p-Index From 2020 - 2025
0.882
P-Index
This Author published in this journals
All Journal ZOOTEC
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pengaruh lama ensilase terhadap kandungan bahan kering (BK), bahan organik (BO), protein kasar (PK) sorgum varietas pahat ratun ke-1 sebagai pakan ruminansia E.F.S. Balo; A.F. Pendong; R.A.V. Tuturoong; M.R. Waani; S.S. Malalantang
ZOOTEC Vol. 42 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (118.155 KB) | DOI: 10.35792/zot.42.1.2022.41090

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama ensilase yang berbeda terhadap kadar bahan kering (BK), kadar bahan organik (BO), kadar protein kasar (PK) silase sorgum varietas Pahat. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 7 ulangan.  Materi yang digunakan adalah hijauan sorgum yang dipanen pada umur 70 hari terdiri dari batang, daun, dan malai. Perlakuan pada penelitian ini adalah : (R1) lama penyimpanan 3 minggu, (R2) lama penyimpanan 5 minggu, (R3) lama penyimpanan 7 minggu. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar bahan kering, kadar bahan organik, kadar  protein kasar silase sorgum varietas Pahat. Uji beda nyata jujur (BNJ) menunjukkan bahwa lama penyimpanan 3  minggu (R1) menghasilkan  kadar  bahan  kering yang tidak berbeda dengan lama penyimpanan 5 minggu (R3) dan nyata lebih rendah dari lama penyimpanan 7 minggu. Sedangkan kadar bahan organik dan protein kasar pada lama penyimpanan 3 minggu nyata lebih rendah dari lama penyimpanan 5 minggu dan 7 minggu. Lama penyimpanan 5 minggu menghasilkan kadar bahan kering, bahan organik dan protein kasar yang nyata lebih rendah dari lama penyimpanan 7 minggu. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan lama ensilase meningkatkan kandungan bahan kering, bahan organik, dan protein kasar sorgum varietas pahat  ratun ke-1 sebagai pakan ruminansia. Kadar bahan kering, bahan organik, dan protein kasar tertinggi pada lama penyimpanan 7 minggu.Kata Kunci : sorgum, silase, lama pemeraman, bahan kering, bahan organik, protein kasar
Kecernaan bahan kering, bahan organik dan konsentrasi ammonia (NH3) in vitro dari tebon jagung dan rumput raja (Pennisetum purpupoides) A.J.Y. Pendong; Y.L.R. Tulung; M.R. Waani; A. Rumambi; C.A. Rahasia
ZOOTEC Vol. 42 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.248 KB) | DOI: 10.35792/zot.42.1.2022.41567

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecernaan bahan kering, bahan organik dan konsentrasi ammonia in vitro, dari tebon jagung, rumput raja, dan kombinasi dari kedua pakan tersebut. Metode percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dengan 3 (tiga) jenis hijauan pakan perlakuan, terdiri dari: 100% rumput tebon jagung (RA), 50% tebon jagung + 50% rumput raja (RB), dan 100% rumput raja (RC), setiap perlakuan diulang 10 kali. Variabel yang diamati, meliputi: kecernaan bahan kering (KcBK), kecernaan bahan organik (KcBO), dan konsentrasi ammonia (NH3). Hasil penelitian menunjukkan, nilai KcBK dari pakan perlakuan, yaitu secara berurutan 62,89% (RA), 59,15% (RB), dan 56,20% (RC). Nilai KcBO, yaitu secara berurutan 61,79% (RA), 57,11% (RB), dan 54,47% (RC). Uji BNT menunjukkan, nilai KcBK dan KcBO dari pakan tebon jagung RA berbeda sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi dari pada nilai KcBK dan KcBO kedua pakan percobaan lainnya RB dan RC. Selanjutnya nilai KcBK dan KcBO dari kombinasi tebon jagung dan rumput raja (RB) masih lebih tinggi (P<0,05) dari kecernaan rumput raja sendiri (RC). Hasil konsentrasi ammonia (NH3) yang diperoleh dalam penelitian ini, yaitu secara berurutan 5,73 mM (RA), 5.53 mM (RB), dan 5,10 (RC). Analisis keragaman menunjukkan ke tiga pakan perlakuan, tidak tidak memberi pengaruh nyata (P>0,05) terhadap nilai konsentrasi ammonia, yang juga berarti konsentrasi NH3 dari ketiga pakan perlakuan tersebut berbeda tidak nyata (P>0,05). Dapat disimpulkan, nilai kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik tebon jagung in vitro, ternyata lebih tinggi, baik dari rumput raja, maupun dari kombinasi tebon jagung dan rumput raja. Konsentrasi ammonia (NH3) yang dihasilkan dari ketiga pakan percobaan, sudah mampu menunjung aktivitas mikroba rumen dalam mensintesa protein mikrobial yang bermanfaat bagi ternak ruminansiaKata kunci: Kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, konsentrasi NH3, in vitro
Profil serat silase sorgum varietas pahat sebagai pakan ruminansia dengan lama penyimpanan ensilase yang berbeda A.J. Untu; M.R. Waani; Y.L.R. Tulung; R.A.V. Tuturoong
ZOOTEC Vol. 42 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (226.125 KB) | DOI: 10.35792/zot.42.1.2022.41680

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan ensilase yang berbeda terhadap kadar serat kasar, NDF, dan ADF silase sorgum varietas Pahat. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 7 ulangan.  Materi yang digunakan adalah hijauan sorgum yang dipanen pada umur 70 hari terdiri dari batang, daun, dan malai. Perlakuan pada penelitian ini adalah : (R1) lama penyimpanan 3 minggu, (R2) lama penyimpanan 5 minggu, (R3) lama penyimpanan 7 minggu. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar serat kasar, NDF dan ADF silase sorgum varietas Pahat. Hasil Uji beda nyata jujur (BNJ) menunjukkan bahwa R3 menghasilkan kadar serat kasar yang berbeda tidak nyata dengan R2, sedangkan  R3 dan R2 nyata lebih rendah dari R1. Perlakuan R3 menghasilkan kadar NDF dan ADF yang nyata lebih rendah dari R2 dan R1 sedangkan R2 nyata lebih rendah dari R1.  Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kadar serat kasar, NDF, dan ADF silase sorgum varietas Pahat semakin menurun sejalan dengan makin lamanya waktu fermentasi. Lama penyimpanan ensilase 7 mingu menghasilkan kadar serat kasar, NDF, dan ADF terendah.Kata Kunci : sorgum, silase, lama penyimpanan, NDF, ADF 
Tingkat pemenuhan kebutuhan nutrien pada sapi peranakan ongole (PO) yang dipelihara secara tradisional berbasis rumput lapang di Kecamatan Tompaso Barat Y.L.R. Tulung; M.R. Waani; D. Anggara; A.F. Pendong; N.W.H. Tuwaidan
ZOOTEC Vol. 42 No. 2 (2022)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.223 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemenuhan hijauan segar, bahan kering dan bahan organik sapi Peranakan Ongole (PO) yang dipelihara secara tradisional berbasis rumput lapang di Kecamatan Tompaso Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif komparatif dengan menggunakan 20 ekor sapi peranakan ongole (PO) berumur antara 2 – 4 tahun. Penelitian ini dilakukan 5 tempat pengambilan sampel dalam setiap areal satu lingkaran dimana ternak sapi Peranakan Ongole diikat, setiap tempat dilakukan pengambilan rumput lapang dengan ukuran satu meter bujur sangkar (m²) dengan mempertimbangkan kondisi lahan, pakan atau rumput yang dikonsumsi ternak sapi PO dan kemudahan untuk dijangkau yang menggunakan tali rafia yang membentuk lingkaran. Berdasarkan hasil penelitian rerata bobot hidup sapi PO   417,9 kg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi hijauan segar (HS) sebesar 37.3 kg ekor-1hari-1(8,92% dari berat badan), konsumsi bahan kering (BK) sebesar 9,66 kg ekor-1hari-1 (2,3% dari berat badan) dan konsumsi bahan organik (BO) sebesar 8.71 kg ekor-1hari-1. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan konsumsi hijauan segar sebesar 8,92% dan konsumsi bahan kering sebesar 2,3%  dari berat badan sapi PO yang dipelihara secara tradisional berbasis rumput lapang di Kecamatan Tompaso Barat belum memenuhi kebutuhan. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemenuhan hijauan segar, bahan kering dan bahan organik sapi Peranakan Ongole (PO) yang dipelihara secara tradisional berbasis rumput lapang di Kecamatan Tompaso Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif komparatif dengan menggunakan 20 ekor sapi peranakan ongole (PO) berumur antara 2 – 4 tahun. Penelitian ini dilakukan 5 tempat pengambilan sampel dalam setiap areal satu lingkaran dimana ternak sapi Peranakan Ongole diikat, setiap tempat dilakukan pengambilan rumput lapang dengan ukuran satu meter bujur sangkar (m²) dengan mempertimbangkan kondisi lahan, pakan atau rumput yang dikonsumsi ternak sapi PO dan kemudahan untuk dijangkau yang menggunakan tali rafia yang membentuk lingkaran. Berdasarkan hasil penelitian rerata bobot hidup sapi PO   417.9 kg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi hijauan segar (HS) sebesar 37.3 kg ekor-1hari-1(8.92% dari berat badan), konsumsi bahan kering (BK) sebesar 9.66 kg ekor-1hari-1 (2.3% dari berat badan) dan konsumsi bahan organik (BO) sebesar 8.71 kg ekor-1hari-1. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan konsumsi hijauan segar sebesar 8,92%  dan konsumsi bahan kering sebesar 2,3%  dari berat badan sapi PO yang dipelihara secara tradisional berbasis rumput lapang di Kecamatan Tompaso Barat belum memenuhi kebutuhan.   Kata kunci: sapi Peranakan Ongole, rumput lapang, konsumsi hijauan segar, bahan kering, bahan organik ABSTRACT LEVEL OF NUTRIENT NEED FULFILLMENT IN TRADITIONALLY BRAINED ONGOLE  (PO) GRASS-BASED FIELD CATTLE IN TOMPASO BARAT DISTRICT. This study aims to determine the level of fulfillment of fresh forage, dry matter, and organic matter for Ongole Crossbreeds (PO) cattle that are kept traditionally based on field grass in the West Tompaso District. The research method used is comparative descriptive using 20 Ongole Crossbreeds (PO) aged between 2-4 years. This study was conducted at 5 sampling sites in each area of ​​a circle where Ongole Peranakan cattle were tied, each place took field grass with a size of one meter square (m²) taking into account the condition of the land, feed, or grass consumed by PO cattle and the ease of harvesting. reached using raffia rope that forms a circle. Based on the results of the study, the average live weight of PO cattle was 417.9 kg. The results showed that consumption of fresh forage (HS) was 37.3 kg head-1day-1 (8.92% of body weight), consumption of dry matter (BK) was 9.66 kg fish-1day-1 (2.3% of body weight), and consumption of dry matter organic matter (BO) of 8.71 kg fish-1day-1. Based on the results of the study, it can be concluded that the consumption of fresh forage is 8.92% and the consumption of dry matter is 2.3% of the bodyweight of PO cattle which are traditionally reared based on field grass in West Tompaso District. Keywords: Ongole Crossbreed cattle, field grass, fresh forage, dry matter, organic matter    
Sifat fisik dan organoleptik nugget ayam yang menggunakan sayur brokoli (Brassica oleracea var italica) L. Kariang; S.M. Sembor; F.S. Ratulangi; M.R. Waani
ZOOTEC Vol. 43 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik dan organoleptik produk nugget ayam yang menggunakan sayur brokoli. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari daging ayam broiler, brokoli, tepung tapioka dan bahan lainnya. Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan. Untuk variabel sifat fisik terdiri dari pH, daya ikat air, susut masak dan untuk organoleptik terdiri dari warna, aroma, tekstur, dan citarasa, dianalisa di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado. Analisis data menggunakan analysis of variance (ANOVA) untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata secara statistik dan dilanjutkan dengan uji beda nyata jujur (BNJ). Hasil analisis menunjukan bahwa nugget ayam yang menggunakan sayur brokoli memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap daya ikat air dan susut masak, tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan pH. Hasil uji organoleptik memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap warna, aroma, tekstur, dan cita rasa. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan  maka disimpulkan bahwa nugget ayam yang menggunakan sayur brokoli sampai 15% menghasilkan sifat fisik dengan penerimaan organoleptik yang disukai panelis. Kata Kunci : Nugget ayam,  sayur brokoli, sifat fisik, organoleptic