol. 15 No. 2 (2021): July 2021
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56444/sarga.v15i2.154

Abstract

Museum bertema kebaharian di Indonesia jumlahnya masih sangat minim, di Jawa Tengah sendiri yang merupakan salah satu provinsi besar di Pulau Jawa dan juga mempunyai potensi kebaharian khususnya di Pantai Utara (Pantura) masih belum terdapatnya sebuah museum bertemakan kebaharian. Keberadaan museum bahari yang baru tentunya untuk melengkapi keberadaan museum bahari yang sudah ada. Selain itu dapat dijadikan sebagai rujukan baru untuk memperoleh pengetahuan akan wawasan kebaharian, dan juga sebagai tempat untuk menyimpan atau melestarikan kekayaan kebaharian yang ada di di Pantai Utara (Pantura) Jawa Tengah. Kota Tegal terletak di pesisir Pantai Utara Pulau Jawa dengan garis pantai sepanjang 7.5 km dan juga mempunyai beberapa kawasan Pelabuhan antara lain Pelabuhan Kawasan Tegal dan Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari. Museum Bahari di Tegal merupakan sebuah museum kebaharian yang berada di Kota Tegal untuk mewadahi masyarakat Kota Tegal pada khususnya maupun masyarakat luas disekitar Kota Tegal khususnya yang berada di Provinsi Jawa Tengah pada umumnya untuk lebih mengenalkan wawasan dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat akan kebaharian yang di miliki Indonesia. Perancangan bangunan Museum Bahari di Tegal memiliki tujuan sebagai tempat pelestarian, menyimpan atau mengoleksi serta memamerkan benda-benda yang berkaitan dengan kebaharian dan sebagai sarana hiburan atau wisata bagi masyarakat, yakni wisata edukasi bertemakan kebaharian.
Perancangan Hotel Transit Bandara Ahmad Yani Semarang Agil Muhammad Firmansyah; Astari Wulandari; Djudjun Rusmiatmoko
SARGA: Journal of Architecture and Urbanism Vol. 15 No. 1 (2021): January 2021
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56444/sarga.v15i1.158

Abstract

Semarang juga menjadi central atau pusat dari berbagai aktivitas perdagangan, perkantoran dan perbankan di Jawa tengah, hal ini mendasari pemerintah untuk membangun kota Semarang dari berbagai sektor. Dari sektor pariwisata misalnya, saat ini Kota semarang memiliki Pariwisata yang beragam seperti wisata bangunan bersejarah, wisata keluarga, wisata kuliner, wisata religi serta wisata alam. Penambahan kapasitas Bandara Ahmad Yani Semarang dan terus meningkatnya jumlah wisatawan di Kota Semarang masih belum dimbangi dengan adanya fasilitas- fasilitas pendukung di sekitarnya, contohnya Hotel Transit. Hotel Transit Bandara Ahmad Yani di Semarang dibuat sebagai sarana akomodasi yang mampu memberikan pelayanan yang cepat, efektif dan efisien, serta dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas, baik pokok maupun penunjang, yang dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada para pengunjung hotel, terutama pengunjung yang merupakan Penumpang Bandara Ahmad Yani Semarang. Perancangan Hotel Transit Bandara Ahmad Yani Semarang, direncanakan sebagai bangunan yang memiliki filosofi bangunan komersial yang memperlihatkan penampilan fisik yang menarik dan memperlihatkan ciri khas daerah tetapi tidak mengurangi aspek fungsinya sebagai tempat yang menyediakan jasa penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya yang dimaksudkan untuk dapat memenuhi kebutuhan para konsumen. Pengaplikasiannya dilakukan secara zoning, denah, sirkulasi, maupun fasad. Diharapkan rancangan ini berguna dan memberikan inspirasi bagi pembaca.
From Heritage to Identity: The Role of City Authenticity in Shaping Local Community Identity and Cultural Preservation Eko Nursanty; Djudjun Rusmiatmoko; Muhammad Fahd Diyar Husni
ARCHIHUMANUM Vol 1 No 2 (2023): October
Publisher : CV. Gio Architect

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59810/archimane.v1i2.17

Abstract

This comprehensive study aims to investigate the role of urban heritage authenticity in shaping citizen identity, with a specific focus on historic cities. By examining the relationship between the perceived authenticity of urban heritage and citizen identity, this research sheds light on the significance of authenticity in interpreting cities' historical evolution and identity. The study employs a three-dimensional measure of urban identity, encompassing cognitive, affective, and evaluative aspects, to establish a connection between urban identity and citizen participation in local initiatives through personal and social norms. To comprehensively explore the impact of city authenticity on citizen identity formation, the research utilises a combination of survey questionnaires, interviews, and document analysis. Three prominent historic cities also serve as case studies: Kampung Kauman in Surakarta, Kampung Laweyan in Surakarta, and Kampung Trusmi in Cirebon. This study contributes to our comprehensive understanding of the role of urban heritage authenticity in shaping citizen identity. The research emphasises the significance of authenticity in interpreting the historical evolution and identity of cities, showcasing its influence on citizens' perceptions, engagement in local initiatives, and overall sense of place. The case studies are practical examples of how authenticity fosters community identity and cultural heritage preservation. The findings of this study provide valuable insights for urban planners, policymakers, and community stakeholders, guiding their efforts to promote and preserve the authentic character of historic cities.