Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Analisis Hubungan Faktor Fisik dan Individu Terhadap Prevalensi Keluhan Musculoskeletal Disorder (MSDs) Pada Pekerja CV Bengkel Otomotif Tahun 2022 Hamzah Fansuri Fajri; Robiana Modjo
National Journal of Occupational Health and Safety Vol 4, No 1 (2023)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59230/njohs.v4i1.7094

Abstract

Keluhan musculoskeletal disorder (MSDs) pada umumnya dapat terjadi karena adanya kontraksi atau pembebanan yang berlebihan pada otot ataupun tulang. Salah satu contoh aktivitas yang dapat memicu kejadian keluhan musculoskeletal disorder (MSDs) adalah pekerjaan manual material handling. Pekerjaan manual material handling masih banyak ditemukan pada pekerjaan yang dilakukan pada CV Bengkel Otomotif. Penelitian ini berfokus pada melihat hubungan antara variabel fisik dan individu dengan keluhan musculoskeletal disorder (MSDs) pada pekerja CV Bengkel Otomotif. Penelitian ini bersifat studi cross-sectional dengan instrumen quick exposure check dan nordic body map. Dari sebanyak 60 orang pekerja yang menjadi responden penelitian, didapati bahwa 38 orang pekerja (63.3%) mengalami keluhan. Bagian tubuh yang paling banyak mengalami keluhan adalah pada bagian pinggang (25 pekerja).  Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara variabel indeks massa tubuh (p value=0.004), dan kebiasaan olahraga (p value=0.004) dengan keluhan musculoskeletal disorder (MSDs).
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penerimaan Vaksin Human Papillomavirus (HPV) di Negara-Negara ASEAN: Literature Review Varian Almerridho; Butsainah Putri Rahmah; Muhammad Faris Naufal; Robiana Modjo
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/syntax-literate.v9i4.14323

Abstract

Human papillomavirus (HPV) adalah virus yang menjadi penyebab infeksi menular seksual (IMS) paling umum dan penyebab utama dari kanker serviks. Kanker serviks merupakan kanker yang menempati urutan kedua terbanyak di Indonesia. Salah satu upaya pencegahan terjadinya kanker serviks adalah melalui vaksinasi human papillomavirus (HPV). Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa penerimaan terhadap vaksinasi HPV di ASEAN dipengaruhi oleh pengetahuan rendah tentang vaksin, harga tinggi, dan kepercayaan masyarakat yang kontradiktif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan vaksin HPV di negara-negara ASEAN. Literature review dilakukan pada tiga database untuk penelitian kualitatif dan kuantitatif yang diterbitkan hingga Agustus 2023. Artikel disertakan jika dalam bahasa Inggris atau Indonesia, tersedia dalam teks lengkap, dan memiliki fokus pada pengetahuan, biaya, keyakinan, penerimaan vaksin HPV. Dari 23 studi, ditemukan bahwa faktor- faktor penerimaan vaksin HPV yang paling sering disinggung adalah faktor pengetahuan, biaya, dan kepercayaan. Walau menjadi faktor yang kerap muncul, pengetahuan tidak selalu mencerminkan angka penerimaan vaksin.Tidak ditemukan adanya kontradiksi terkait faktor biaya di antara kumpulan studi tersebut. Biaya vaksinasi menjadi faktor utama dalam penerimaan vaksin HPV. Pengetahuan dapat berpengaruh tetapi tidak selalu mencerminkan angka penerimaan vaksin HPV. Faktor lain seperti kepercayaan masyarakat juga menjadi kontributor yang cukup besar terhadap penerimaan vaksin HPV di negara-negara ASEAN.
Risk Factors for Hearing Loss in the Railway Transportation Sector: Literature Review Rinaldo, Muhammad; Robiana Modjo
Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI) Vol. 7 No. 11: NOVEMBER 2024 - Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/mppki.v7i11.6270

Abstract

Introduction: Hearing loss, a significant global health problem, can significantly impact quality of life. The railway sector, with its high noise levels, is particularly vulnerable. To address this, it is crucial to focus on mitigating risk factors through noise control, PPE promotion, and regular hearing assessments. Objective: The study aims to identify factors related to hearing loss in railway sectors. By understanding these factors, the research seeks to contribute to improved workplace safety and hearing conservation programs. Method: This study employed a literature review methodology, utilizing sources from Scopus and Google Scholar. Articles were searched using the keywords "hearing loss," "NIHL," "hearing impairment," "railway transport," "railway industry," and "train transportation" published within the last 10 years from 2014 to 2024. Result: The result of the article search revealed 10 articels that match the criteria set. The result show that various factors were identified that can increase the risk of hearing loss in the railway sector. Overall, risk factors for hearing loss among workers include duration of noise exposure, age, sex, individual habits, and the use of personal protective equipment (PPE). Conclusion: The need for comprehensive hearing conservation programs in the railway sector that address not only noise control, but also individual risk factors and the effective use of personal protective equipment. Further research is needed to investigate the long-term effects of combined noise and vibration exposure and the potential benefits of advanced audiometric techniques in the early detection and prevention of hearing loss.
Stress related factors due to the zoonotic risk among veterinarians in Pakistan Ajaz, Rahmeen; Robiana Modjo
Jurnal Lentera Kesehatan Masyarakat Vol. 4 No. 2 (2025): Jurnal Lentera Kesehatan Masyarakat
Publisher : PT. Lentera Kesehatan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69883/7yxtck13

Abstract

Veterinarians are at increased risk of occupational stress due to frequent exposure to zoonotic diseases and challenging work environments. This study aimed to investigate the relationship between zoonotic exposure, job control, and social support with stress levels among veterinarians in Pakistan. The primary objective was to examine whether higher exposure to zoonotic risks is associated with increased stress, and whether limited job control and low social support further contribute to elevated stress levels. A cross-sectional study design was employed, involving 110 veterinarians from various regions of Pakistan, including urban and rural areas. Data were collected using a structured questionnaire that included the validated Perceived Stress Scale (PSS- 10) and additional items measuring frequency of zoonotic exposure, job control, and social support. Descriptive analysis, cross-tabulations, and Chi-square tests were used to explore associations, and odds ratios were calculated to measure the strength of these relationships. The results revealed that veterinarians with more frequent zoonotic exposure had significantly higher stress levels (p = 0.041, OR = 3.25). Similarly, low job control (p = 0.037, OR = 4.37) and low social support (p = 0.047, OR = 3.12) were significantly associated with increased stress. These findings underscore the combined impact of biological and psychosocial risks in veterinary practice and suggest actionable recommendations including improving access to personal protective equipment (PPE), enhancing job autonomy, and strengthening mental health support systems. This study highlights the urgent need for targeted interventions such as improved PPE availability, better workplace autonomy, enhanced hygiene practices, and structured peer support systems. It contributes new knowledge to the limited literature in Pakistan and offers practical recommendations for improving occupational health among veterinary professionals.
Analisis Persepsi Petugas RSPG Cisarua Bogor Tidak Melapor Insiden Keselamatan Pasien: Analyze Perception Healthcare Worker’s in RSPG Cisarua Bogor Not Reporting Patient Safety Incident Arifah Alfiyyah; Robiana Modjo
Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI) Vol. 7 No. 4: APRIL 2024 - Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/mppki.v7i4.4892

Abstract

Latar belakang: Fasilitas layanan kesehatan wajib melakukan peningkatan mutu pelayanan kesehatan secara internal maupun eksternal secara terus-menerus dan berkesinambungan. Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) merupakan upaya dalam peningkatan mutu layanan kesehatan. Rumah Sakit Paru M. Goenawan (RSPG) Cisarua Bogor memiliki pelaporan IKP yang rendah berdasarkan data laporan tahun 2021 hingga triwulan tiga 2023. Tujuan: Menganalisis persepsi petugas di RSPG Cisarua Bogor yang menyebabkan tidak melakukan pelaporan IKP kepada tim komite mutu rumah sakit. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi mixed-method sequential explanatory dengan melakukan tahap pertama melalui survei kepada 45 responden petugas yang melakukan pelayanan langsung kepada pasien mengenai penyebab enggan melapor IKP. Tahap kedua melalui wawancara mendalam kepada 8 petugas mengenai alasan tidak melapor IKP. Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi penyebab dengan persentase tertinggi ada pada petugas kesehatan tidak melapor IKP takut akan disipliner, merasa tidak adanya anonimitas pelapor dan kerahasiaan tidak terjaga, dan memakan banyak waktu dalam pembuatan pelaporan. Pelaporan IKP di rumah sakit menggunakan formulir kertas secara tertulis dan diserahkan kepada tim komite mutu keselamatan pasien. Saat proses evaluasi petugas kesehatan merasa tim komite mutu masih kurang dalam anonimitas ruangan terjadinya insiden. Kesimpulan: Pelaporan menggunakan kertas membuat pelapor merasa menambah beban kerja. Perlu adanya sosialisasi secara berkala mengenai jenis insiden yang harus dilaporkan dan komitmen manajemen tidak adanya budaya menyalahkan. Adanya perubahan dalam pelaporan IKP secara elektronik dapat memudahkan pelaporan.