Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

EFEK PENGOLAHAN KONVENSIONAL PADA KANDUNGAN GIZI DAN ANTI GIZI BIJI PETAI (Parkia speciosa Hassk.) Putri Maharani; Umar Santoso; Yasmin Aulia Rachma; Aprilia Fitriani; Supriyadi Supriyadi
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 23 No. 2 (2022)
Publisher : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.789 KB) | DOI: 10.21776/ub.jtp.2022.023.02.6

Abstract

            Biji Petai (Parkia speciosa Hassk.) merupakan komoditas kacang-kacangan khas Indonesia dengan kandungan protein yang tinggi. Namun, biji Petai juga dikenal mengandung senyawa antigizi asam fitat, tanin dan tripsin inhibitor yang dapat menurunkan nilai cerna protein. Proses pengolahan konvensional kukus selama 10 menit, rebus selama 8 menit, dan goreng selama 2 menit dilakukan untuk menurunkan senyawa antigizi dan meningkatkan kecernaan protein biji Petai. Biji Petai yang digunakan untuk analisis adalah biji Petai bubuk yang telah dikeringkan menggunakan freeze dryer. Efek proses pengolahan divaluasi senyawa gizi, antigizi, dan nilai cerna protein in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proses pengolahan kukus, rebus, dan goreng terhadap senyawa gizi (kadar air, protein, lemak, abu, dan karbohidrat), antigizi (asam fitat, tanin, serta tripsin inhibitor), dan kecernaan protein in vitro pada Petai. Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap Satu Faktor, yaitu jenis proses pengolahan. Data diolah dengan One Way ANOVA menggunakan aplikasi SPSS 2.1 dengan tingkat kepercayaan 95%, kemudian dilanjutkan uji Duncan apabila terdapat beda nyata. Diperoleh hasil bahwa ketiga proses pengolahan tersebut signifikan menurunkan konsentrasi senyawa antigizi asam fitat, tanin, serta tripsin inhibitor. Proses perebusan merupakan proses pengolahan terbaik yang dapat menurunkan senyawa antigizi asam fitat sebesar 75%, tanin sebesar 49%, dan tripsin inhibitor sebesar 70%. Proses pengolahan kukus dan rebus secara signifikan meningkatkan nilai cerna protein in vitro, yaitu masing-masing sebanyak 0,84% dan 2,55%. Temuan ini dapat dijadikan referensi proses pengolahan bagi konsumen biji Petai di Indonesia untuk mendapatkan manfaat asupan protein dari biji Petai dengan maksimal.                                              Petai seeds (Parkia speciosa Hassk) are a typical Indonesian legume commodity with high protein content. However, Petai seeds are also known to contain anti-nutritional compounds phytic acid, tannins, and trypsin inhibitors that can reduce protein digestibility. The conventional processing process was steamed for 10 min, boiled for 8 min, and fried for 2 min to reduce antioxidant compounds and increase the protein digestibility of Petai seeds. Petai seeds used for analysis are powdered Petai seeds that have been dried using a freeze dryer. The effects of the processing were evaluated for nutritional compounds, antinutrients, and protein digestibility values ​​in vitro. This study aims to determine the effect of steamed, boiled, and fried processing on nutritional compounds (water content, protein, fat, ash, and carbohydrates), antinutrients (phytic acid, tannins, and trypsin inhibitors), and protein digestibility in vitro in Petai. The research was conducted with a one-factor completely randomized design, namely the type of processing. The data was processed by One Way ANOVA using the SPSS 2.1 application with a 95% confidence level, then continued with Duncan's test if there was a significant difference. The results showed that the three processing processes significantly reduced the concentration of anti-nutritional compounds phytic acid, tannins, and trypsin inhibitors. The boiling process is the best processing process that can reduce the antioxidant compounds of phytic acid by 75%, tannins by 49%, and trypsin inhibitors by 70%. Steamed and boiled processing significantly increased the protein digestibility in vitro, which were 0.84% ​​and 2.55%, respectively. This finding can be used as a reference for the processing process for consumers of Petai seeds in Indonesia to get the maximum benefit of protein intake from Petai seeds
Efek Perebusan Basa dan Asam terhadap Kandungan Gizi dan Zat Anti Gizi pada Pembuatan Tempe Biji Kecipir Nurul Putrie Utami; Aprilia Fitriani; Nabila Fadhila Rahma; Okvania Putri Nabila; Wahyu Nugroho
Jurnal Dunia Gizi Vol 5, No 2 (2022): Edisi Desember
Publisher : Study Program of Nutrition, Public Health Faculty, Institut Kesehatan Helvetia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33085/jdg.v5i2.5528

Abstract

Pendahuluan; Biji kecipir merupakan salah satu tanaman yang mudah dibudidayakan di daerah tropis dan memiliki kandungan gizi yang tinggi terutama protein. Namun, penggunaannya dalam konsumsi sehari-hari masih jarang karena adanya sifat organoleptik yang kurang disukai dan mengandung zat anti gizi. Pembuatan biji kecipir menjadi tempe diharapkan dapat meningkatkan daya terima biji kecipir. Tujuan; untuk mengetahui efek pemberian zat basa dan asam pada perebusan biji kecipir dalam pembuatan tempe biji kecipir terhadap kandungan gizi dan zat anti gizinya. Bahan dan Metode; jenis penelitian eksperimental dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang dilakukan adalah pembuatan tempe biji kecipir dengan perebusan 2x dengan air biasa (kontrol), perebusan pertama dengan basa, dan perebusan pertama dengan basa dan perebusan kedua dengan asam. Hasil dari tempe yang telah dibuat kemudian dianalisis kadar air, abu, gizi makro, serat, tanin, dan asam fitat. Hasil; Kedua perlakuan memiliki dampak pada kadar air yang lebih tinggi dibandingkan kontrol (p0,05). Kandungan gizi protein, lemak, dan serat lebih tinggi pada perlakuan kontrol (p0,05), tetapi kadar fitat lebih tinggi dari perlakuan lain (p0,05). Sedangkan pada perlakuan asam dan basa, cenderung memiliki kadar karbohidrat yang lebih tinggi serta tanin yang lebih tinggi (p0,05). Kesimpulan; Penggunaan basa dan asam pada perebusan biji kecipir hanya dapat meningkatkan kadar karbohidrat dan menurunkan asam fitat. Kandungan protein, lemak, serat, dan tanin yang lebih rendah dijumpai pada perlakuan tanpa basa dan asam.