Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Analisis Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel “Mimpi Anak Pulau” Karya Abidah El Khalieqy Insum Malawat; Akhiruddin
Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, dan Sastra Vol. 8 No. 2 (2022)
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/onoma.v8i2.2060

Abstract

Abstrak Tujuan penelitian ini fokus dalam (1) mengindentifikasi masalah yaitu nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam Novel Mimpi Anak Pulau, teknik pengumpulan data ini adalah, kata – kata, frase-frase, pola –pola perilaku, cara – cara berpikir subjek, dan peristiwa – peristiwa tertentu, farse ini merupakan kategori – kategori pengodean. Kategori pengodean merupakan suatu cara penyortian data deskritif yang telah anda kumpulkan.teknik pengumpulan data sekunder, subjeknya yaitu adalah novel yang berjudul “ Mimpi Anak Pulau Karya Abidah El Khalieqy. Berdasarkan hasil penelitian diatas dan pembahasan dilakukan mengindentifikasi novel yang berjudul “Mimpi Anak Pulau”, Karya Abidah El Khalieqy”. Terdapat 22 Nilai karakter yang terkandung dalam novel, tetapi dalam penelitian ini peneliti menemukan Nilai Tambahan, Nilai yang Terkandung dalam novel Anak Pulau Karya Abidah El Khalieqy yaitu Nilai kesabaran dan Nilai Seni, dan 18 Nilai yaitu Nilai Religius, Nilai Disiplin, Nilai Kerja keras, Nilai Kreatif, Nilai Mandiri, Nilai Demokratif, Nilai Rasa Ingin Tahu, Nilai Semangat Kebangsaan, Nilai Cinta Tanah Air, Nilai Menghargai Prestasi, Nilai Bersahabat, Nilai Cinta Damai, Nilai Gemar Membaca, Nilai Peduli Lingkungan, Nilai Peduli Sosial, dan Nilai Tanggung Jawab.
Afiksasi dalam Cerita Rakyat Papua Mamle Si Anak Sakti Akhiruddin; Insum Malawat; Nursalam
Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, dan Sastra Vol. 9 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/onoma.v9i1.2344

Abstract

Penelitian ini bertujuan menggambarkan: (1) pembentukan kata berafiks dalam Cerita Rakyat Mamle Si Anak Sakti Papua; (2) fungsi penggunaan afiksasi pada Cerita Rakyat Mamle Si Anak Sakti Papua; dan (3) Makna yang dikandung dalam kata berafiksasi pada cerita rakyat Mamle Si Anak Sakti. Sampel penelitian diambil dengan teknik purposive sampling. Data penelitian ini berupa kata berafiks pada cerita Mamle Si Anak Sakti. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis mengalir yang meliputi tiga komponen, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini adalah: (1) terdapat 58 kata berprefiks; (2) 8 sufiks berupa -an dan -kan; dan (3) 34 konfiks, serta tidak terdapat infiks. Prefix terbanyak adalah awalan me- berjumlah 27 awalan. Hal ini menunjukkan bahwa prefix me- merupakan imbuhan produktif dan infiks merupakan imbuhan tidak produktif dalam cerita rakyat Papua. Fungsi afiksasi yang terdapat dalam cerita Mamle Si Anak Sakti adalah membentuk kata kerja transitif dan intransitif. Makna yang terkandung dalam afiks yang terbanyak yaitu melakukan suatu pekerjaan seperti dinyatakan pada fungsi di atas, sedangkan paling sedikit yaitu menjadi seperti yang dinyatakan bentuk dasarnya
Analisis Pendidikan Karakter dalam Novel “Bedebah Di Ujung Tanduk” Karya Tere Liye Menggunakan Media Audio Visual di SMP Yapis Manokwari Akhiruddin; Insum Malawat; Nursalam
Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, dan Sastra Vol. 9 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/onoma.v9i1.2346

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pendidikan karakter dalam novel Bedebah di Ujung Tanduk karya Tere Liye dengan menggunakan pendekatan karakterisasi Albertine Minderop. Data tersebut dimanfaatkan sebagai bahan ajar pendidikan karakter di SMP Yapis Manokwari dalam bentuk media audio visual. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif jenis analisis isi. Data bersumber dari novel Bedebah di Ujung Tanduk yang diperoleh dengan cara membaca, mencatat, dan merevisi. Teori yang digunakan adalah 18 nilai pendidikan karakter dari Kemendikbud, media ajar audio visual, dan karakterisasi Minderop. Berdasarkan pembahasan, ditemukan 10 nilai pendidikan karakter, yakni 1) jujur 2) pekerja keras, 3) kreatif 4) bersahabat 5) rasa ingin tahu 6) cinta damai 7) disiplin 8) peduli sosial, 9) menghargai prestasi 10) toleransi. Pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan media audio visual dalam bentuk video tergolong sukses. Media ini mampu memotivasi dan membangkitkan semangat belajar serta memermudah proses pemahaman materi ajar oleh siswa.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAM S ACHIVEMENT DIVISION (STAD) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA MENYAMPAIKAN IDE MELALUI ANEKDOT Akhiruddin Akhiruddin; Insum Malawat; Nursalam Nursalam
Bahtera Indonesia Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Universitas Wiralodra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/bi.v8i2.465

Abstract

Penelitian ini berfokus pada penerapan model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi menyampaikan ide melalui anekdot. Metode Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan empat tahapan pelaksanaan yaitu: (1) perencanaan (2) tindakan (3) observasi (4) refleksi. analisis data dalam penelitian ini, yaitu (1) analisis data kuantitatif, berupa nontes diantaranya: (a) observasi dan (b) dokumentasi.Ketuntasan pencapaian penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi menyampaikan ide melalui anekdot di kelas X IPA SMA YPK Immanuel Manokwari pada tahap prasiklus, dengan capaian murid yang tuntas sebanyak 5 siswa (17,24%) dan terjadi peningkatan pada tahap siklus I yaitu sebanyak 20 siswa (68,97%). Pada tahap siklus II yaitu sebanyak 20 siswa (68,97%). Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi menyampaikan ide melalui anekdot di kelas X IPA SMA YPK Immanuel Manokwari mengalami peningkatan yang stabil
REPRESENTASI NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL ANAK RANTAU KARYA AHMAD FUADI SEBAGAI BAHAN AJAR MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL Insum Malawat; Akhiruddin Akhiruddin; Nursalam Nursalam
Bahtera Indonesia Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Universitas Wiralodra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/bi.v8i2.466

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sebuah novel Anak Rantau Karya Ahmad Fuadi dan menjadikan bahan ajar dengan menggunakan media audio visual (animasi) di SMP Yapis Manokwari. Dalam penelitian ini menggunakan sebuah pendekatan pragmatik dan menggunakan angket yang diberikan kepada siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian metode campuran dengan menggunakan dua metode, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Hasil penelitian ditemukan beberapa data 16 pendidikan karakter menurut Kemendiknas dan juga menggunakan pendekatan pragmatik diantaranya, nilai pendidikan karakter manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, nilai pendidikan karakter hubungan manusia dengan diri sendiri, nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan sesama, nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan kebangsaan diperoleh 39 data. Selain itu diperoleh data jawaban dari angket siswa yang menyatakan dengan menggunakan media pembelajaran dalam belajar sastra membuat siswa lebih bersemangat dan tidak mudah bosan dalam belajar
NILAI PRAGMATIS MASYARAKAT PAPUA DALAM TRADISI LISAN INSOS DAN KONAYO Insum Malawat; H Hengki; A Akhiruddin
Jurnal Tradisi Lisan Nusantara Vol 2, No 1 (2022): Volume 2, Nomor 1, Februari 2022
Publisher : ppjbsip

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51817/jtln.v2i1.186

Abstract

The title of this research is Papuan’s Pragmatic value in folklore Insos and Konayo. It is based on some factors, those are preservation effort to protect Papuan Folklore that becomes marginalized, to protect the identity of the owner, to protect culture treasure of the nation, to preserve it to be a local wisdom media. This research aims to describe Papuan’s ideology that contains pragmatics value in verbal prose Insos and Konayo. This is a content analysis of qualitative research. Verbal folklore and literature pragmatics are theories used in this research. Based on the result of the analysis concluded that the Papuan keep tightly their traditions. Those traditions contain massage and promises from their ancestors. The traditions contain sacral values that ties their society in customary law, natural law, and social law. Verbal tradition preservation reflects love feeling and thanksgiving to their ancestors. The pragmatic value that contains in Insos and Konayo is education value that shows the obedience to the customary law. The function of education value in both of the stories is to become a self-introspection tool. Breaking a customary law can risk themself or can risk the lawbreaker rule. Customary low preservation is the key to create peace and balance life in the world.
Analisis Semiotika Sosial M.A.K. Halliday Novel Ghoky Aku Papua Karya Johan Gandegoay Insum Malawat
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 12, No 2 (2023): Ranah: Jurnal Kajian Bahasa
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/rnh.v12i2.6798

Abstract

This research aims to describe and interpret the social and cultural symbols of the language used in the novel Ghoky Aku Papua by Johan Gandegoay as the subject. The research objects are the discourse field, discourse actors, and discourse means. The method used is Halliday's social semiotics content analysis model. Data collection techniques include (1) reading the GAP novel; (2) write the speeches of the characters which contain elements of discourse fields, discourse participants, and discourse means; and (3) classification of data in the form of clauses into tables containing discourse fields, discourse participants, and discourse means. Data analysis techniques are as follows. Identify and interpret signs and symbols that describe Papuan identity; describe and interpret the speech of the characters which represent the Papuan social context; and identifying and interpreting the speech of characters that represent language variations or styles. Based on the results of text analysis, it is concluded as follows. The discourse field in the novel GAP displays the socio-cultural environment of the Papuan people in coastal areas. The character highlighted regarding the identity of coastal people is open and communicative with various levels of society, both OAP and non-OAP. The language symbols that mark the Papuan social context are marked by Papuan dialects such as ko (you), pace (adult man), paitua (father), bitter melon fish tail, penggayu feet, and stilt houses as the identity of coastal communities. This component is present to represent the function of ideational metalanguage. Discourse involvement is shown through the presence of figures and their role as representatives of the socio-cultural community of the Papuan people and agents of change. This section reflects on the interpersonal function of language. Components of discourse means are displayed through the use of language styles, including metaphor, personification, polysynthesis, hyperbole, rhetoric, hypocorism and repetition. The means of discourse present represent the textual function of language. AbstrakPenelitian ini bertujuan menggambarkan dan memaknai simbol-simbol sosial budaya bahasa yang digunakan dalam novel Ghoky Aku Papua karya Johan Gandegoay sebagai subjek. Objek penelitian adalah medan wacana, pelibat wacana, dan sarana wacana. Metode yang digunakan adalah semiotika sosial Halliday model analisis isi. Teknik pengumpulan data meliputi (1) membaca novel GAP; (2) menuliskan tuturan dari para tokoh yang mengandung unsur medan wacana, pelibat wacana, dan sarana wacana; dan (3) klasifikasi data berbentuk klausa ke dalam tabel yang berisi medan wacana, pelibat wacana, dan sarana wacana. Teknik analisis data sebagai berikut. Mengidentifikasi dan memaknai tanda-tanda dan simbol-simbol yang menggambarkan identitas kepapuaan; menggambarkan dan memaknai tuturan para tokoh yang merepresentasikan konteks sosial kepapuaan; dan mengidentifikasi dan memaknai tuturan para tokoh yang melambangkan variasi atau gaya bahasa. Berdasarkan hasil analisis teks, disimpulkan sebagai berikut. Medan wacana dalam novel GAP menampilkan lingkungan sosial budaya masyarakat Papua di wilayah pesisir. Karakter yang ditonjolkan terkait identitas orang pesisir adalah terbuka dan komunikatif dengan berbagai lapisan masyarakat, baik OAP maupun non-OAP. Lambang bahasa yang menandai konteks sosial kepapuaan kepapuaan ditandai dengan dialek Papua seperti ko (kamu), pace (pria dewasa), paitua (bapak), ekor ikan pare, kaki penggayu, dan rumah panggung sebagai identitas masyarakat pesisir pantai. Komponen ini hadir mewakili fungsi metabahasa ideasional. Pelibat wacana ditunjukkan melalui kehadiran para tokoh dan perannya sebagai wakil komunitas sosial budaya masyarakat Papua dan agen perubahan. Bagian ini merefleksikan fungsi interpersonal bahasa. Komponen sarana wacana ditampilkan melalui penggunaan gaya bahasa antara lain metafora, personifikasi, polisindeton, hiperbola, retorik, hipokorisme, dan repetisi. Sarana wacana hadir mewakili fungsi tekstual bahasa.