Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Peranan PWNU Sumatera Utara Dalam Menangkal Paham Radikalisme Agama Nur Halimah Lubis, Maraimbang Daulay, Muhammad Al-Fikri Matondang
Center of Knowledge : Jurnal Pendidikan Dan Pengabdian Masyarakat Volume 1, No 1, Agustus 2021
Publisher : Pusdikra Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.522 KB)

Abstract

Radikalisme adalah fanatik kepada suatu pendapat, menegasikan pendapat orang lain, dan mengabaikan terhadap kesejahteraan Islam, tidak dialogis, suka mengkafirkan kelompok orang lain yang tidak sepaham dan tekstual dalam memahami teks agama tanpa mempertimbangkan maqasihid al-syari’at (esensi syariat). tumbuh suburnya penanaman pemahaman radikal dan tindakan terorisme tidak hanya dilakukan oleh teroris dan radikalis yang memeluk ajaran agama Islam saja, namun tindakan terorisme atau radikalismepun dapat dilakukan oleh penganut agama diluar Islam. Observasi ini memakai ancangan kualitatif beserta cara deskriptif yakni mendeskriptifkan persoalan secara komplet sebagai sebuah problem lalu menelaah permasalahan tersebut. Tembakan pengamatan ini ialah agar memahami fungsi serta peran PWNU Sumut dalam menangkal radikalisme di Sumatera Utara. Bahan didapat dari kumpulan tanya jawab bersama para informan yaitu dengan beberapa pengurus PWNU Sumut, website resmi, jurnal dan artikel. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Respon pengurus PWNU adanya kesinambungan dan keresahan yang sama dari pengurus PWNU Sumut terhadap radikalisme. Hal yang tidak boleh dianggap sepele sehingga harus diatasi sebelum semakin luas penyebarannya dan menghindari timbulnya dampak yang tidak diinginkan. Peran PWNU Sumut dalam menangkal Radikalisme di Sumatera Utara adalah dengan melakukan beberapa langkah di antaranya yaitu: memperbanyak diskusi tentang pemahaman agama, melakukan pengajian dengan menghadirkan Ustadz/Kyai yang memiliki keilmuan jelas dan track record pendidikan agama yang mumpuni, melakukan mapping atau pemetaan, terhadap Masyarakat Sumut yang terlihat sudah mulai terpengaruh dengan paham radikalisme, berkonsultasi dengan pihak tokoh Agama, dan menolak segala aktivitas yang berafiliasi dengan gerakan radikalisme.
Etika Alquran Menurut Fazlur Rahman: Konsepsi Iman maraimbang daulay
Ibn Abbas : Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir Vol 1, No 2 (2018): Jurnal Ibn Abbas Vol 1 No 2 Oktober-Maret 2019
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4916.226 KB) | DOI: 10.9876/jia.v1i2.4039

Abstract

Studi ini membahas pemikiran Fazlur Rahman tentang etika Alquran, sebab para ahli sering menyebutkan bahwa etika bukan saja the basic elan of the Quran (esensi dalam ajaran Alquran), tetapi juga merupakan aspek universal yang ada dalam setiap diri manusia. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan mendasarkan bacaannya pada kepustakaan karya-karya Fazlur Rahman yang ada. Hasil penelitian awal menunjukkan bahwa etika terpadu dalam hubungan Tuhan, manusia, dan alam yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Maka etika yang pertama disebutkan dalam hal hubungan antara Tuhan, manusia dan alam itu terkonsepsi dalam nilai-nilai keiamanan. Karena itu yang pertama manusia harus mengimani Tuhan di dalam segala sikapnya dengan mewujudkan berbagai kebaikan-kebaikan. Maka manusia mengemban amanah sebagai khalifah di muka bumi ini (khafilah fi al-ard).
Pola Komunikasi Pemerintah Desa dalam Menciptakan Kesadaran Masyarakat Akan Protokol Kesehatan pada Masa Pandemi Covid-19 di Desa Sei Kasih Kecamatan Bilah Hilir Kabupaten Labuhanbatu Pertiwi Pertiwi; Maraimbang Daulay; Yusra Dewi Siregar
MUKADIMAH: Jurnal Pendidikan, Sejarah, dan Ilmu-ilmu Sosial Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Prodi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Sumatera

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30743/mkd.v6i2.5807

Abstract

This study aims to determine the communication pattern of the village government in creating public awareness of health protocols during the Covid-19 pandemic and the obstacles of the village government in creating public awareness of health protocols during the Covid-19 pandemic. The theory used in this research is communication theory and OR theory. The subjects of this study were heads and employees of village government offices. The location of this research was carried out at the Sei Kasih Village office, Bilah Hilir District, Labuhanbatu Regency starting from July - September 2021. The method used in this study was a qualitative method. The analysis technique used is descriptive qualitative. The results of this study are that the communication pattern of the Sei Kasih village government in creating public awareness of health protocols during the pandemic uses primary and secondary communication patterns, and the constraints of the village government in creating public awareness of health protocols during the pandemic are that not all people are always in place at the time of the pandemic. the process of delivering information, it is difficult for people to take the time to listen to information then some people still do not believe that the corona virus in this case is the lack of people to comply with health protocols during the Covid-19 pandemic.
PESAN MORAL DALAM FILM THE PLATFORM (ANALISIS SEMIOTIK ROLAND BARTHES) Muhammad Fadlan Adytia Siregar; Maraimbang Daulay; Hasan Sazali
SIBATIK JOURNAL: Jurnal Ilmiah Bidang Sosial, Ekonomi, Budaya, Teknologi, dan Pendidikan Vol. 2 No. 4 (2023): March
Publisher : Lafadz Jaya Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54443/sibatik.v2i4.792

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pesan moral dalam film The Platform. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan teori analisis semiotika Roland Barthes. Hasil dari penelitian ini, yaitu: (1) terdapat makna positif dan makna negatif dalam tiap-tiap adegan di film “The Platform”, di antaranya makna positif : pemeran utama mempunyai sikap yang baik, ramah, penolong, bersih, dan pembela kebenaran mencoba untuk mengubah sistem yang selama ini dibuat oleh pengelola penjara vertikal agar menjadi lebih adil dan tidak ada yang teraniaya, adapun makna negatif : sikap para penghuni penjara tingkat atas yang rakus memakan makanan yang dihidang di atas mimbar dan tidak memikirkan nasib penghuni- penjara di tingkat bawah; dan (2) bentuk pesan moral dalam film “The Platform” berupa moral baik danburuk, di antaranya moral baik: kepedulian tokoh utama yang membela kebenaran, suka menolong, peduli terhadap sesama dan orang-orang di sekitarnya, adapun moral buruk : sistem penyediaan makanan yang tidak memungkinkan semua penghuni penjara mendapatkan jatahnya masingmasing sehingga menimbulkan kesenjangan sosial antara yang di tingkat atas dengan di tingkat bawah.
MORAL MASYARAKAT PINGGIR REL KERETA API LINGKUNGAN III KELURAHAN PULO BRAYAN BENGKEL KECAMATAN MEDAN TIMUR KOTA MEDAN Asri Utari; Maraimbang Daulay; Siti Ismahani
Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial Vol. 4 No. 8 (2024): Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.6578/triwikrama.v4i8.5102

Abstract

Penelitian ini berupaya untuk mengangkat masalah aktual pada masyarakat Indonesia yaitu mengenai keberadaan dan kondisi sosial budaya masyarakat pinggir rel yang dianggap sebagai masyarakat segregasi, yakni untuk mendeskripsikan realitas kehidupan masyarakat pinggir rel kereta api dan mengidentifikasi moral masyarakat pinggir rel kereta api Kelurahan Pulo Brayan Bengkel. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang berjenis studi lapangan dengan menggunakan pendekatan filsafat. Dengan demikian penelitian ini bermodel penelitian mengenai masalah aktual. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa; 1) Pada umumnya masyarakat pinggir rel Kelurahan Pulo Brayan Bengkel tamatan SD dan SMP, sehingga membuat mereka sulit mendapatkan pekerjaan yang layak, dan karena kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak, membuat mereka berada dalam keadaan kondisi ekonomi yang tidak berkecukupan. Akibatnya mereka secara ‘terpaksa’ untuk hidup dan bertahan di daerah pinggir rel kereta api dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai. Dengan demikian mereka tidak memilih untuk melanggar aturan dengan membangun hunian di pinggiran rel kereta api, namun sebenarnya mereka tidak memiliki pilihan untuk membangun hunian untuk bertahan hidup. 2) Masyarakat pinggir rel Kelurahan Pulo Brayan memiliki moral yang cukup baik, hal tersebut dapat dilihat dari solidaritas mereka yang tinggi kendatipun mereka berbeda suku dan agama, contohnya ialah mereka tetap saling membantu kebutuhan dalam hal pangan walaupun kehidupan ekonomi dalam keadaan susah. Selain para orang tua memberikan pembelajaran moral yang baik pada anak-anaknya untuk dapat menjadi insan yang berguna, kendatipun beberapa remaja memiliki moralitas yang kurang baik tetapi hal tersebut adalah sesuatu hal yang lumrah di dalam psikologi perkembangan remaja. Sehingga kenakalan remaja yang berhuni di pinggir rel kereta api tidak sepenuhnya di sebabkan oleh tempat tinggal mereka yang tidak layak, sebab pada kenyataannya remaja yang hidup dengan berkecukupan sekalipun juga melakukan tindakan kriminal yang berat