Abstract PT.SGMW Motor Indonesia is a company which is engaged in the automotive field, especially in cars assembly with Wuling as its brand in Indonesia and the product called CN113R. In an effort to maintain product quality, PT.SGMW seeks to minimize the number of defects in each inspection unit. In order to attract large Indonesian market, the company needs to improve the quality of the product which are produced. From data collection conducted at PT. SGMW at Type Approval phase (TA) from February to March 2017, it was found that Sanding Mark defect is the biggest defect type that happened in PT.SGMW that is equal to 24% and this happened at painting process. Then in the next stage, after brainstorming process with related parties in the Paintshop Department to find out the main cause of Sanding Mark defect which is then shown through a fishbone diagram. To find out the improvement priority or follow-up to the causes described in fishbone diagram, I use 5W + 2 H method. In the next step, an improvement analysis is done using Failure Mode Effect Analysis (FMEA) method. after that, by the RPN result which is obtained, the most potential failure mode as the cause of the defect that must be handled immediately. From the observation results obtained the highest defect value is sanding mark. One of the causes of the highest Risk Priority Number (RPN) value in the Elpo sand section is because of the used of the orbital sender is tilted and angled. After the improvement, it can decrease the defect from 449 findings down to 297 findings, and lower repair cost from Rp. 142,863,718 to Rp 94,500,054. Keywords: Failure Mode Effect Analysis, Defect, Cost Of Poor Quality Abstrak PT.SGMW Motor Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang otomotif, khususnya dalam perakitan mobil dengan merk Wuling di Indonesia dengan produk yang diberi nama CN113R. Dalam upaya mempertahankan kualitas produk. PT.SGMW berusaha untuk meminimasi jumlah kecacatan dalam setiap unit inspeksinya, agar dapat menarik pasar bangsa Indonesia yang besar perusahaan tersebut perlu meningkatkan kemampuan dari segi kualitas produk yang dihasilkan. Dari pengumpulan data yang dilakukan di PT. SGMW pada fase Type Approval (TA) dari bulan Februari sampai dengan Maret 2017, didapatkan bahwa cacat Sanding Mark merupakan jenis cacat terbesar yang terjadi di PT.SGMW yaitu sebesar 24% dan hal ini terjadi pada proses pengecatan Lalu pada tahap berikutnya setelah dilakukan proses brainstorming dengan pihak terkait di dalam Department Paintshop untuk mencari penyebab utama cacat Sanding Mark yang kemudian hasilnya ditampilkan melalui diagram fishbone. Untuk mengetahui prioritas perbaikan atau tindak lanjut terhadap penyebab ~penyebab yang dipaparkan dalam diagram fishbone maka digunakanlah metode 5W + 2 H. Pada tahap selanjutnya, dilakukan analisis perbaikan dengan menggunakan metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA), setelah itu melalui hasil RPN yang didapatkan, modus kegagalan potensial yang paling utama sebagai penyebab terjadinya kecacatan yang harus segera ditangani. Dari hasil pengamatan tersebut di peroleh nilai defect tertinggi adalah sanding mark. Salah satu penyebab nilai Risk Priority Number (RPN) tertinggi di bagian Elpo sand adalah karena metode penggunaan orbital sender miring dan menyudut. Setelah dilakukan perbaikan sehingga dapat menurunkan defect dari 449 temuan turun menjadi 297 temuan, dan menurunkan biaya repair dari Rp. 142.863.718 menjadi Rp 94.500.054. Kata kunci: Failure Mode Effect Analysis, Defect, Cost Of Poor Quality Reference: Ansori, N., & Mustajib, M. I. (2013). Sistem Perawatan Terpadu (IMS). Yogyakarta: Graha Ilmu. Abdul Aziz, Uzer (2017). Analisis Defect Burry Pada Produk Part Holder Wire Dengan Metode Failure Mode Effect Analisys (FMEA) Di PT.PSC .Universitas Bhasysangkara Jakarta, Jakarta. Fahmi, I. (2014). MAnajemen Produksi dan Operasi. Bandung: Alfabeta. Gasperz, V. (2012). All-In-One Management Tool Book. PT Gramedia Pustaka Utama. Gasperz, V (2014). Pedoman Implementasi Program SIX SIGMA Terintegrasi Dengan ISO 9001:2000, MBNQA, dan HACCP. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. Ginting,Rosnani (2007). Sistem Produksi, Edisi Pertama, Graha ilmu Yogyakarta Indri Parwati, Cyrilla (2016). Analisis Pengendalian Kualitas produk STeel Pipes Dan Tubulars dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analisys (FMEA) Di PT.Dwi Sumber Arca Waja Batam.. Jurusan Tehnik Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta. Jaifandra Maradika, Yogi (2016). Analisis KegagalanProses produksi Pipe Collar dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analisys (FMEA) Di PT.Bannex Indonesia. Universitas Bhasysangkara Jakarta, Jakarta. Kurniawan, F. (2013). Teknik dan Aplikasi Manajemen Perawatan Industri. Yogyakarta. PT. Graha Ilmu. Yamit, Z. (2013). Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Yogyakarta. Ekonisia