Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Model Pengembangan Pariwisata Kreatif untuk Mencapai Keberlanjutan di Desa Wisata Kasongan Woro Swesti; John Soeprihanto; Dyah Widiyastuti
Jurnal Kawistara Vol 10, No 3 (2020)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/kawistara.44157

Abstract

Seiring dengan perkembangan pariwisata khususnya pariwisata budaya yang tidak hanya menempatkan wisatawan sebagai “penonton” atau penikmat saja, maka pengembangan Desa Wisata Kasongan sebagai tujuan wisata pariwisata kreatif diharapkan dapat memaksimalkan potensi wisata budaya melalui kekhasan kerajinan dimiliki. Sayangnya, Desa Wisata Kasongan saat ini dominan pada upaya memenuhi pasokan industri gerabah sebagai komoditas perdagangan daripada tujuan pengembangan pariwisata. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus (case study research). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan studi pustaka, dengan model analisis data kualitatif Spradley. Hasil penelitian menunjukan, tahap perkembangan pariwisata di Kasongan saat ini menurut konsep Tourism Area Life Cycle berada pada tahap kedua yaitu involvement (fase pelibatan). Untuk meningkatkan perkembangan pariwisata di Desa Wisata Kasongan pada tahap ketiga (development phase), maka penulis mengusulkan model pengembangan pariwisata kreatif. Model pengembangan pariwisata kreatif di Desa Wisata Kasongan merupakan gabungan kondisi faktor internal dan eksternal yang memerlukan campur tangan dari institusi atau lembaga yang memiliki perhatian serius pada pariwisata. Model pengembangan pariwisata kreatif di Desa Wisata Kasongan merupakan model pengembangan yang berdasarkan pada pola bisnis industri kreatif subsektor kerajinan yang berkelanjutan, dimana pariwisata berperan memberikan nilai tambah, yang nilai komersialnya ternyata mampu melebihi bisnis/industri kerajinan itu sendiri. Penerapan konsep pengembangan pariwisata kreatif, pada akhirnya diharapkan mampu mendorong terciptanya keberlanjutan dalam pembangunan pariwisata di Desa Wisata Kasongan dari sisi sosial budaya, lingkungan, dan ekonomi.
Pola Persebaran Perumahan Menurut Kelompok Etnis di Kelurahan Kuto Batu, Kota Palembang Eni Heldayani; Su Ritohardoyo; Dyah Widiyastuti
Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3399.336 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13092

Abstract

ABSTRAK Heterogenitas penduduk secara horisontal ditandai dengan beragamnya kelompok etnis yang menyelenggarakan hidup di perkotaan. Eksistensi kelompok etnis berkaitan dengan eksistensi perumahan. Lokasi dari perumahan menurut kelompok etnis adalah inti dari penelitian ini. Tujuan penelitian pertama adalah mengidentifikasi pola sebaran perumahan menurut kelompok etnis. Tujuan kedua adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola sebaran perumahan menurut kelompok etnis.  Penelitian ini adalah penelitian kasus. Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik pemetaan partisipatif dan wawancara tokoh kunci yang ditentukan menggunakan teknik bola salju. Semua data penelitian dianalisis secara kualitatif untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian.  Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa temuan-temuan yaitu: (1) sebaran perumahan etnis Tionghoa adalah berpola teratur dimana tersusun berderet mengikuti geometri jaringan jalan sehingga pola bentuk sebarannya seperti huruf L dan I. Sebaran perumahan etnis Arab adalah berpola tidak teratur. Susunan bangunan perumahan etnis Arab memiliki kesan semu yang seolah-­olah tersusun memusat pada obyek/fasilitas umum seperti lapangan, tempat ibadah, bahkan situs kuna (Rumah Batu). Geometri dari susunan bangunan perumahan berhadap-hadapan dan memusat pada obyek khusus menciptakan pola bentuk seperti huruf U dan I. Sebaran perumahan etnis Jawa adalah berpola tidak teratur. Memusat di sekitar lokasi tempat bekerja dengan akses harga rumah yang relatif murah (dekat sungai). Orientasi dari bangunan perumahan etnis Jawa adalah membelakangi sungai sehingga bentuk dari perumahan mereka terkesan menciptakan pola bentuk seperti huruf S dan I. Sebaran dari perumahan etnis Melayu adalah berpola tidak teratur. Susunan bangunan perumahan pada tiap zona bervariasi sehingga memiliki kesan kombinasi/ percampuran dari susunan berderet dan memusat. Orientasi bangunan perumahan menghadap ke arah daratan. Geometri dari bentuk bangunan perumahannya pada tiap zona juga teridentifikasi sebagai percampuran antara bentuk L, I, U, dan S. (2) faktor-faktor yang mempengaruhi pola sebaran perumahan menurut kelompok etnis di Kelurahan Kuto Batu antara lain adalah kecenderungan dalam mempertimbangkan lokasi perumahan berdasarkan kriteria dari karakter tempat tinggal, karakter lingkungan tempat tinggal, interaksi sosial serta kebijakan publik yang berlaku di lingkungan tersebut. Karakter tempat tinggal berkaitan dengan fungsi rumah dan hak kepemilikan rumah. Karakter lingkungan tempat tinggal berkaitan dengan jenis matapencaharian, kedekatan fungsi pelayanan, jaringan transportasi, dan keseragaman penduduk dari daerah asal. Kriteria interaksi sosial berhubungan dengan asmiliasi perekonomian, sosial, budaya, dan kuliner. Kriteria kebijkan publik berkaitan dengan kemudahan untuk mengakses tempat tinggal di Kuto Batu. Pengamatan terhadap pola sebaran perumahan menurut kelompok etnis berserta peluang atas faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan instrumen kunci dalam manajemen perkotaan dengan komposisi masyarakat yang plural. ABSTRACT Horizontal heterogenety of the population is characterized by the diversity of ethnic groups living in urban organizing. The ethnic groups existing are regarded to the existence of housing. The location of the housing according to ethnic group is the core of this study. The first research goal is to identify the pattern of distribution of housing according to ethnic groups. The second objective was to determine the factors that affect the distribution pattern of the housing according to ethnic groups. This research is a case study. Primary data collection was done by using participatory mapping and interview key figures are determined using the snowball technique. All data were analyzed qualitatively in order to answer the research questions. The results showed some of the findings: (1) the distribution of ethnic Chinese housing is arranged in a row in which the irregular pattern followed the road network geometry so that the pattern of spreading shape like the letter L and I. Distribution of ethnic Arab housing is patterned irregular. The composition of the building housing the Arabs have the impression that as if pseudo arranged centered on the object / public facilities such as courts, places of worship, even sites kuna (Stone House). The geometry of the arrangement of a residential building, face to face and focuses on specific objects creates a pattern shape like the letter U and I. Spread Javanese housing is patterned irregular. The Centered around the location where work with access to the relatively cheap price of the house (near the river). The orientation of the building housing the Javanese is turned rivers that form of housing they seem creating a pattern shape like the letter S and I. Distribution of housing Malays is patterned irregular. The composition of residential buildings in each zone varies so has the impression of a combination / mixing of the orders lined up and centered. Orientation residential building is facing toward the mainland. The geometry of the shape of the building housing in each zone is also identified as a mixture of forms of L, I, U, and S. (2) the factors that affect the distribution pattern of the housing according to ethnic groups in Kuto Batu Village, among others, is the tendency to consider the location of housing based the criteria of residence of character, the character of the neighborhood, the social interaction as well as public policies in force in the neighborhood. The residence character with regard to the function of the home and home ownership rights. The neighbourhood character with regard to the type of livelihood, the proximity of the service function, the transport network, and the uniformity of the population of the area of origin. Criteria related to social interaction assimilation economic, social, cultural, and culinary. Criteria for public development policy with regard to ease of access to places to stay in Kuto Batu. Observation of the housing distribution pattern according to ethnic groups along with the opportunities of the factors that influence is a key instrument in the management of urban composition pluralistic society.
KARAKTERISTIK DAN MOTIVASI BERWISATA KELOMPOK LANJUT USIA DI KOTA YOGYAKARTA Dyah Widiyastuti
JURNAL NASIONAL PARIWISATA Vol 9, No 1 (2017): Jurnal Nasional Pariwisata
Publisher : Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (147.81 KB) | DOI: 10.22146/jnp.59459

Abstract

Semakin bertambahnya golongan usia lanjut di beberapa negara menjadi segmen pasar baru bagi industri pariwisata. Untuk dapat menangkap peluang pasar lanjut usia tersebut, destinasi pariwisata perlu dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan khusus golongan ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta bagi wisatawan lanjut usia, sekaligus untuk mengidentifikasi hambatan yang mereka hadapi dalam melakukan kegiatan wisata.Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif melalui interview dengan wisatawan lanjut usia yang berada di 4 (empat) destinasi wisata utama di Kota Yogyakarta yakni Kebun Binatang Gembira Loka, Taman Sari, Benteng Vredeburg, Taman Pintar dan Kompleks Kraton. Data sekunder didapatkan dari penelitian terkait maupun data kepariwisataan lain. Hasil dari penelitian ini adalah: Kelompok lanjut usia yang mengunjungi ODTW yang menjadi lokasi penelitian sebagian besar berusia 60-65 tahun diikuti kelompok usia diatas 65 tahun dan usia 55-65 tahun. Keinginan berwisata kaum lanjut usia berbeda dengan wisatawan pada umumnya. Wisatawan lansia lebih banyak melakukan kegiatan wisata pasif (passive activities) yakni duduk, membaca, melihat-lihat, makan dan ngobrol. Sementara kegiatan aktif yang dilakukan oleh wisatawan lansia adalah jalan, mengambil foto dan mengasuh cucu. Aktivitas pasif dan aktif yang dilakukan wisatawan tersebut juga ditentukan oleh ada atau tidaknya fasilitas yang mendukung di obyek wisata yang dikunjungi. Keinginan berwisata mereka lebih didorong dengan keinginan untuk berkumpul bersama orang lain, baik bersama keluarga maupun teman-teman komunitas. motivasi yang mendorong lansia untuk berwisata lebih kepada motivasi sosial, impersonal, dan motivasi fisik.
Land Suitability Analysis for Housing in Pesisir Selatan Regency, West Sumatra, Indonesia Dyah Widiyastuti; Heni Ermawati; Lambang Septiawan; Ignatius Salivian Wisnu Kumara
ASEAN Journal on Science and Technology for Development Vol. 36 No. 2 (2019): Across the Archipelago
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1701.921 KB) | DOI: 10.29037/ajstd.574

Abstract

Increases in the numbers of residents in a given location have the consequence of increasing the need for living space. However, diverse environmental conditions make it impossible to develop housing in every location. Spatial analysis is therefore useful in determining land suitability for housing development so that environmental problems are avoided. The aims of this study were to determine the projected land needs for housing in Pesisir Selatan Regency, West Sumatra, Indonesia, as well as to perform suitable area mapping for housing through spatial analysis using five physical parameters (slope, disaster vulnerability, river and beach border, and protected area). The results showed that the land needed for housing in Pesisir Selatan increased every year. By 2020, it is predicted that the land allocation for housing will be 15.6–51.15 km2. Based on the spatial analysis, 21.657% of the area had high suitability (S1) for housing, 18.616% had moderate suitability (S2), 6.782% had low suitability (S3), and 52.944% was not suitable (N1). It is predicted that in 2020, the government will have to use the low suitability area despite its more significant risks. Therefore, it will be necessary to pay attention to mitigation aspects and housing technique manipulation in the steep slope area.
Tourism Intention of People Susceptible to Covid-19 in The New Normal Ikasari Kusuma Wardhani; Hendrie Adji Kusworo; Dyah Widiyastuti
Jurnal Kawistara Vol 12, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/kawistara.72647

Abstract

COVID-19 pandemic has triggered a fundamental challenge to tourism, that is mobility. While research on tourism intention have been growing since the beginning of the pandemic, there was a lack of attention on discussion about people who face less opportunity for tourism due to their vulnerable physical conditions or people at-risk to COVID-19. Therefore, this research purported to reveal the influence of tourism constraints on tourism intention of people categorized as physically vulnerable to COVID-19 in the new normal era. Data collection was conducted through an online survey to citizens of Jakarta belonging to middle age and elderly group from end of June to September 2021. Multiple regression analysis with SPSS is used to test the relationship between tourism constraints and tourism intention, and analyze data of 337 respondents. The study showed that tourism intention of people at-risk from COVID-19 can be classified as high with intrapersonal constraints being the only significant constraints. This implies that the significant effect of intrapersonal constraints is not powerful enough to reduce the tourism intention of people susceptible to COVID-19.
Respon Masyarakat Terhadap Pengembangan Pariwisata Ziarah Ritual Semana Santa oleh Pemerintah di Larantuka Novita Restiati Ina Wea; Heddy Shri Ahimsa-Putra; Dyah Widiyastuti
Jurnal Multidisiplin West Science Vol 2 No 04 (2023): Jurnal Multidisiplin West Science
Publisher : Westscience Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58812/jmws.v2i04.292

Abstract

Pariwisata ziarah terus berkembang dan menjadi segmen penting bagi pariwisata internasional karena adanya kecenderungan global untuk melakukan aktivitas liburan lebih dari sekedar rekreasi, yaitu dengan melakukan peremajaan fisik, mental dan spiritual. Dengan adanya kecenderungan ini, pengembangan destinasi pariwisata ziarah diarahkan lebih dari sekedar pengalaman religi, yaitu pengembangan destinasi yang multifungsi dan mampu meningkatkan pengalaman spiritual pengunjung. Pemerintah daerah Flores Timur kemudian berupaya untuk mengembangkan berbagai program dengan menjadikan ritual Semana Santa di Larantuka sebagai daya tarik utama pengembangan pariwisata ziarah. Ritual yang sudah dijalankan masyarakat secara turun-temurun setelah dijadikan ikon pengembangan pariwisata akan memberikan tanggapan yang beragam dari masyarakat setempat. Respon masyarakat tersebut dapat dijadikan sebagai indikator diterima tidaknya program pemerintah yang telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi respon masyarakat terhadap pengembangan pariwisata ziarah ritual Semana Santa yang dilakukan oleh pemerintah di Larantuka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara semi-terstruktur, observasi, studi kepustakaan dan dokumentasi. Selanjutnya proses analisis data terdiri dari: reduksi data, penyajian data, keabsahan data serta penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 5 bentuk respon ekonomi berupa tindakan yang dilakukan masyarakat dalam menanggapi upaya pemerintah, yaitu: (a) komersialisasi ruang kamar, (b) komersialisasi budaya menjamu tamu, (c) komersialisasi budaya menenun, (d) penguatan tradisi agama berupa pewartaan iman dan (e) komersialisasi ruang areal pelabuhan Larantuka. Sementara itu, tipe respon masyarakat Larantuka secara keseluruhan terbagi menjadi tiga tipe yaitu: retreatism, boundary maintenance dan revitalization. Beragamnya respon yang ditunjukkan disebabkan oleh berbedanya kebutuhan masing-masing kelompok masyarakat.
Analisis Tingkat Perkembangan Destinasi Wisata Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Dyah Widiyastuti; Febri Nurul Azmi; Satria Yudha Adhitama; Karunia Destiana; Ahmad Dani Dahlan; Zidan Putra Syakbana; Itsna Nur’aini; Muhammad Syaiful Anwar; Novi Ghitha Khairina; Ifriana Nurhikmah; Luthfi Anindita; Hidayah Almasari
COMPACT: Spatial Development Journal Vol 2 No 1 (2023): COMPACT- Special Issue "Seminar Nasional Compact"
Publisher : Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Kalimantan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35718/compact.v2i1.851

Abstract

Kabupaten Bantul merupakan daerah dengan beragam wisata alam, budaya, buatan, dan desa wisata yang tersebar di setiap kecamatan/kapanewon. Pembatasan fisik akibat pandemi COVID-19 di Kabupaten Bantul saat ini mulai dilonggarkan sehingga kegiatan pariwisata mulai kembali tumbuh. Dampak pandemi COVID-19 telah mengganggu operasionalisasi destinasi wisata di Kabupaten Bantul. Oleh karena itu diperlukan kajian terhadap kelayakan destinasi wisata yang mulai kembali berjalan di Kabupaten Bantul saat ini. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kondisi destinasi wisata dan menilai perkembangan destinasi wisata di Kabupaten Bantul berdasarkan kualitasnya. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kuantitatif berdasarkan pengambilan data primer dari hasil survey lapangan dan skoring kualitas seluruh titik destinasi wisata di Kabupaten Bantul. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa destinasi wisata di Kabupaten Bantul terdiri dari wisata yang potensial, berkembang, dan maju. Wisata budaya dan wisata maju merupakan yang paling mendominasi dengan disertainya ketersediaan fasilitas, aksesibilitas yang baik, keberlanjutan keselarasan dengan kebijakan dan masyarakat, serta ketersediaan fasilitas CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability) atau protokol kesehatan
Strategi Adaptasi Pelaku Usaha Kecil Dan Menengah Sektor Ekonomi Kreatif Dan Pariwisata Di Daerah Istimewa Yogyakarta Selama Pandemi Covid-19 Dyah Widiyastuti; Febri Nurul Azmi; Satria Yudha Adhitama; Karunia Destiana; Ahmad Dani Dahlan; Zidan Putra Syakbana
COMPACT: Spatial Development Journal Vol 2 No 1 (2023): COMPACT- Special Issue "Seminar Nasional Compact"
Publisher : Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Kalimantan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35718/compact.v2i1.854

Abstract

Pelaku usaha kecil menengah ekonomi kreatif dan pariwisata merupakan sektor yang sangat terdampak pandemi COVID-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Setiap pelaku usaha mempunyai strateginya tersendiri untuk menghadapi berbagai pembatasan aktivitas fisik. Penelitian ini dilakukan di wilayah DIY bertujuan untuk (1) mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi pelaku usaha ekonomi kreatif dan pariwisata selama pandemi COVID-19, (2) mengidentifikasi strategi yang dilakukan para pelaku usaha untuk tetap bertahan selama masa pandemi COVID-19, dan (3) mengidentifikasi strategi/arahan pemerintah bagi UKM sektor pariwisata dan ekonomi kreatif pasca-pandemi COVID-19. Metode yang digunakan dalam kajian ini yaitu deskriptif kualitatif dengan wawancara mendalam dan Focus Group Discussion kepada perwakilan asosiasi profesional yang mewadahi pelaku usaha dan para pelaku usaha pada bidang usaha di sektor ekonomi kreatif dan pariwisata di DIY. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaku usaha ekonomi kreatif dan pariwisata mengalami penurunan penjualan, pemberhentian kegiatan, dan kesulitan anggaran untuk menggaji karyawan. Oleh karena itu pelaku usaha menerapkan beberapa strategi seperti melakukan inovasi produk dan media pemasaran untuk memperluas target pasar, alih mata pencaharian, dan menggunakan tabungan mandiri untuk menggaji karyawan. Strategi pemerintah dalam menghadapi hal ini meliputi penyediaan akses pemodalan, infrastruktur digital, serta upaya promosi aktif.
Study of Sustainable Tourism Development in Silokek Geopark, Sijunjung Regency, West Sumatra Yogi Prambudi; Dyah Widiyastuti; Chafid Fandeli
Barista : Jurnal Kajian Bahasa dan Pariwisata Vol. 10 No. 01 (2023): June
Publisher : Unit Bahasa, Politeknik Pariwisata NHI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34013/barista.v10i01.1209

Abstract

Silokek Geopark is a National Geopark located in Sijunjung Regency, West Sumatra that comprises potential attractiveness for regional as well as national tourism sector. Tourism development in Silokek Geopark has been done since 2004 in order to improve local community economy and reduce environmental degradation. Tourism development has focused on obtaining the positive impact in economic dimension and tends to ignore the sustainability of environmental and socio-cultural dimensions so far. The aims of this research are to describe changes on tourism development in Geopark Silokek as National Geopark and  to examine  sustainability of tourism development in Geopark Silokek as tourism destination. The approach used in this research is qualitative. Data were collected through observation, interviews, and document study. Collected data were analyzed by qualitative-descriptive analysis method. The result of this research showed that tourism development in Silokek Geopark as National Geopark changed to be better. The condition of tourism at the period before Silokek Geopark was legitimized as a National Geopark was not optimal while at the period after it was approved as a National Geopark the quality is getting enhancement, both in terms of attraction, amenities, accessibility, and ancillary. Furthermore, sustainable tourism development has not been implemented integrally in the development of Silokek Geopark becoming a tourism destination. The tourism development in Silokek Geopark does not show the sustainability in environmental dimension, socio-cultural dimension, nor economic dimension.
Model Pengembangan Pariwisata Kreatif untuk Mencapai Keberlanjutan di Desa Wisata Kasongan Woro Swesti; John Soeprihanto; Dyah Widiyastuti
Jurnal Kawistara Vol 10, No 3 (2020)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/kawistara.44157

Abstract

Seiring dengan perkembangan pariwisata khususnya pariwisata budaya yang tidak hanya menempatkan wisatawan sebagai “penonton” atau penikmat saja, maka pengembangan Desa Wisata Kasongan sebagai tujuan wisata pariwisata kreatif diharapkan dapat memaksimalkan potensi wisata budaya melalui kekhasan kerajinan dimiliki. Sayangnya, Desa Wisata Kasongan saat ini dominan pada upaya memenuhi pasokan industri gerabah sebagai komoditas perdagangan daripada tujuan pengembangan pariwisata. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus (case study research). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan studi pustaka, dengan model analisis data kualitatif Spradley. Hasil penelitian menunjukan, tahap perkembangan pariwisata di Kasongan saat ini menurut konsep Tourism Area Life Cycle berada pada tahap kedua yaitu involvement (fase pelibatan). Untuk meningkatkan perkembangan pariwisata di Desa Wisata Kasongan pada tahap ketiga (development phase), maka penulis mengusulkan model pengembangan pariwisata kreatif. Model pengembangan pariwisata kreatif di Desa Wisata Kasongan merupakan gabungan kondisi faktor internal dan eksternal yang memerlukan campur tangan dari institusi atau lembaga yang memiliki perhatian serius pada pariwisata. Model pengembangan pariwisata kreatif di Desa Wisata Kasongan merupakan model pengembangan yang berdasarkan pada pola bisnis industri kreatif subsektor kerajinan yang berkelanjutan, dimana pariwisata berperan memberikan nilai tambah, yang nilai komersialnya ternyata mampu melebihi bisnis/industri kerajinan itu sendiri. Penerapan konsep pengembangan pariwisata kreatif, pada akhirnya diharapkan mampu mendorong terciptanya keberlanjutan dalam pembangunan pariwisata di Desa Wisata Kasongan dari sisi sosial budaya, lingkungan, dan ekonomi.