Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Penyebab Perempuan Minangkabau Merantau dan Pengaruh Relasi Sosial Keluarga Inti dalam Sistem Kekerabatan Matrilinieal Ahsani Nadia; Randa Putra Chaniago; Tasha Dwilamisa Putri; Rizka Yani; M. Hibatul Wafi
Psyche 165 Journal Vol. 15 (2022) No. 4
Publisher : Fakultas Psikologi, Universitas Putra Indonesia YPTK Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (269.378 KB) | DOI: 10.35134/jpsy165.v15i4.204

Abstract

Merantau adalah hal yang banyak terjadi pada orang Minang. Istilah merantau dikenal juga dengan migrasi. Fenomena merantau sudah menjadi tradisi turun temurun bagi orang Minangkabau. Merantau telah mengalami perubahan yang sebelumnya hanya dilakukan oleh laki-laki dan perempuan tinggal di kampung halamannya, namun kini laki-laki dan perempuan meninggalkan kampung halaman. Konsep merantau dari sosial ekonomi harapannya dapat menjanjikan masa depan menjadi kehidupan yang lebih baik, dikarenakan kehidupan di kampung kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhannya dan keluarganya, sehingga laki-laki dan perempuan meranatau. Kemana pun mereka merantau, mereka selalu menjadi urang awak dan dapat menunjukkan budaya dari mana mereka berasal, yaitu Minangkabau. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi penyebab perempuan Minangkabau merantau, melihat ada tidaknya pengaruh keluarga yang menyebabkan perempuan Mingkabau merantau dan mendeskripsikan relasi sosial dan komunikasi yang digunakan tehadap internalisasi nilai-nilai budaya di tanah rantau. Partisipan yang dilibatkan adalah perempuan Minangkabau yang tumbuh di wilayah Minangkabau serta saat ini berdomisili di luar provinsi Sumatera Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara berupa open-ended-questionnaire disusun dalam panduan semi-terstruktur. Teknik analisis data yang digunakan yaitu mengumpulkan dan mengkategori kata kunci tanggapan partisipan ke dalam kelompok. Hasil temuan menunjukkan; pertama, alasan utama yang perempuan merantau yakni pekerjaan, pendidikan dan pernikahan. Temuan kedua yaitu sedikitnya pengaruh keluarga yang menyertai perempuan Minangkabau merantau. Terakhir, sebagian besar partisipan masih memegang dan menerapkan kebudayaan di rantau dan menjalankan hubungan baik dengan keluarga dan sanak-saudara di kampung halamannya.
Perbedaan Flourishing Pada Wanita Dewasa Awal Ditinjau Dari Status Pernikahan Di Sumatera Barat Randa Putra Chaniago; Nurmina Nurmina
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 3 No. 4 (2023): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v3i4.3954

Abstract

Hasil pengukuran indeks kebahagiaan penduduk Indonesia menempatkan Sumatera Barat sebagai salah satu provinsi yang tidak bahagia saat ini. Secara nasional, wanita lebih tidak bahagia dibandingkan pria. Salah satu karakteristik yang memengaruhinya adalah status pernikahan. Dalam psikologi, kebahagiaan mengacu pada istilah well-being, dan tingkat tertinggi dari well-being di kenal dengan flourishing. Flourishing merupakan representasi dari kehidupan yang seimbang, di mana individu merasa puas dengan kehidupannya karena mereka dapat berfungsi dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perbedaan elemen flourishing pada populasi subjek. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yang melibatkan 150 responden wanita dewasa awal di Sumatera Barat, yang terdiri kelompok wanita belum menikah, wanita menikah dan wanita cerai hidup, yang masing-masing diwakili oleh 50 responden. Pengukuran flourishing menggunakan The PERMA-profiler yang sudah diadaptasi kepada orang-orang Indonesia dengan rentang nilai item 0,424 - 0,808 (corrected item-total correlation) dan reliabilitas 0,907 (α cronbach). Analisis data menggunakan uji kruskall-wallis yang menunjukkan nilai signifikansi dari elemen flourishing lebih dari 0,05. Hal ini menandakan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan dari elemen-elemen flourishing pada ketiga kelompok subjek. Lebih lanjut, elemen positive emotion, relationship dan meaning tertinggi berada pada kelompok wanita yang cerai hidup. Sedangkan elemen engagement dan accomplishment tertinggi berada pada kelompok yang wanita yang belum menikah.