Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

KONSUMSI DAN KECERNAAN JERAMI JAGUNG MANADO KUNING DAN JERAMI JAGUNG HIBRIDA JAYA 3 PADA SAPI PO Tuwaidan, Nancy W.H.; Waani, M. R.; -, Rustandi -; Malalantang, S. S.
ZOOTEC Vol 35, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (186.744 KB) | DOI: 10.35792/zot.35.2.2015.9269

Abstract

ABSTRACT INTAKE AND DIGESTIBILITY OF YELLOW MANADO AND JAYA 3 HYBRID CORN SRAWS FOR ONGOLE GRADE CATTLE. Experiment was conducted to determine the intake capacity and digestibility of Manado yellow corn straw (MYCS) and Jaya 3 hybrid corn straw (J3HCS) as single feed for Ongole grade cattle (OGC). Five female OGC were used in this experiment, applied into two periods. The animals were fed with MYCS in the first stage and J3HCS in the second stage. The measured variables were including dry matter intake (DMI), dry matter digestibility (DMD), digestibility of crude protein (DCP) and digestibility of Neutral Detergent Fiber (DNDF). The data were analyzed by T test. The results showed that treatment significantly affected (p <0.05) the DMI, DMD, DCP and DNDF. It can be concluded DMI, DMD, DCP and DNDF of MYCS were higher than those of J3HCS.   Key words: Dry matter Intake, Digestibility, Corn straw, Ongole grade cattle.  
Kecernaan bahan kering, bahan organik dan protein kasar ayam kampung yang diberi ransum menggunakan tepung daun pangi (Pangium edule reinw) melalui metode pengukusan F.R. Wolayan; F.N. Sompie; N.J. Kumajas; N.W.H. Tuwaidan
ZOOTEC Vol. 42 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.759 KB) | DOI: 10.35792/zot.42.1.2022.41607

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui  nilai kecernaan bahan  kering, bahan organik dan protein kasar yang diberi ransum mengandung tepung daun pangi (Pangium Edule reinw) yang diolah dengan metode pengukusan. Penelitian ini menggunakan 20 ekor ternak ayam kampung yang berumur 14 minggu. Ayam dibagi dalam 20 unit kandang metabolisme berukuran 35 x 25 x 40 cm dengan masing-masing dilengkapi dengan tempat pakan, tempat air minum dan tempat penampungan feses. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Pelakuan yang diberikan sebagai berikut: R0 = Ransum basal, R1 = 98% ransum basal  + 2% tepung daun pangi, R2 = Ransum basal 96% + tepung daun pangi 4%, R3 = Ransum Basal  94% + tepung daun pangi 6%. Peubah yang diamati terdiri dari kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organic dan kecernaan protein. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap nilai kecernaan bahan kering, nilai kecernaan bahan organik dan nilai kecernaan protein kasar.  Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tepung daun pangi (Pangium edule reinw)  dapat digunakan sebagai salah satu pakan alternatif dalam ransum ayam kampung  sampai 6% dilihat dari kecernaan bahan kering, bahan organik dan kecernaan protein kasar.Kata Kunci:   Ayam kampung, kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik,  kecernaan protein kasar, daun pangi
Tingkat pemenuhan kebutuhan nutrien pada sapi peranakan ongole (PO) yang dipelihara secara tradisional berbasis rumput lapang di Kecamatan Tompaso Barat Y.L.R. Tulung; M.R. Waani; D. Anggara; A.F. Pendong; N.W.H. Tuwaidan
ZOOTEC Vol. 42 No. 2 (2022)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.223 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemenuhan hijauan segar, bahan kering dan bahan organik sapi Peranakan Ongole (PO) yang dipelihara secara tradisional berbasis rumput lapang di Kecamatan Tompaso Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif komparatif dengan menggunakan 20 ekor sapi peranakan ongole (PO) berumur antara 2 – 4 tahun. Penelitian ini dilakukan 5 tempat pengambilan sampel dalam setiap areal satu lingkaran dimana ternak sapi Peranakan Ongole diikat, setiap tempat dilakukan pengambilan rumput lapang dengan ukuran satu meter bujur sangkar (m²) dengan mempertimbangkan kondisi lahan, pakan atau rumput yang dikonsumsi ternak sapi PO dan kemudahan untuk dijangkau yang menggunakan tali rafia yang membentuk lingkaran. Berdasarkan hasil penelitian rerata bobot hidup sapi PO   417,9 kg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi hijauan segar (HS) sebesar 37.3 kg ekor-1hari-1(8,92% dari berat badan), konsumsi bahan kering (BK) sebesar 9,66 kg ekor-1hari-1 (2,3% dari berat badan) dan konsumsi bahan organik (BO) sebesar 8.71 kg ekor-1hari-1. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan konsumsi hijauan segar sebesar 8,92% dan konsumsi bahan kering sebesar 2,3%  dari berat badan sapi PO yang dipelihara secara tradisional berbasis rumput lapang di Kecamatan Tompaso Barat belum memenuhi kebutuhan. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemenuhan hijauan segar, bahan kering dan bahan organik sapi Peranakan Ongole (PO) yang dipelihara secara tradisional berbasis rumput lapang di Kecamatan Tompaso Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif komparatif dengan menggunakan 20 ekor sapi peranakan ongole (PO) berumur antara 2 – 4 tahun. Penelitian ini dilakukan 5 tempat pengambilan sampel dalam setiap areal satu lingkaran dimana ternak sapi Peranakan Ongole diikat, setiap tempat dilakukan pengambilan rumput lapang dengan ukuran satu meter bujur sangkar (m²) dengan mempertimbangkan kondisi lahan, pakan atau rumput yang dikonsumsi ternak sapi PO dan kemudahan untuk dijangkau yang menggunakan tali rafia yang membentuk lingkaran. Berdasarkan hasil penelitian rerata bobot hidup sapi PO   417.9 kg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi hijauan segar (HS) sebesar 37.3 kg ekor-1hari-1(8.92% dari berat badan), konsumsi bahan kering (BK) sebesar 9.66 kg ekor-1hari-1 (2.3% dari berat badan) dan konsumsi bahan organik (BO) sebesar 8.71 kg ekor-1hari-1. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan konsumsi hijauan segar sebesar 8,92%  dan konsumsi bahan kering sebesar 2,3%  dari berat badan sapi PO yang dipelihara secara tradisional berbasis rumput lapang di Kecamatan Tompaso Barat belum memenuhi kebutuhan.   Kata kunci: sapi Peranakan Ongole, rumput lapang, konsumsi hijauan segar, bahan kering, bahan organik ABSTRACT LEVEL OF NUTRIENT NEED FULFILLMENT IN TRADITIONALLY BRAINED ONGOLE  (PO) GRASS-BASED FIELD CATTLE IN TOMPASO BARAT DISTRICT. This study aims to determine the level of fulfillment of fresh forage, dry matter, and organic matter for Ongole Crossbreeds (PO) cattle that are kept traditionally based on field grass in the West Tompaso District. The research method used is comparative descriptive using 20 Ongole Crossbreeds (PO) aged between 2-4 years. This study was conducted at 5 sampling sites in each area of ​​a circle where Ongole Peranakan cattle were tied, each place took field grass with a size of one meter square (m²) taking into account the condition of the land, feed, or grass consumed by PO cattle and the ease of harvesting. reached using raffia rope that forms a circle. Based on the results of the study, the average live weight of PO cattle was 417.9 kg. The results showed that consumption of fresh forage (HS) was 37.3 kg head-1day-1 (8.92% of body weight), consumption of dry matter (BK) was 9.66 kg fish-1day-1 (2.3% of body weight), and consumption of dry matter organic matter (BO) of 8.71 kg fish-1day-1. Based on the results of the study, it can be concluded that the consumption of fresh forage is 8.92% and the consumption of dry matter is 2.3% of the bodyweight of PO cattle which are traditionally reared based on field grass in West Tompaso District. Keywords: Ongole Crossbreed cattle, field grass, fresh forage, dry matter, organic matter    
Analisis pertumbuhan beberapa jenis sorgum hasil mutasi radiasi fase hard dough sebagai pakan ternak ruminansia Malalantang, S.S.; Telleng, M.M.; Moningkey, S.A.E.; Tuwaidan, N.H.W.; Kumajas, N.J.
ZOOTEC Vol. 44 No. 1 (2024)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

  Tanaman sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) berpotensi menjadi hijauan pakan masa depan karena tahan terhadap kekeringan, memiliki kualitas hampir setara dengan jagung, produksi dan kualitasnya relatif tinggi serta dapat diratun. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakter agronomi  beberapa varietas sorgum sebagai pakan ruminansia. Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)  dengan 4 varietas sorgum dan 5 ulangan. Varietas sorgum yang digunakan yaitu Samurai 1, Samurai 2, Pahat dan BMR Patir 37. peubah yang diamati menyangkut karakter agronomi terukur melalui tinggi tanaman, panjang batang, panjang malai, panjang daun dan lebar daun. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa varietas memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap tinggi tanaman, panjang batang, panjang malai, panjang daun dan lebar daun. Uji beda nyata jujur (BNJ) menunjukkan bahwa varietas sorgum Samurai 1 menghasilkan tinggi tanaman, panjang batang, panjang malai, panjang daun dan lebar daun yang lebih tinggi dari varietas Samurai 2, Pahat dan BMR Patir 37. Disimpulkan bahwa varietas sorgum Samurai 1 sebagai pakan ternak ruminansia lebih unggul secara karakter agronomi. Kata kunci: agronomi, karakteristik, pakan, rumnansia, sorgum.
Strategi mitigasi gas metan pada ternak ruminansia. Review Tuwaidan, N.W.H.; Sondakh, E.H.B.; Kaunang, C.L.
ZOOTEC Vol. 44 No. 1 (2024)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel review ini bertujuan mengevaluasi pilihan-pilihan yang telah terbukti memitigasi emisi enterik CH4 ternak ruminansia. Metan (CH4) merupakan gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan dan dilepaskan melalui eruktasi ke atmosfer dalam volume yang besar oleh ternak ruminansia. Enterik CH4 berkontribusi signifikan terhadap emisi GRK global yang dihasilkan dari peternakan. Emisi metan global dari fermentasi enterik pada tahun 2020 menyumbang 68,3%, dengan kontribusi peternakan sekitar 90% dari total emisi tersebut (Galati et al., 2023). Emisi enterik CH4 pada ternak ruminansia telah menarik banyak perhatian karena dampaknya terhadap GRK. Mengurangi emisi enterik CH4 dari produksi ternak ruminansia merupakan salah satu langkah yang strategis untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5°C pada tahun 2050. Karena pemanasan global merupakan kekhawatiran utama maka minat terhadap strategi mitigasi gas CH4 yang berasal dari ternak ruminansia telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Strategi mitigasi melibatkan intervensi nutrisi, konsumsi bahan kering, profil dan kualitas pakan, interaksi antara mikroba serta ekologi rumen yang mempengaruhi emisi CH4 berdampak signifikan terhadap produksi CH4. Kesimpulan: mengembangkan strategi mitigasi gas CH4 yang efisien dan efektif sekaligus meningkatkan produktivitas ternak ruminansia merupakan hal yang sangat penting untuk dicapai secara berkelanjutan. Emisi gas CH4 ternak ruminansia memiliki konsekuensi dibandingkan spesies ternak lainnya karena aktivitas fermentasi yang lebih tinggi terutama enterik CH4. Kata Kunci: Enterik metan, metabolit sekunder, pakan ternak, perubahan iklim
Program Kemitraan Masyarakat Pemanfaatan Tanaman Indigofera zollingeriana dalam Pola Agrosilvopastura Sebagai Pakan Ternak di Desa Tampusu, Kabupaten Minahasa Ratag, Semuel; Sumakud, Maria; Pangemanan, Euis; Tuwaidan, Nancy; Ngangi, Lentji
The Studies of Social Sciences Vol. 6 No. 1 (2024): The Studies of Social Sciences
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35801/tsss.v6i1.51732

Abstract

Keberhasilan pengembangan dan perbaikan sistem peternakan, baik sapi perah maupun ternak lainnya, antara lain bergantung pada jenis ternak, jenis pakan ternak, kuantitas dan kualitas pakan ternak, tanaman sumber hijauan pakan ternak, kualitas, sumberdaya manusia. Tanaman Indigofera zollingeriana adalah salah satu pakan ternak famili leguminosae yang mengandung protein yang tinggi, namun belum banyak dikenal dan dimanfaatkan oleh peternak di Provinsi Sulawesi Utara dalam sistem yang lebih efisien dan berkelanjutan, yakni sistem agroforestri, khususnya pola agrosilvopastura. Tujuan kegiatan program kemitraan masyarakat ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat melalui Kelompok Tani “Berkat”, Desa Tampusu, Kabupaten Minahasa tentang 1) pemanfaatan tanaman I. zollingeriana sebagai pakan ternak bagaimana teknologi membudidayakannya pada kondisi kering dan masam, dan 2) implementasi sistem agroforestri pola agrosilvopastura di Desa Tampusu, tidak hanya untuk konservasi tanah dan air bagi tanaman I. zollingeriana, juga untuk jenis tanaman pertanian lainnya dan peternakan.  Metode yang digunakan adalah penyuluhan bagi Kelompok Tani “Berkat” di Desa Tampusu, Kabupaten Minahasa. Hasil penyuluhan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat setelah pelaksanaan penyuluhan.
Nisbah kesetaraan lahan tumpangsari Indigofera Zollingeriana dan Brachiaria Brizantha pada jarak tanam yang berbeda Sumilat, C.E.; Anis, S.D.; Telleng, M.M.; Tuwaidan, N.W.H.
ZOOTEC Vol. 45 No. 1 (2025)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nisbah kesetaraan lahan (NKL) tumpang sari  Indigofera zollingeriana (Iz) dan Brachiaria brizantha (Bb) pada jarak tanam yang berbeda. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan . Perlakuan berupa kombinasi jarak tanam yaitu : T1 = Iz : 1,00 m x 1,00 m dan Bb : 0,5m  x 0,5m; T2 = Iz : 1,00 m x 1,00 m dan Bb : 0,5m x 0,75m; T3 = Iz : 1,00 m x 1,50 m dan Bb : 0,5m x 0,5m; T4 = Iz : 1,00 m x 1,50 m dan Bb : 0,5m x 0,75m. Peubah yang diukur yaitu: produksi bahan kering Iz dan Bb pada lahan monokultur dan tumpangsari, serta NKL. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang bebeda sangat nyata terhadap produksi total bahan kering Indigofera zollingeriana dan Brachiaria brizantha, dan NKL. Uji Beda nyata jujur (BNJ) menunjukkan bahwa pada lahan monokultur kombinasi T3 menghasilkan produksi total bahan kering Iz dan Bb yang tertinggi, sedangkan pada lahan tumpangsari kombinasi T2 menghasilkan produksi total bahan kering Iz yang tertinggi dan kombinasi T4 menghasilkan produksi total bahan kering Bb yang tertinggi, selanjutnya uji BNJ menunjukkan bahwa kombinasi T4 menghasilkan NKL tertinggi. Disimpulkan bahwa lahan tumpangsari  Indigofera zollingeriana dan Brachiaria brizantha dengan kombinasi jarak tanam Iz: 1m x 1,5m dan Bb:0,5m x 0,75m  merupakan jarak tanam optimal berdasarkan produksi bahan kering dan NKL. Kata kunci:  Brachiaria brizantha, Indigofera zollingeriana, jarak tanam, NKL  tumpangsari