Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Journal of Public Health Innovation (JPHI)

POTRET SPASIAL KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR PADA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN BANDUNG Fuad Hilmi Sudasman; Lailatul Qomariyah; Anom Dwi Prakoso
Jurnal Inovasi Kesehatan Masyarakat Vol 1 No 1 (2020): Journal of Public Health Innovation (JPHI)
Publisher : Lembaga Penelitian Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan Garawangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34305/jphi.v1i1.182

Abstract

Permasalahan sanitasi layak ini masih menjadi fokus di Indonesia begitupun di Kabupaten Bandung. Tingkat risiko fasilitas sanitasi dapat dilihat dengan menggunakan analisis spasial pada aplikasi GIS yang digunakan untuk mengetahui karakteristik fasilitas sanitasi dan geoprocessingnya. Proses analisis sistem informasi geografis yang digunakan adalah heatmap analysis atau titik kepadatan suatu variabel yang memperlihatkan titik hot spot pada fasilitas sanitasi yang berisiko melalui algoritma spasial. Pengambilan data spasial diambil secara agregat dari 31 kecamatan di Kabupaten Bandung. Secara geografis dapat dilihat peta persebaran sarana air minum yang berisiko relatif menyebar tidak terkonsentrasi di satu wilayah tertentu. Satu kecamatan dengan kecamatan lainnya yang memiliki risiko cukup tinggi yaitu Kecamatan Arjasari (titik oranye) dengan Kecamatan Nagreg (titik hijau) memiliki jarak yang relatif jauh. Begitupun Kecamatan Arjasari (titik oranye) dengan Kecamatan Cimaung (titik biru muda) terhalang oleh satu kecamatan. Sedangkan untuk jamban secara geografis dua kecamatan yang memiliki sarana yang berisiko terdapat pada wilayah yang saling berdekatan. Jika dibandingkan dengan sekelilingnya yang sudah memiliki cakupan 70%-85%. Kecamatan Solokanjeruk pun nampak secara geografis memiliki letak yang cukup jauh dengan kecamatan yang memiliki cakupan sarana jamban yang memenuhi syarat kurang baik (Kecamatan Soreang dan Kecamatan Katapang).
HUBUNGAN ANTARA USIA, JENIS KELAMIN, DAN TINGKAT PENDIDIKAN PEKERJA BUKAN PENERIMA UPAH (PBPU) DENGAN KESEDIAAN MEMBAYAR IURAN BPJS KESEHATAN DI KABUPATEN KUDUS Anom Dwi Prakoso; Fuad Hilmi Sudasman
Jurnal Inovasi Kesehatan Masyarakat Vol 1 No 1 (2020): Journal of Public Health Innovation (JPHI)
Publisher : Lembaga Penelitian Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan Garawangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34305/jphi.v1i1.203

Abstract

Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) menjadi sektor angkatan kerja yang paling dominan belum terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan. Hal ini mengakibatkan susah tercapainya Cakupan Semesta yang ditargetkan oleh Pemerintah. Diresmikannya kenaikan tarif iuran BPJS Kesehatan sebesar dua kali lipat dapat menambah keengganan PBPU untuk membayar iuran BPJS Kesehatan. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis hubungan usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan terhadap kesediaan membayar iuran BPJS kesehatan. Penelitian case control dilakukan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah pada bulan Januari-Februari 2020. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah 100 PBPU bukan peserta BPJS Kesehatan sebagai kelompok kasus dan 100 PBPU peserta BPJS Kesehatan sebagai kelompok kontrol. Variabel independen yaitu usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Variabel dependen adalah kesediaan membayar. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisis data dengan regresi logistik. Kesediaan membayar iuran BPJS Kesehatan pada PBPU meningkat pada usia ≥43 tahun (b=5.03; CI 95%= 2.90-6.61; <0.001), jenis kelamin laki-laki (b=6.18; CI 95%= 3.12-7.19; p<0.001), tingkat pendidikan ≥SMA (b=3.10; CI 95%= 0.96-4.31; p=0.002). Usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan memiliki hubungan signifikan terhadap kesediaan membayar iuran BPJS Kesehatan pada PBPU.
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER KESEHATAN TUBERKULOSIS DI KABUPATEN KUNINGAN PADA SAAT PANDEMI COVID-19 TAHUN 2020 Sultonnur Rosid; Fitri` Kurnia Rahim; Fuad Hilmi Sudasman
Jurnal Inovasi Kesehatan Masyarakat Vol 2 No 1 (2021): Journal of Public Health Innovation (JPHI)
Publisher : Lembaga Penelitian Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan Garawangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34305/jphi.v2i1.345

Abstract

Tuberkulosis menjadi penyakit no.2 mematikan di dunia, maka perlu upaya strategi penyelesaian penyakit tersebut. Salah satunya program kemenkes RI yaitu Eliminasi TB 2030 yang meliputi penemuan aktif, kemitraan dan mobilisasi sosial (kegiatan investigasi kontak serta Penyuluhan TB) yang dilakukan oleh kader. Pada tahun 2020 di Kuningan ada 1.009 IK, menurun dibanding tahun 2019 ada 1.720 IK yang di laporkan. Kinerja kader mengalami penurunan karena dilihat dari jumlah kasus TB di Kabupaten Kuningan masih sebanyak 2.504 kasus yang diperkirakan hanya ditemukan sekitar 65.63% terduga kasus. Maka daripada itu perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan Kinerja Kader Kesehatan Tuberkulosis di Kabupaten Kuningan pada pada saat pandemi COVID-19 tahun 2020. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Desain yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah kader kesehatan TB Kabupaten Kuningan sebanyak 65 orang kader (total sampling). Pengumpulan data dilakukan dengan mengisi kuesioner dan lembar kinerja melalui wawancara. Analisis data menggunakan uji chi-square dan rank spearman. Sebanyak 64.6% kader memiliki kinerja yang kurang baik. Hasil uji hipotesis menunjukkan terdapat hubungan antara kinerja denan umur (P=0.003), masa kerja (P=0.001), motivasi (P=0.010) dan sikap (P=0.001). Kemudian tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kinerja dengan status pekerjaan (P=0.375) dan pendidikan (P=0.098). Tidak ada hubungan antara umur, pendidikan dan status pekerjaan dengan Kinerja kader. Adanya hubungan antara masa kerja, motivasi dan sikap dengan kinerja kader kesehatan. Perlu dilakukan pemeliharaan dan memotivasi kader kesehatan agar dapat meningkatkan kinerjanya, seperti penyegaran pengetahuan kader.