Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Konsep Penataan Tanaman pada Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan Ardana Reswari; Qurrotu Aini Besila; Eko Adhy Setiawan
Jurnal Lingkungan dan Kota VOLUME 1, NUMBER 1, MEI 2021
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.595 KB) | DOI: 10.25105/bhuwana.v1i1.9288

Abstract

To keep and maintain the values of Betawi community cultural arts and environment, the Regional Government of the Special Capital Region of Jakarta felt the need to realize the Betawi Cultural Village, namely through the Governor’s Decree Special Capital Region of Jakarta No. 92 of 2000, concerning Environmental Arrangement of Betawi Cultural Village in Srengseng Sawah Village, Jagakarsa District, South Jakarta Municipality. Several types of tourism potential developed in the Betawi Cultural Village covering an area of approximately 165 hectares are cultural tourism, agro tourism and water tourism, given the presence of Setu Babakan and also Setu Mangga Bolong in the area. Agro tourism itself is a form of tourism activity that utilizes agriculture (agro) as a tourist attraction. The attraction and uniqueness of agro tourism in the Betawi Cultural Village, the plantation location is not in a special area, but is in the yard of the Betawi Cultural Village Setu Babakan and in the yards of residents' houses. To prioritize Betawi nuances in yards and various other green open spaces, it is necessary to arrange plants that are capable of depicting the faces of the yards, gardens and green open spaces of the Betawi people in the past. It is necessary to investigate the types of plants commonly used by the Betawi people in the past, as well as their composition and cropping patterns, as well as data collection on the latest conditions in the Betawi Cultural Village. The comparison between the two will be the basis of reference for establishing the concept of planting as an effort to preserve culture and plants so that their existence can still be enjoyed by the current community and in the future.
IMPROVING THE ECOLOGICAL IMPACT OF SRENGSENG CITY FOREST IN JAKARTA: A COMPREHENSIVE EVALUATION Eka Handayani; Qurrotu Aini Besila; Olivia Seanders
Journal of Synergy Landscape Vol. 4 No. 1 (2024): Vol. 4 No. 1 August 2024
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/tjsl.v4i1.21286

Abstract

The rapid urbanization in DKI Jakarta has led to environmental challenges such as air pollution, altered microclimates, and diminishing green open spaces (Ruang Terbuka Hijau - RTH). Urban forests, like Srengseng City Forest (Hutan Kota Srengseng) in West Jakarta, play a critical role in mitigating these ecological issues. This study evaluates the current condition of Srengseng City Forest, highlighting its potential and challenges in fulfilling its ecological functions. Through a combination of direct observation, documentation analysis, interviews, and literature review, this research identifies key areas for improvement in forest management and landscape design. Findings reveal that while Srengseng City Forest has significant potential to enhance urban ecological sustainability, it faces challenges in vegetation management, maintenance, and infrastructure. The study provides practical recommendations for optimizing the ecological function of the forest through sustainable landscape design and improved management practices, aiming to strengthen its contribution to Jakarta's environmental sustainability.
PERANCANGAN LANSKAP FASILITAS WISATA PADA BLOK EKOTURISME TAMAN WISATA ALAM BANING, SINTANG, KALIMANTAN BARAT Enos Rendra Layuk; Qurrotu Aini Besila; Reza Fauzi
Jurnal Lingkungan dan Kota VOLUME 5, NUMBER 1, MEI 20225
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/bhuwana.v5i1.22588

Abstract

Kota Sintang mempunyai perbedaan signifikan dari pusat perkotaan      lain  karena adanya ekosistem hutan gambut yang melekat dalam Taman Wisata Alam Baning, yang terletak di tengah-tengah pusat kota. Ekosistem hutan gambut ini memiliki dampak yang cukup besar pada lingkungan sekitarnya, berperan sebagai kawasan konservasi, penyerap karbon, dan tak kalah pentingnya sebagai destinasi wisata alam. Penelitian ini diarahkan untuk menggambarkan secara spasial area yang layak dikembangkan demi mendukung Taman Wisata Alam (TWA) Baning, serta menentukan jenis infrastruktur yang dapat dibangun untuk memastikan pengelolaan area wisata yang sejalan dengan prinsip ekologi. Dari hasil analisis SWOT yang dilakukan, terungkap serangkaian strategi yang dapat diterapkan untuk pengembangan TWA Baning, di antaranya adalah pendorong minat wisata khususnya dalam bentuk aktivitas seperti jogging track, fasilitas edukasi fauna dan flora, pusat informasi, zona komersial, area parkir yang memadai, dan lain sebagainya. Pendekatan pengembangan dan penyusunan infrastruktur wisata di TWA Baning mengusung konsep ekowisata, di mana sumber daya alam dan aspek budaya diintegrasikan secara bertanggung jawab untuk memastikan keberlanjutan. Keberadaan infrastruktur penunjang menjadi esensial dalam pengelolaan Taman Wisata Alam Baning sebagai tujuan wisata ekologi yang komprehensif.
EVALUASI FUNGSI REKREASI, EDUKASI, EKOLOGI DAN ESTETIKA PADA ECOPARK ANCOL JAKARTA UTARA Dinda Mutiara Sriyani; Qurrotu Aini Besila; Reza Fauzi
Jurnal Lingkungan dan Kota VOLUME 5, NUMBER 2, NOVEMBER 2025
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan Ecopark Ancol, Jakarta Utara, berdasarkan kriteria Ecopark yang fokus pada keberlimpahan lingkungan. Penelitian ini menggunakan mix methods research dengan pendekatan deskriptif. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi lapangan, dan studi pustaka. Penelitian ini mengidentifikasi tingkat ketidakseimbangan fungsi Ecopark Ancol dengan delapan kriteria utama Ecopark, termasuk efisiensi sumber daya, konservasi keanekaragaman hayati, dan fungsi ekologis lainnya. Selain itu, penelitian ini meninjau keterlibatan pemangku kepentingan dan sistem pengelolaan lingkungan yang diterapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa zona di Ecopark Ancol belum sepenuhnya memenuhi standar kriteria Ecopark. Permasalahan utama meliputi kurang optimalnya pengelolaan sumber daya alam, minimnya infrastruktur, serta terbatasnya program edukasi lingkungan. Meski demikian, Ecopark Ancol memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi ruang terbuka hijau yang ramah lingkungan dengan peningkatan tata kelola, fasilitas, dan integrasi fungsi ekologis.
PENGENDALIAN PENCEMAR SITU CITONGTUT, KABUPATEN BOGOR UNTUK MENDUKUNG KOTA YANG BERKELANJUTAN Lucky Maulina Sabrina; Diana Irvindiaty Hendrawan; Sheila Megagupita Putri Marendra; Qurrotu Aini Besila
Jurnal Lingkungan dan Kota VOLUME 5, NUMBER 2, NOVEMBER 2025
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/

Abstract

Situ Citongtut seluas 3,1 hektar terletak di Kelurahan Cicadas, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan Februari–Juli 2025 untuk menganalisis karakteristik fisik, sumber pencemar, kualitas air, status mutu, laju degradasi, dan daya tampung beban pencemar (DTBP). Sampel air diambil di tujuh titik dengan metode Grab Sampling. Parameter yang diuji meliputi suhu, kekeruhan, TSS, pH, DO, BOD₅, COD, fosfat, nitrat, dan total coliform. Situ memiliki kedalaman rata-rata 1,05 m, volume 19.530,5 m³, dan debit 1,93 m³/detik. Aktivitas di sekitarnya meliputi pemukiman, industri, keramba, dan rekreasi. BOD₅, COD, dan fosfat melebihi baku mutu, DO di bawah ambang batas. Nilai Indeks Pencemar 1,43 (tercemar ringan), laju degradasi 0,38/hari. DTBP BOD₅ sebesar 36,17 kg/tahun (existing 47,58 kg/tahun), COD 301,42 kg/tahun (existing 352,9 kg/tahun), dan fosfat 0,36 kg/tahun (existing 0,88 kg/tahun). Upaya pengendalian pencemaran dapat dilakukan dengan pengerukan sedimen, mempertahankan vegetasi sempadan, serta penerapan Nature-Based Solution (NBS) dalam pengelolaan situ.