Permasalahan kualitas udara di kawasan urban memicu dampak kesehatan yang signifikan, sehingga diperlukan strategi mitigasi yang bekerja pada skala arsitektural. Selain itu, tekanan dari aktivitas lalu lintas, industri, dan tingginya kepadatan permukiman turut mempercepat akumulasi polutan di lingkungan perkotaan. Dalam konteks ini, fasad mikroalga menawarkan pendekatan nature-based yang mampu menurunkan konsentrasi CO₂ dan partikulat, menyediakan shading pasif, serta menambah nilai edukatif dan estetika bagi ruang publik. Graha Pena Batam dipilih sebagai studi kasus karena lokasinya berada di kawasan aktivitas tinggi, sehingga potensi reduksi polutan dapat dievaluasi secara jelas, tipologi fasadnya memungkinkan penerapan sistem sebagai secondary façade pada bangunan eksisting, serta perannya sebagai pusat media memberi nilai strategis bagi penyebaran pengetahuan dan pengaruh sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi mikroalga sebagai sistem hayati yang diintegrasikan ke dalam fasad Gedung Graha Pena Batam guna mereduksi polusi udara. Metode yang diterapkan mencakup simulasi berbasis literatur, meliputi pengukuran kebutuhan media tanam, intensitas pencahayaan, dan sistem sirkulasi udara, serta kajian visual terhadap kondisi fasad eksisting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem fasad mikroalga mampu menyerap polutan udara serta menghasilkan oksigen melalui proses fotosintesis. Integrasi mikroalga pada fasad tidak hanya berperan sebagai elemen estetis, melainkan juga sebagai solusi ekologis yang adaptif terhadap karakteristik iklim tropis Kota Batam. Dari perspektif kebijakan, implementasi sistem fasad mikroalga selaras dengan upaya pemerintah dalam mendorong pembangunan berkelanjutan dan pengurangan emisi karbon di kawasan perkotaan. Adopsi teknologi ini berpotensi menjadikan Gedung Graha Pena Batam sebagai studi kasus representatif bagi penerapan kebijakan bangunan ramah lingkungan serta pengembangan infrastruktur hijau di wilayah tropis.