Dian Rahayu Jati
Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Analisis Polutan Udara (CO, NO2, SO2, PM10, PM2,5 dan TSP) di Industri Galangan Kapal serta Pengaruhnya terhadap Lingkungan Kerja Erly Esaputri Saragih; Dian Rahayu Jati; Suci Pramadita
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 10, No 2 (2022): Juli 2022
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v10i2.56051

Abstract

Galangan kapal merupakan salah satu industri yang memenuhi reparasi bagi kapal-kapal yang melakukan bongkar muat di pelabuhan. Dampak dari aktivitas industri galangan kapal terhadap lingkungan dan kesehatan, ialah partikulat debu dan gas oksida dari proses pengelasan. Penelitian dilakukan untuk menganalisis konsentrasi polutan udara karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), dan partikel material < 10 µm (PM10), partikel material < 2,5 µm (PM2,5) dan total suspended particulate (TSP) serta pengaruhnya terhadap lingkungan kerja. Pengambilan sampel udara dilakukan pada 3 titik sampling, sedangkan pengaruh konsentrasi polutan terhadap lingkungan kerja diperoleh dari wawancara terhadap para pekerja di PT. Kapuas Cahaya Bahari (KACABA). Berdasarkan hasil yang diperoleh, diperoleh bahwa konsentrasi polutan udara di PT. Kapuas Cahaya Bahari (KACABA) masih memenuhi baku mutu udara ambien Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021. Polutan dengan konsentrasi tertinggi adalah karbon monoksida (CO) dan total suspended particulate (TSP) pada titik sampling 2 sebesar 2,66 µg/m3 dan 36,9 µg/m3. Polutan yang paling tinggi pada titik sampling 1 dan titik sampling 3 adalah Total Suspended Particulate (TSP), sebesar 50,40 µg/m3 dan 53,88 µg/m3. Konsentrasi polutan masih di bawah baku mutu sehingga tidak ada pengaruh siginifikan yang dirasakan oleh para pekerja selama bekerja.Kata kunci: galangan kapal, polutan udara, pengaruh kesehatan.
Analisis Perubahan Tutupan Lahan Di Kota Pontianak dengan Metode Penginderaan Jauh Amirul Fatahillah; Arifin Arifin; Dian Rahayu Jati
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 10, No 2 (2022): Juli 2022
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v10i2.56311

Abstract

Kota Pontianak terus mengalami peningkatan jumlah penduduk. Laju pertumbuhan penduduk di Kota Pontianak sebesar 2,4% pada periode 2009-2015, dan 1,6% pada periode 2015-2021. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dapat menyebabkan terjadinya perubahan tutupan lahan akibat permintaan untuk lahan terbangun sebagai tempat tinggal. Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung dan menganalisis perubahan tutupan lahan Kota Pontianak pada tahun 2009, 2015 dan 2021 menggunakan metode penginderaan jarak jauh dengan citra satelit resolusi menengah Landsat. Tutupan lahan pada penelitian ini terbagi menjadi 8 (delapan) kelas yaitu tubuh air, permukiman, tanah terbuka, rumput, semak belukar, hutan, sawah, dan pertanian lahan kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 8 (delapan) kelas tutupan lahan di Kota Pontianak terus mengalami perubahan. Luas lahan RTH yang terdiri dari rumput, semak belukar, hutan, sawah dan pertanian lahan kering terus mengalami penurunan, sedangkan luas lahan permukiman terus mengalami peningkatan. Meski terus menurun, lahan RTH Kota Pontianak masih menutupi sebesar 41% dari luas total wilayah kota, memenuhi luas minimal lahan RTH pada wilayah kota menurut UU No. 26 Tahun 2007, yaitu sebesar 30% minimal.
Analisis Buangan Air Limbah Peternakan Ayam di Dusun Sabang Laja Desa Merpak Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang Clara Victoria; Dian Rahayu Jati; Hendri Sutrisno
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 10, No 2 (2022): Juli 2022
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v10i2.56063

Abstract

Pembangunan usaha peternakan ayam selain memberikan dampak positif juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup bila tidak dikelola dengan baik. Masalah pencemaran yang ditimbulkan berasal dari limbah kotoran ternak, sisa pakan, dan air buangan yang berasal dari pembersihan kandang. Penelitian dilakukan untuk menganalisis kualitas buangan air limbah peternakan ayam dan kualitas air permukaan di sekitar peternakan ayam yaitu pada saluran irigasi dan parit peternakan ayam berdasarkan parameter Amonia, TSS, BOD, COD, dan pH serta untuk menganalisis dan mengevaluasi pengelolaan buangan air limbah peternakan ayam dan kesesuaiannya dengan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 31/Permentan/OT.140/2/2014. Hasil analisis buangan air limbah tanpa pengolahan diketahui bahwa parameter Amonia 5 mg/L; TSS 770 mg/L; BOD 132 mg/L; COD 100 mg/L melewati ambang batas baku mutu air limbah Golongan I berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014. Hasil analisis air permukaan diketahui bahwa parameter Amonia, TSS, COD, dan pH tertinggi berada pada titik 4 dan parameter BOD tertinggi berada pada titik 2 berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2021. Sehingga perlu memperbaiki saluran air limbah dan membuat IPAL sederhana dapat menggunakan 3 alternatif yaitu Alternatif A (filtrasi), Alternatif B (biofilter anaerob), dan Alternatif C (metode kombinasi).
Potensi Karbon Biru Pesisir Kalimantan Barat Ayunda Annisa Putri; Aji Ali Akbar; Romiyanto Romiyanto; Dian Rahayu Jati; Ochih Saziati
Buletin Oseanografi Marina Vol 12, No 3 (2023): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v12i3.52009

Abstract

Potensi karbon biru (blue carbon) di pesisir Kalimantan Barat terdapat pada ekosistem mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. Ketiga ekosistem ini tersebar di Kabupaten Sambas, Bengkayang, Mempawah, Kubu Raya, Ketapang dan Kota Singkawang. Penelitian ini bertujuan mengetahui luas dan keanekaragaman jenis ekosistem pesisir terkait dengan potensi karbon biru. Metode non-destruktif digunakan untuk mengkaji kemampuan ekosistem pesisir dalam menyerap karbon. Mangrove didominasi jenis didominasi oleh Rhizophora spp., Avicennia spp. Bruguiera spp., Sonneratia alba, Excoeacaria agallocha, dan Nypa fruticans. Padang lamun didominasi jenis Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides, sementara terumbu karang didominasi jenis Porites spp. dan Montipora spp. Estimasi serapan karbon terbesar berada di Kubu Raya sebesar 0,026 PgC (0,095 PgCO2e) dan yang terkecil berada di Kota Singkawang sebesar 0,000032 PgC (0,00012 PgCO2e). Penelitian ini mengungkap bahwa kemampuan serapan karbon berbanding lurus dengan luas ekosistem pesisir. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang memiliki kemampuan dalam menyerap karbon, daripada ekosistem lamun dan terumbu karang. Upaya antropegenik memperparah degradasi ekosistem di pesisir Kalimantan Barat. The potency of blue carbon in the West Kalimantan is found in mangroves, seagrass beds, and coral reefs ecosystem. Sambas, Bengkayang, Mempawah, Kubu Raya, Ketapang, and Singkawang regencies coastal had a big potential blue carbon. This study aims to estimate the potential of blue carbon on coastal ecosystems diversity. This research was applying a non-destructive method to quantify the carbon sequestration of the ecosystems. Rhizophora spp., Avicennia spp, dominates mangrove, in Kalimantan Barat. Bruguiera spp., Sonneratia alba, Excoeacaria agallocha, dan Nypa fruticans, for mangroves, Thalassia hemprichii and Enhalus acoroides for seagrass and Porites spp. and Montipora spp, for coral reefs.  The most extensive estimated carbon sequestration is in Kubu Raya regency with 0.026 PgC (0.095 PgCO2e), and the smallest one is in the  Singkawang regency with 0.000032 PgC/ha (0.00012 PgCO2e/ha). Based on this research, it is observed that the ability of carbon sequestration is directly influenced by the coverage area of the coastal ecosystem, especially the mangrove forest which are dynamic due to anthropogenic activities.