Rudiansyah Rudiansyah
Universitas Sebelas Maret

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Budaya Konsumtif Masyarakat Terhadap Minuman Xing Fu Tang di Kota Medan Syahpitri Surbakti; Rudiansyah Rudiansyah
Wen Chuang:Journal of Foreign Language Studies, Linguistics, Education, Literatures, Cultures, and Sinology Vol 2, No 2 (2022): Vol 2, No 2 (August 2022) WENCHUANG
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/wenchuang.v2i2.38890

Abstract

The culture of consuming boba drinks has become a trend and lifestyle of the people, especially in Medan city. The emergence of drinks that are considered interesting to taste and the high consumptive spirit of the community are the reasons. Xing Fu Tang is a type of boba drink originating from Taiwan. The purpose of this study is to find out the reason why Xing Fu Tang is one of the trend drinks for the people of Medan. The object of research is the people who live in Medan city. This study utilizes the theory of Johann Heinrichk Lambert related to phenomenology, in order to find out the deepest nature of the phenomena that occur in everyday life. Using qualitative methods, by utilizing library resources, as well as surveys of 30 people who became the object of study. The findings of this study are that the Xing Fu Tang boba drink has become a trending drink of choice for the community, because of its attractive packaging and well-known brand. The boba texture, distinctive taste and aroma are also the reasons why it is easy to accept and demand. So it was found that the Taiwanese drink culture was able to be accepted by the Indonesian people, especially in Medan city, and even became one of the current trend drink choices.Keyword: xing fu tang; consumer culture; drink; boba; taiwan-indonesia.  ABSTRAKBudaya konsumsi minuman boba telah menjadi tren dan gaya hidup masyarakat, khususnya kota Medan. Munculnya minuman yang dianggap menarik untuk dicicipi dan tingginya jiwa konsumtif masyarakat menjadi alasannya. Xing Fu Tang merupakan salah satu jenis minuman boba yang berasal dari Taiwan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui alasan minuman Xing Fu Tang menjadi salah satu minuman tren masyarakat kota Medan. Objek penelitian adalah kalangan masyarakat yang berdomisili di kota Medan. Penelitian ini memanfaatkan teori dari Johann Heinrichk Lambert terkait fenomenologi, demi mengetahui hakikat terdalam dari fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Menggunakan metode kualitatif, dengan memanfaatkan sumber pustaka, serta survey terhadap 30 masyarakat yang menjadi objek kajian. Temuan dari penelitian ini yaitu, bahwa minuman boba Xing Fu Tang menjadi pilihan minuman tren masyarakat, sebab kemasannya yang menarik, brend yang telah terkenal. Tekstur boba, rasa dan aroma yang khas juga menjadi alasan mudah diterima dan diminati. Sehingga didapati bahwa budaya minuman Taiwan ini mampu diterima oleh masyarakat Indonesai, khususnya kota Medan, bahkan menjadi salah satu pilihan minuman tren masa kini.Kata Kunci: xing fu tang; budaya konsumtif; minuman; boba; taiwan-indonesia.
Analisis Komperatif Pelaksanaan Cheng Beng di Medan, Sumatera Utara dan Bengkalis, Riau Tiara Veronica; Rudiansyah Rudiansyah; Julina Julina
Wen Chuang:Journal of Foreign Language Studies, Linguistics, Education, Literatures, Cultures, and Sinology Vol 2, No 2 (2022): Vol 2, No 2 (August 2022) WENCHUANG
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/wenchuang.v2i2.38888

Abstract

Penelitian dengan judul Analisis Komperatif Pelaksanaan Cheng Beng di Medan, Sumatera Utara dan Bengkalis, Riau ditulis guna menjelaskan perbedaan tradisi masyarakat Tionghoa yang sama dari kota yang berbeda. Penelitian ini menggunakan metedologi penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan  melakukan observasi dan wawancara. Dari data yang terkumpul, penulis mendapatkan data mengenai tradisi Cheng Beng.  Cheng Beng adalah tradisi upacara yang dilaksanakan dalam rangka menghormati leluhur yang telah meninggal dunia dengan mengunjungi makam leluhur. Upacara ini dilakukan untuk mengenang leluhur dan sebagai simbol penghormatan yang dilaksanakan dengan cara membersihkan makam, mendoakan leluhur dan memberikan persembahan berupa makanan, buah-buahan, kertas emas dan kertas perak yang dipercaya melambangkan uang akhirat, pakaian dan sepatu dalam bentuk kertas, hingga rumah dari kertas yang akan dibakar di tempat pembakaran. Namun, karena menyebarnya virus Covid-19 maka pelaksanaan tradisi ini sangat dibatasi dan membuat perbedaan dengan pelaksanaan di tahun-tahun yang lalu.Kata Kunci: Cheng Beng; Tradisi; Masyarakat Tionghoa; Medan-Riau.
Analisis Motivasi dan Kesulitan Belajar Bahasa Mandarin Mahasiswa Indonesia non-Keturunan Tionghoa di Universitas Sebelas Maret Indonesia Ulfah Yanuar Lianisyah; Tati Sugiarti; Rudiansyah Rudiansyah
Jurnal Asosiasi Program Studi Mandarin Indonesia (Jurnal APSMI) Vol 6, No 2 (2022): Jurnal Cakrawala Mandarin
Publisher : Asosiasi Program Studi Mandarin Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36279/apsmi.v6i2.189

Abstract

Non-Chinese ancestry students studying Mandarin at Sebelas Maret University, Indonesia have increased every year. This paper discusses three aspects, learning motivation, learning attitude, and learning difficulties of non-Chinese ancestry students in the Mandarin Language Department at Universitas Sebelas Maret. Non-Chinese ancestry students have several characteristics in learning, have learning goals, and have a positive learning attitude. In general, the difficulties faced by non-Chinese ancestry students in learning Chinese are because they rarely communicate in Chinese, which caused mistakes in listening and pronunciation, even though there is a lot of pressure in learning, they still maintain a strong motivation to learn Chinese.
Dynamics and Existence of Angkong in East Sumatra Rudiansyah Rudiansyah
Jurnal Asosiasi Program Studi Mandarin Indonesia (Jurnal APSMI) Vol 6, No 2 (2022): Jurnal Cakrawala Mandarin
Publisher : Asosiasi Program Studi Mandarin Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36279/apsmi.v6i2.214

Abstract

This paper reviewed the 'Dynamics and Existence of Angkong in East Sumatra'. Angkong is one of the public transportation used during the Dutch East Indies period in East Sumatra. This transportation is also known as the Hong Kong rickshaw. Humans formerly pulled it by running. These human-drawn angkong were generally brought indirectly by the Chinese who worked on the plantations. As Viktor Purcell wrote, most Chinese worked in the logging industry and as angkong porters. Before this, other forms of transportation were used, such as horse-drawn carriages, ox-carts, or buffalo carts. These kinds of transportation were used for special needs, such as in forest areas, and as a means to enter plantation areas that gardeners used at that time. This research intended to explain the dynamics and existence of rickshaw transportation in East Sumatra using the desk research method on research reports, various sources of books, journals, and related articles. This research also utilized the historical explanation theory from Kuntowijoyo. The distribution of angkong in East Sumatra did not immediately become public transportation but started from private ownership. It started with the gardeners seeing and supervising the plantations they manage.
Analisis Fonologis Konsonan Bahasa Mandarin z,c,zh,ch Mahasiswa Semester 2 Program Studi D-3 Bahasa Mandarin Sekolah Vokasi Universitas Sebelas Maret Tati Sugiarti; Dani Putri Septi Kusumaningtyas; Stephanie Phanata; Rudiansyah Rudiansyah; Ulfah Yanuar Lianisyah
Jurnal Asosiasi Program Studi Mandarin Indonesia (Jurnal APSMI) Vol 6, No 2 (2022): Jurnal Cakrawala Mandarin
Publisher : Asosiasi Program Studi Mandarin Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36279/apsmi.v6i2.193

Abstract

Abstrak  Dalam pembelajaran Bahasa Mandarin pelafalan sangat penting untuk dipelajari karena jika salah melafalkannya akan berperangruh pada arti dan makna kata yang terucap. Prodi D-3 Bahasa Mandarin Sekolah Vokasi Universitas Sebelas Maret melihat sangat pentingnya pelafalan Bahasa Mandarin, maka pada awal semester 1 dimasukan mata kuliah pelafalan Bahasa Mandarin dalam kurikulum prodi. Namun mahasiswa setelah mengikuti mata kuliah pelafalan selama 1 semester, di semester 2 pada mata kuliah bahasa Mandarin menyimak dan berbicara masih ditemukan kesalahan pelafalan konsonan khususnya konsonan z,c,zh,ch dan kesalahan dalam mengindentifikasi bunyi konsonan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang akan mendeskripsikan penyebab kesalahan dalam melafalkan dan dalam pengidentifikasian bunyi konsonan bahasa Mandarin z,c,zh dan ch. Kuesioner soal dibagikan pada 18 mahasiswa semester 2 angkatan 2021 Prodi D-3 Bahasa Mandarin Sekolah Vokasi UNS. Dalam hasil penelitian ditemukan pengaruh utama kesalahan mahasiswa dalam melafalkan dan mengidentifikasi bunyi konsonan /z/, /c/, /zh/, /ch/ adalah faktor bahasa ibu dimana ada perbedaan melafalkan konsonan yang sama, begitu juga pada pengidentifikasian bunyi.  Kata Kunci : Fonologis;Konsonan;Bahasa Mandarin  Abstract In learning Mandarin, pronunciation is very important to learn because if you pronounce it wrong, it will affect the meaning and meaning of the spoken word. The D3 Mandarin Language Vocational School Study Program UNS sees the importance of pronouncing Mandarin, so at the beginning of semester 1, Chinese pronunciation courses are included in the study program curriculum. However, students after taking pronunciation courses for 1 semester, in semester 2, they still found consonant pronunciation errors, especially consonants z, c, zh, ch and errors in identifying the consonant sound. This study uses a qualitative descriptive method that will describe the causes of errors in pronouncing consonants and identifying consonant sounds z, c, zh and ch. The results of the study found 20 students who were still wrong in pronouncing and identifying the consonant sounds z, c, zh, ch, the main influence was the mother tongue factor where there were differences in pronouncing the same consonant, as well as in identifying sounds). Keywords: Phonology;Consonants;Chinese  
Analisis Komperatif Pelaksanaan Cheng Beng di Medan, Sumatera Utara dan Bengkalis, Riau Tiara Veronica; Rudiansyah Rudiansyah; Julina Julina
Wen Chuang:Journal of Foreign Language Studies, Linguistics, Education, Literatures, Cultures, and Sinology Vol 3, No 1 (2023): Vol , No 1 (February 2023), WENCHUANG
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/wenchuang.v3i1.45395

Abstract

ABSTRAK Penelitian dengan judul Analisis Komperatif Pelaksanaan Cheng Beng di Medan, Sumatera Utara dan Bengkalis, Riau ditulis guna menjelaskan perbedaan tradisi masyarakat Tionghoa yang sama dari kota yang berbeda. Cheng Beng adalah tradisi upacara yang dilaksanakan dalam rangka menghormati leluhur yang telah meninggal dunia dengan mengunjungi makam leluhur. Upacara ini dilakukan untuk mengenang leluhur dan sebagai simbol penghormatan yang dilaksanakan dengan cara membersihkan makam, mendoakan leluhur dan memberikan persembahan berupa makanan, buah-buahan, kertas emas dan kertas perak yang dipercaya melambangkan uang akhirat, pakaian dan sepatu dalam bentuk kertas, hingga rumah dari kertas yang akan dibakar di tempat pembakaran. Namun, karena menyebarnya virus Covid- 19 maka pelaksanaan tradisi ini sangat dibatasi dan membuat perbedaan dengan pelaksanaan di tahun-tahun yang lalu. Kata Kunci: Cheng Beng; Tradisi; Masyarakat Tionghoa; Medan-Riau.