Asparagus merupakan tanaman dari golongan hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi pada kancah global maupun nasional. Tanaman asparagus di Indonesia merupakan jenis varietas dari hasil introduksi negara yang berada di kawasan subtropis, hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman asparagus tidak dapat optimal di Indonesia. Selain itu, kondisi suhu dan kelembaban yang tinggi di Indonesia menyebabkan tanaman asparagus rentan terserang oleh penyakit dan hama. Desa Cigunungsari belum lama melakukan budidaya tanaman asparagus sehingga banyak masalah yang terjadi. Ulat grayak (Spodoptera litura) adalah hama utama yang menyerang asparagus di Desa Cigunungsari sehingga mengakibatkan adanya penurunan pada jumlah panen serta kualitas asparagus, sehingga diperlukan upaya untuk dapat mengatasi masalah tersebut. Upaya yang dilakukan yaitu melakukan sosialisasi pestisida nabati dari limbah kulit bawang merah kepada masyarakat Desa Cigunungsari. Ulat grayak memiliki sifat yang polifag sehingga memungkinkan untuk menyerang tanaman lain. Pembuatan pestisida nabati cukup mudah dilakukan, yakni merendam kulit bawang dengan toples berisi air. Rendaman tersebut kemudian ditutup rapat dan difermentasi selama 48 jam sebelum diaplikasikan. Pestisida nabati ini masih belum dapat dinyatakan efektif untuk mengendalikan hama ulat grayak. Stadia telur merupakan stadia yang dilaporkan petani berhasil dikendalikan serta pestisida ini bersifat repelen bagi semut.