Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

SEDIMENTASI DI SUNGAI KAPUAS KECIL PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT Arfena Deah Lestari; Suci Pramadita; Johnny M.T. Simatupang
Prosiding Semnastek PROSIDING SEMNASTEK 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pelabuhan di Kota Pontianak yang bernama Pelabuhan Dwikora merupakan Pelabuhan Sungai yang alur pelayarannya melalui Sungai Kapuas Kecil. Alur pelayaran ini menjadi pintu masuk utama bagi pendistribusian barang dan perpindahan penumpang dari kabupaten/ kota yang ada di Kalimantan Barat maupun ke kabupaten/ kota yang ada Kalimantan Barat. Lokasi pelabuhan ini memiliki beberapa kelemahan. Lebar sungai kurang memadai dan angkutan sedimen yang terbawa oleh aliran air pada saat air laut surut sehingga ada musim – musim tertentu terjadi pendangkalan alur pelayaran di sungai tersebut. Hal ini mengakibatkan kapal tidak dapat masuk dan keluar dari pelabuhan. Kontur kedalaman sungai dipetakan dengan survei hidrografi. Kecepatan arus di ukur dengan menggunakan currentmeter. Sampel sedimen dasar diambil untuk dianalisa ukuran butir dan jenis sedimen yang mendominasi daerah penelitian. Sedangkan analisa TSS (Total Suspended Solid) juga dilakukan pada sedimen layang untuk mengetahui daerah mana pada sungai tersebut potensi sedimentasi yang besar. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa ada beberapa daerah di alur pelayaran Sungai Kapuas Kecil memiliki potensi sedimen yang besar yaitu di titik 49 (muara sungai) dimana kedalaman di titik tersebut hanya 5.1 meter. Kecepatan arus yang berkurang dengan kondisi lebar sungai yang membesar menyebabkan debit aliran air yang mendorong sedimen menjadi kecil dan sedimen akan menumpuk di lokasi tersebut. Jenis sedimen yang mendominasi daerah tersebut adalah lanau. 
PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUSLIMIN 1 KABUPATEN KUBU RAYA DAN MA’HAD LABBAIK KOTA PONTIANAK Ulli Kadaria; Suci Pramadita; Aini Sulastri
Jurnal Buletin Al-Ribaath Vol 14, No 2 (2017): Buletin Al-Ribaath
Publisher : Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (996.838 KB) | DOI: 10.29406/br.v14i2.877

Abstract

Hidayatul Muslimin 1 Kubu Raya Boarding School and Ma’had Labbaik Pontianak have a problem in term of water quality. The limited quantity as well as the uncertainty of rainwater cause Hidayatul Muslimin 1 Boarding School and Ma’had Labbaik using well to use well to meet the needs of clean water. The physical quality of well water is dark brown in color because of the peat soil around both of locations. Well water is only pumped toward the reservoir without any water treatment process, thereby potentially causing diseases such as itching as well as causing yellow color in clothing and kitchen utensils. Thus, installation of water treatment unit is needed to treat well water into the clean water which is suitable for everyday use. Treatment technology used are chlorination, aeration, and filtration using clamshell media, with a processing capacity of 1000 liters. The method used is the participatory method by involving students in socialization, operation, and maintenance of water treatment installation. The physical quality of water is clean after treatment and suitable for everyday use. Keywords: Aeration, Filtration, Chlorination, Water Treatment
POTENSI DAUR ULANG SAMPAH MELALUI IDENTIFIKASI JENIS DAN KARAKTERISTIK SAMPAH DI PANTI ASUHAN DAN PESANTREN DARUL KHAIRAT Suci Pramadita
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 9, No 2 (2021): Juli 2021
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (261.526 KB) | DOI: 10.26418/jtllb.v9i2.47598

Abstract

Pondok Pesantren Darul Khairat merupakan salah satu pesantren di Kota Pontianak. Pondok Pesantren terus mengalami peningkatan santri dan berdampak pada timbulan sampah. Sampah yang dihasilkan berasal dari berbagai kegiatan di asrama. Cara pengelolaan sampah dengan membuangnya di tempat sampah sementara tanpa dipilah berdasarkan potensi pemanfaatan sampah. Karena produksi sampah yang banyak dan beragam, dilakukan studi identifikasi komposisi dan karakteristik sampah serta volume timbulan sampah agar dapat dianalisis potensi daur ulang sampah. Penelitian ini merupakan studi observasi dan eksperimental. Metode yang digunakan berupa sistem turun lapangan dan dalam skala laboratorium. Sampel sampah dan data yang terkumpul dianalisis dengan pendekatan yang mengacu pada SNI 19-2454-2002. Dari hasil analisa, timbulan sampah adalah sebesar 149,88 kg/hari. Komposisi sampah organik sebesar 58,67%. yang didominasi oleh sampah makanan 42,04%, sampah kertas 7,33%, sampah halaman 4,88%, kayu 0,86% dan kain 3,56%. Sedangkan komposisi sampah anorganik sebesar 41,33% yang didominasi plastik sebesar 40,47%, kaca sebesar 0,04%, kaleng sebesar 0,30%, dan sampah B3 sebesar 0,52%. Dari hasil analisis, potensi daur ulang sampah kertas sebesar 40,07%, sampah plastik sebesar 14%, potensi daur ulang sebesar 100 % untuk kaca bening, kaleng, dan sampah halaman. Untuk potensi daur ulang sampah kayu sebesar 99% dan sampah makanan sebesar 89%. Pengelolaan sampah yang bisa dilakukan yaitu pemanfaatan kompos, biogas, pakan ternak, recyclable, dan RDF (Refuse Derived Fuel).
PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP KOMUNIKASI PEKERJA PABRIK PT. X, KECAMATAN MANIS MATA, KABUPATEN KETAPANG Vilda Rahmawati Yulisa Fitrianingsih Suci Pramadita
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 6, No 1 (2018): Januari 2018
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v6i1.25534

Abstract

ABSTRAKPT. X merupakan salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit yang berlokasi di Kecamatan Manis Mata, Kabupaten Ketapang. Proses produksi minyak kelapa sawit menggunakan mesin berkapasitas tinggi dan pengoperasian cukup panjang. Dimana kegiatan tersebut berpotensi menimbulkan kebisingan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja salah satunya gangguan komunikasi. Sementara itu, Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 13 tahun 2011 telah menetapkan bahwa nilai ambang batas kebisingan sebesar 85 dB. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi sumber mesin produksi yang berpotensi menghasilkan kebisingan melebihi nilai ambang batas dan mengidentifikasi pengaruh tingkat kebisingan terhadap komunikasi pekerja yang terpapar kebisingan melebihi nilai ambang batas. Berdasarkan hasil pengukuran, sumber stasiun produksi yang berpotensi menghasilkan tingkat kebisingan melebihi nilai ambang batas tertinggi tanpa dipengaruhi aktivitas stasiun produksi lainnya terjadi pada stasiun power house dengan nilai sebesar 96,2 dB dan tingkat kebisingan terendah terjadi pada stasiun loading ramp dengan nilai sebesar 66,8 dB. Sedangkan tingkat kebisingan melebihi nilai ambang batas tertinggi dengan dipengaruhi aktivitas stasiun produksi lainnya terjadi pada stasiun kernel dengan nilai sebesar 97 dB dan tingkat kebisingan terendah terdapat pada stasiun loading ramp dengan nilai sebesar 69,3 dB. Hasil statistik menggunakan SPSS versi 18.0 dengan uji regresi sederhana didapatkan dari hasil kuesioner menunjukkan bahwa pengaruh tingkat kebisingan terhadap komunikasi pekerja yang terpapar kebisingan melebihi nilai ambang batas sebesar 21% yang termasuk dalam tingkatan “rendah”. Dimana nilai tersebut menyatakan bahwa kebisingan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap komunikasi pekerja, yang dapat dilihat pada hasil tes audiometri. Berdasarkan hasil uji audiometri dari 32 responden, 59% diantaranya mengalami penurunan daya dengar dengan kategori tingkat pengaruh “gradasi berat”.Kata Kunci : Tingkat Kebisingan, Sumber Bunyi, Komunikasi Pekerja
Coco Fiber Sebagai Filter Limbah Cair Rumah Makan Cepat Saji Kiki Prio Utomo; Ochih Saziati; Suci Pramadita
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 6, No 2 (2018): Juli 2018
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v6i2.31881

Abstract

Perkembangan usaha rumah makan cepat saji di Kota Pontianak berdampak pada menurunnya kualitas perairan. Penyebabnya adalah pembuangan limbah cair ke badan air tanpa pengolahan terlebih dahulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengolah limbah cair rumah makan cepat saji menggunakan metode filtrasi berbahan dasar coco fiber. Coco fiber dikarakterisasi menggunakan metode SEM dan FTIR. Spektra FTIR coco fiber menunjukkan puncak serapan pada bilangan gelombang 3159-3576 cm-1 yang dimiliki oleh gugus fungsi –OH. Dua puncak yang juga menonjol di daerah bilangan gelombang 2800-2924 cm-1diduga adalah regang C–H alifatik dari kelompok metil dan metilen dari lignin serbuk coco fiber. Penelitian dilakukan dengan membuat purwarupa alat pengolah limbah cair berskala laboratorium dengan 2 unit filter yaitu coco fiber dan kombinasi arang aktif-pasir-coco fiber-kerikil. Pengujian dilakukan dengan metode pre-test dan post-test yaitu pengukuran parameter seperti pH, BOD dan TSS sebelum dan sesudah pengolahan untuk mengetahui efektivitas pengolahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah cair setelah melalui unit filtrasi mengalami peningkatan pH dari 6,1 menjadi 6,4 untuk sistem coco fiber dan 7,8 untuk  sistem kombinasi arang aktif-pasir-coco fiber-kerikil. Filtrasi menggunakan sistem coco fiber menghasilkan pengurangan BOD 98,58% dan TSS 83,51%. Sedangkan filtrasi menggunakan sistem kombinasi arang aktif-pasir-coco fiber-kerikil menghasilkan pengurangan BOD 78,33% dan TSS 81,19%. 
Uji Toksisitas Akut LC50 Limbah Cair Industri Karet PT. X Terhadap Daphnia Magna Dengan Metode Batch Suci Pramadita
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 10, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v10i1.51588

Abstract

Indonesia is the second largest rubber producer in the world. In rubber production, it produces wastewater that has organic content as well as several high pollutant parameters. Along with the increase in rubber production, the wastewater that will be produced also increases. Wastewater that has a high organic content when directly discharged into water bodies can have a negative impact on the environment and the ecosystem in it. To determine the potential negative impact on the environment and biota, a toxicity test can be used. Acute toxicity test is used to determine the toxicity of rubber wastewater whether it contains toxic compounds that can cause death of test animals in a certain concentration variation stated in LC50. In this study using freshwater test animals in the form of daphnia magna, daphnia magna is an organism that is sensitive to environmental changes so that it can be determined the concentration of wastewater that can cause toxic effects. The research is an experimental study on a laboratory scale. The research was conducted with a preliminary test and a basic test. LC50 analysis was assessed by the probit method. From the calculation of the probit method, the LC50 value is 67.88% and the TUA (Toxicity Unit Area) value is 1.47, which means that rubber wastewater is very toxic.
Analisis Transisi Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 Versi 2015 (Studi Kasus : PT.AZ) (Transition Analysis on Application of The Environmental Management System ISO 14001 2015 Version (Case Study : PT. AZ)) Cut Putri Maryeska; Dian Rahayu Jati; Suci Pramadita
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 8, No 1 (2020): Januari 2020
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v8i1.39119

Abstract

Every ISO standard will be evaluated every 5 years to decide whether a revision is needed in order to keep the relevance toward today’s marketplace. In 2015, ISO issued the latest international standard version of EMS ISO 14001: 2015 and officially substitute the older version which was ISO 14001:2004. ISO 14001:2015 meets the objectives by drawing together relevant external and internal issues (4.1) with the requirements of interested parties (4.2). These address the concept of preventive action and in part establishes the context for the EMS (4.3) in the organization. Ever since the 2015 version was released, the organization has 3 years to make the transition from the 2004 version to the latest version until September 2018. This research analysis was carried out using a checklist by the Global Environmental Management Initiative (GEMI) to measure the implementation of EMS ISO 14001;2015 then categorize the result to the predefined category which are initial compliance level, transition level, and advanced level. The result shows the entire level of implementation ISO 14001:2015 on  PT. AZ was categorized into an advanced level with score 169 but seen from the lowest percentage was on clause 4  Context of the Organization which was a new clause in the 2015 version. Thus, the 3 years transition period was not enough for the organization to entirely implement the standard.Keywords: Environmental Management System, ISO 14001, Transition. AbstrakSeluruh standar ISO dilakukan evaluasi dan peninjauan setiap 5 tahun untuk menjaga relevansi terhadap pasar. Sehingga pada tahun 2015 lalu, ISO mengeluarkan standar internasional SML versi baru yaitu ISO 14001:2015 dan secara resmi menggantikan standar sebelumnya yaitu ISO 14001:2004. ISO 14001:2015  lebih memerhatikan isu-isu lingkungan melalui dua klausul baru yaitu konteks organisasi dimana organisasi harus menentukan isu eksternal dan internal (4.1) serta memerhatikan kebutuhan dan harapan dari pihak berkepentingan (4.2). Hal ini merupakan tindakan preventif mencapai konteks bagi SML  (4.3) di organisasi tersebut. Sejak dikeluarkan pembaharuan pada September 2015, organisasi diberikan waktu untuk melakukan transisi dari standar lama ke standar versi selama 3 tahun yaitu hingga tahun 2018. Penelitian ini dianalisis menggunakan checklist yang dikeluarkan oleh Global Environmental Management Initiative (GEMI) untuk menilai implementasi SML ISO 14001 :2015 lalu mengkategorikan hasil penilaian pada kategori yang telah ditentukan yaitu tingkat pemenuhan awal, tingkat transisi, dan tingkat lanjut. Hasil penilaian menunjukkan bahwa secara keseluruhan penerapan ISO 14001 :2015  di PT. AZ  berada kategori tingkat lanjut dengan  skor 169  tetapi jika dilihat presentase penerapan terendah ada pada klausul 4  Konteks Organisasi yang merupakan klausul baru di versi 2015. Dengan demikian, masa transisi selama 3 tahun masih belum cukup bagi perusahaan untuk mengidentifikasi dan menerapkan seluruh persyaratan dalam klausul baru. Kata Kunci : ISO 14001, Sistem Manajemen Lingkungan, Transisi
Analisis Polutan Udara (CO, NO2, SO2, PM10, PM2,5 dan TSP) di Industri Galangan Kapal serta Pengaruhnya terhadap Lingkungan Kerja Erly Esaputri Saragih; Dian Rahayu Jati; Suci Pramadita
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 10, No 2 (2022): Juli 2022
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v10i2.56051

Abstract

Galangan kapal merupakan salah satu industri yang memenuhi reparasi bagi kapal-kapal yang melakukan bongkar muat di pelabuhan. Dampak dari aktivitas industri galangan kapal terhadap lingkungan dan kesehatan, ialah partikulat debu dan gas oksida dari proses pengelasan. Penelitian dilakukan untuk menganalisis konsentrasi polutan udara karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), dan partikel material < 10 µm (PM10), partikel material < 2,5 µm (PM2,5) dan total suspended particulate (TSP) serta pengaruhnya terhadap lingkungan kerja. Pengambilan sampel udara dilakukan pada 3 titik sampling, sedangkan pengaruh konsentrasi polutan terhadap lingkungan kerja diperoleh dari wawancara terhadap para pekerja di PT. Kapuas Cahaya Bahari (KACABA). Berdasarkan hasil yang diperoleh, diperoleh bahwa konsentrasi polutan udara di PT. Kapuas Cahaya Bahari (KACABA) masih memenuhi baku mutu udara ambien Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021. Polutan dengan konsentrasi tertinggi adalah karbon monoksida (CO) dan total suspended particulate (TSP) pada titik sampling 2 sebesar 2,66 µg/m3 dan 36,9 µg/m3. Polutan yang paling tinggi pada titik sampling 1 dan titik sampling 3 adalah Total Suspended Particulate (TSP), sebesar 50,40 µg/m3 dan 53,88 µg/m3. Konsentrasi polutan masih di bawah baku mutu sehingga tidak ada pengaruh siginifikan yang dirasakan oleh para pekerja selama bekerja.Kata kunci: galangan kapal, polutan udara, pengaruh kesehatan.
Hubungan Kondisi Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Keluarga dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kota Pontianak Fatin Mawaddah; Suci Pramadita; Agustina arundina triharja
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 10, No 2 (2022): Juli 2022
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v10i2.56379

Abstract

Kejadian DBD erat kaitannya dengan faktor sanitasi lingkungan dan perilaku atau kebiasaan keluarga yang dapat menyebabkan perkembangbiakan vektor nyamuk Aedes aegypti dan menjadi masalah penyakit yang selalu terjadi di setiap tahun termasuk di Kota Pontianak yang termasuk daerah endemis DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kondisi sanitasi lingkungan dan perilaku keluarga dengan kejadian DBD di Kota Pontianak Tahun 2020. Penelitian ini bersifat observasional dengan desain penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan case control menggunakan teknik total sampling yaitu pengambilan keseluruhan kelompok kasus yang pernah terkena DBD dan untuk pengambilan kelompok kontrol atau yang tidak pernah terkena DBD menggunakan matching dengan perbandingan 1:1 antara kelompok kasus dan kontrol. Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji statistik mendapatkan data adanya keterkaitan antara tempat penampungan air (p=0,002), sistem pembuangan sampah (p=0,029), kebiasaan menggantung pakaian (p=0,029), keberadaan jentik nyamuk (p=0,049), kebiasaan penggunaan obat/anti nyamuk (p=0,04) dan tidak ada hubungan antara pencahayaan (p=1,000) dengan kejadian demam berdarah dengue di Kota Pontianak. Dari hasil penelitian diharapkan pihak instansi kesehatan lebih mengintensifkan kegiatan  Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan pemeriksaan jentik berkala, dan masyarakat lebih memperhatikan kegiatan PSN secara mandiri dan teratur.
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Pada Industri Pembuatan Tahu Skala Kecil Agnes Cynthia Sirait; Isna Apriani; Suci Pramadita
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 11, No 1 (2023): Januari 2023
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v11i1.60598

Abstract

Pabrik Tahu Kumpai Kecil merupakan salah satu industri skala kecil di Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, yang menghasilkan air limbah tahu yang dibuang ke badan air tanpa diolah dahulu. Sampel air limbah diambil dengan cara komposit waktu. Debit air limbah diukur secara volumetrik dengan menampung air limbah pada gelas takar sehingga diperoleh debit rata-rata harian air limbah untuk perencanaan sebesar 1,8 m3/hari. Hasil uji kualitas air limbah tahu menunjukkan semua parameter tidak memenuhi baku mutu berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 5 Tahun 2014, yaitu BOD 1.190 mg/liter, COD 1.830 mg/liter, TSS 951 mg/liter, serta pH 3,71. Berdasarkan kualitas dan debit air limbah, direncanakan sistem pengolahan berupa Anaerobic Baffled Reactor (ABR) (6,1 x 0,8 x 1,5 m), Saringan Pasir Lambat (1,6 x 0,8 x 1,5 m) serta Bak Pengendap Akhir (1 x 0,5 x 1,5 m). Luas lahan untuk membangun unit IPAL sebesar 6,7 m2 serta biaya direncanakan sebesar Rp. 11.757.371,00.