Muhammad Hasmi Yanuardi
Universitas Negeri Jakarta

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Soepomo di Dunia Pers: Kiprahnya dalam Majalah Mimbar Indonesia (1947-1958) Ronitua Arif Siregar; Nur'aeni Marta; Muhammad Hasmi Yanuardi
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 1, No 4 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (934.503 KB) | DOI: 10.17977/um081v1i42021p494-505

Abstract

Soepomo is known as a national hero who has contributed a lot in the field of law in Indonesia. This study discusses the other side of Soepomo, namely his work in the world of the press. The method used in this research is the historical method which consists of heuristics, verification, interpretation, and historiography. The source materials used in this research are in the form of written magazines and books. The results show that Soepomo is one of the leading figures in the Indonesia press. He is one of the founders of the Mimbar Indonesia magazine. The positions he occupied were from the Editorial Board to the Advidory Board. Because of his work in this magazine, Soepomo was appointed as a member of Honory Council of the Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).Soepomo dikenal sebagai pahlawan nasional yang banyak berjasa dalam bidang hukum di Indonesia. Penelitian ini membahas sisi lain dari Soepomo, yaitu kiprahnya dalam dunia pers. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri atas heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Bahan sumber yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk tertulis berupa majalah dan buku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Soepomo termasuk ke dalam tokoh pers Indonesia. Ia merupakan salah satu tokoh pendiri dari majalah Mimbar Indonesia. Jabatan yang didudukinya adalah sebagai Dewan Redaksi hingga menjadi Dewan Penasihat. Karena kiprahnya dalam majalah ini, Soepomo diangkat sebagai anggota dari Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
Gaya hidup masyarakat Jakarta: Mode pakaian remaja wanita kalangan atas di Jakarta tahun 1950 - 1972 Puji Lestari; Corry Iriani Rochalina; Muhammad Hasmi Yanuardi
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 2, No 3 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (624.834 KB) | DOI: 10.17977/um081v2i32022p299-309

Abstract

This article aims the lifestyle community of Jakarta in terms of clothing fashion young women elite in Jakarta in 1950 – 1972. The research method used in this study is a historical research method, the steps consist of heuristics (source collection), source criticism (verification), interpretation, and writing (historiography). Changes that occurred in the lifestyle of the youth in Jakarta from 1950 to 1972 had quite a drastic in changing women's clothing switched to mini fashion. The development of clothing is more directed to a modern lifestyle that is undergoing changes or commonly known as clothing fashion. Fashion clothing is included in the form of a person's lifestyle which in this period there is a shift in lifestyle in urban society in Jakarta. The urbanization who settled in Jakarta changed themselves to suit their environment. Usually they adjust in terms of lifestyle namely in fashion.  Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengkaji gaya hidup masyarakat Jakarta dalam hal mode pakaian remaja wanita kalangan atas di Jakarta pada tahun 1950 - 1972. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian sejarah, yang terdiri dari heuristik (pengumpulan sumber), krtitik sumber (verifikasi), interpretasi, dan penulisan (historiografi). Perubahan yang terjadi pada gaya hidup masyarakat remaja di Jakarta sejak tahun 1950 hingga 1972 memiliki perbedaan yang cukup drastis pakaian wanita yang beralih kepada mode mini. Perkembangan pakaian lebih mengarah kepada gaya hidup modern yang mengalami perubahan atau biasa dikenal dengan mode pakaian. Mode pakaian termasuk kedalam bentuk gaya hidup seseorang yang mana pada periode ini terjadinya pergeseran gaya hidup dalam masyarakat urban di Jakarta. Para pendatang yang menetap di Jakarta mengubah diri mereka untuk menyesuaikan lingkungannya. Biasanya mereka menyesuaikan diri dalam hal gaya hidup yakni dalam mode berpakaian.
Tragedi 13 Mei 1969 dalam Berbagai Perspektif Muhammad Hasmi Yanuardi; Ahmad Musyalen Firdaus
Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 12 No 1 (2023): JPS - Jurnal Pendidikan Sejarah, Volume 12 Nomor 1 Tahun 2023
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Pascasarjana UNJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21009/JPS.121.04

Abstract

The purpose of this study is to describe the May 13, 1969 Tragedy according to various existing perspectives. The method used in writing this article uses stages that are usually standard in historical research, such as starting from selecting topics, gathering sources, verifying which contains historical criticism and the validity of sources, then proceeding to the interpretation stage and ending with writing. The results of this study are that the May 13, 1969 Tragedy was an event of racial riots between ethnic Malays and ethnic Chinese in Malaysia, especially in Kuala Lumpur, Selangor. The incident which was the result of the Opposition Party's victory march consisting of the Malaysian People's Movement Party (Parti Gerakan) and the Democratic Action Party (DAP) resulted in riots that paralyzed the country. In understanding this event, there are several perspectives such as originating from the Official Sources of the Malaysian Government, the existence of provocation by the Communist group, the Government's failure to prosper the Malay ethnicity and the dynamics of Sino-Malay social and economic interaction. From several existing perspectives, it cannot be decided that the cause of the May 13, 1969 Tragedy was only due to a single cause but could also be caused by various triggering factors. These factors can be in the form of socio-economic inequality, political rivalry and security threats from communist groups. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Tragedi 13 Mei 1969 menurut berbagai perspektif yang ada. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini menggunakan tahapan-tahapan yang lazimnya menjadi standard dalam penelitian sejarah seperti diawali dari pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi yang di dalamnya memuat atas kritik sejarah dan keabsahan sumber, kemudian dilanjutkan pada tahap interpretasi dan diakhiri dengan penulisan. Hasil penelitian ini adalah Tragedi 13 Mei 1969 merupakan peristiwa kerusuhan rasial antara etnis Melayu dengan etnis Tionghoa di Malaysia, khususnya di Kuala Lumpur, Selangor. Peristiwa yang merupakan dampak pawai kemenangan Partai Oposisi yang terdiri dari Parti Gerakan Rakyat Malaysia (Parti Gerakan) dan Democratic Action Party (DAP) mengakibatkan kerusuhan hingga melumpuhkan negara. Di dalam memahami peristiwa ini, terdapat beberapa perspektif seperti berasal dari Sumber Resmi Pemerintah Malaysia, adanya provokasi kelompok Komunis, Kegagalan Pemerintah dalam mensejahterakan etnis Melayu dan dinamika interaksi sosial dan ekonomi Sino-Melayu. Dari beberapa perspektif yang ada, tidak dapat diputuskan bahwa penyebab Tragedi 13 Mei 1969 hanya karena sebab tunggal tetapi dapat disebabkan juga dari berbagai faktor yang memicu. Faktor tersebut dapat berupa ketimpangan sosial-ekonomi, rivalitas politik dan ancaman keamanan dari kelompok komunis.
SINEMATOGRAFI INDONESIA: UNSUR-UNSUR PORNOGRAFI PADA SINEMA INDONESIA MASA ORDE BARU TAHUN 1980-1998 Nur Alifa Tarunasari; Humaidi; Muhammad Hasmi Yanuardi
PERIODE: Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah Vol. 3 No. 2 (2021): PERIODE: Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21009/periode.032.4

Abstract

This study examines the existence of pornographic elements in Indonesian films during the New Order era in 1980-1998, what kinds of things made pornographic elements widespread in society. The rise of pornographic elements in Indonesian films raises many questions regarding Indonesian film regulations and the state of New Order cinema. The results of this thesis show that the rise of pornographic elements is not merely the government's desire to present the film to the public. Various factors and conditions of ups and downs in Indonesian cinema make pornography elements into commercial films that are made to make a profit. Penelitian ini mengkaji eksistensi unsur pornografi pada perfilman Indonesia masa Orde Baru pada tahun 1980-1998 hal seperti apa yang membuat unsur pornografi tersebut tersebar luas di masyarakat. Maraknya unsur pornografi pada perfilman Indonesia menimbulkan banyak pertanyaan mengenai peraturan pefilman Indonesia dan kondisi perfilman Orde Baru . Hasil skripsi ini menunjukkan bahwa maraknya unsur pornografi bukan semata-mata keinginan pemerintah untuk menghadirkan film tersebut kepada masyarakat. Berbagai faktor dan kondisi naik turun perfilman Indonesia membuat unsur pornografi menjadi film komersil yang dibuat untuk meraup untung.
Representasi Budaya Tionghoa dalam Kedai Kopi Es Tak Kie (1927-1998) Khoirunnisa Nur Hidayah; Djunaidi; Muhammad Hasmi Yanuardi
PERIODE: Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah Vol. 5 No. 2 (2023): PERIODE: Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21009/periode.052.5

Abstract

This research describes the ethnic Chinese culture displayed in a legendary coffee shop that has been established since 1927, namely Kopi Es Tak Kie. The purpose of this study was to examine the history of the development of Kopi Es Tak Kie business in the Glodok area, and the cultural identity displayed in the coffee shop from 1927-1998. This article was written using historical research methods with the results of research showing how Kopi Es Tak Kie as a legendary coffee shop still preserves Chinese cultural identity. This cultural identity can be seen through the naming of the stalls, and typical Chinese food. Meanwhile, in maintaining its business, it applies business ethics according to Confucianism, and the practice of traditional Chinese values, namely hopeng, hongshui, and hokki. Penelitian ini menggambarkan budaya etnis Tionghoa yang ditampilkan dalam sebuah kedai kopi legendaris yang sudah berdiri sejak tahun 1927 yakni kedai Kopi Es Tak Kie. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji tentang sejarah perkembangan usaha kedai Kopi Es Tak Kie yang ada di wilayah Glodok, dan identitas budaya yang ditampilkan dalam kedai dengan rentang waktu 1927-1998. Artikel ini ditulis menggunakan metode penelitian sejarah dengan hasil penelitian yang memperlihatkan bagaimana kedai Kopi Es Tak Kie sebagai kedai kopi legendaris tetap melestraikan identitas budaya Tionghoa. Identitas budaya tersebut dapat dilihat melalui penamaan kedai, dan makanan khas Tionghoa. Sementara dalam mempertahankan usahanya diterapkan etika bisnis menurut Konfusianisme, dan pengamalan nilai-nilai tradisional Tionghoa yakni hopeng, hongshui, dan hokki.