Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat

MEWUJUDKAN KELUARGA HARMONIS MELALUI PENGELOLAAN KONFLIK MERTUA DAN MENANTU   Suciati Suciati; Nur Sofyan
Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat 2020: 7. Edukasi Penyelesaian Pertikaian di Masyarakat (Litigasi)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (912.613 KB) | DOI: 10.18196/ppm.37.265

Abstract

Faktor penyebab konflik antara menantu perempuan dan ibu mertua antara lain: faktor pekerjaan rumah tangga, faktor ekonomi, faktor perbedaan pola pikir, faktor perbedaan pola asuh anak, faktor salah paham dan komunikasi, perbedaan kepentingan yang disertai dominasi atau paksaan oleh ibu mertua terhadap menantu perempuan. Dampak konflik yang terjadi antara menantu perempuan dan ibu mertua membuat suasana rumah tidak nyaman. Tim abdimas telah melakukan pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya konflik pada mertua dan menantu. Abdimas dilakukan dengan mitra ibu-ibu anggota PKK desa Karasan, Kenaiban, Juwiring, Klaten. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh Tim, beberapa permasalahan yang dihadapi oleh mitra terkait konflik mertua menantu, yaitu: minimnya pengetahuan relasi mertua menantu, belum memahami tentang penyelesaian konflik yang tepat dalam pasangan ibu mertua dan menantu perempuan, belum memiliki alat peraga keluarga harmonis berupa poster dan modul pembelajaran. Adapun tahapan kegiatan yang telah dilakukan, antara lain: pertama, peningkatan pengetahuan melalui penyuluhan dengan tema birul walidain atau berbakti pada orang tua. Kedua, pemutaran film dan diskusi. Ketiga, penyuluhan tentang pentingnya keterbukaan dan mengelola konflik pada pasangan mertua dan menantu. Keempat, pembuatan poster dan modul unik untuk mengkampanyekan pentingnya keluarga harmonis. Kelima, pembentukan komunitas Gerakan Sayang Mertua (GSM). Selain tahapan kegiatan tersebut, pengabdian ini direncanakan menghasilkan keluaran (ouput) berupa publikasi di Jurnal yang memiliki ISSN, publikasi di repocitory perguruan tinggi, dan publikasi di media massa, serta publikasi melalui channel youtube.
IMPLEMENTASI GAYA KOMUNIKASI ASERTIF ORANG TUA - ANAK SELAMA MASA PANDEMI COVID 19 Suciati Suciati
Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat 2021: 3. Kesehatan Keluarga dan Masyarakat
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (834.808 KB) | DOI: 10.18196/ppm.43.573

Abstract

Tanggung jawab orang tua terhadap anak dimulai sejak anak dalam kandungan. Orang tua dalam hal ini tidak hanya terbatas pada posisi ibu atau bapak saja, tetapi keduanya. Sebagian besar orang percaya bahwa ibu lebih pandai dalam berkomunikasi dengan anak, karena sejak dalam kandungan, anak sudah memiliki kontak batin dengan ibunya. Namun demikian bukan berarti peran bapak dianggap tidak efektif dalam berkomunikasi dengan anak. Ada suatu budaya yang lebih memposisikan bahwa gaya komunikasi pria lebih baik daripada gaya komunikasi perempuan, demikian juga budaya lain mengatakan sebaliknya. Perbandingan gaya komunikasi antara dua budaya yang berbeda yakni budaya maskulin (pria) dan budaya feminin (wanita), sebenarnya tidak menunjukkan bahwa cara berkomunikasi pria lebih baik daripada cara berkomunikasi wanita atau sebaliknya. Namun perbedaan gaya komunikasi tersebut akan lebih dapat diamati berdasarkan kategorisasi tertentu, seperti perbedaan saat berbicara, pemilihan topik pembicaraan, cara interupsi, penggunaan kata/kalimat tanya, menggunakan cerita dan guyonan, dan kategori-kategori lainnya. Apapun alasannya, cara berkomunikasi dengan anak bisa dilakukan oleh kedua orang tua tanpa harus membebankan pada salah satu. Apabila anak sudah menginjak usia remaja, komunikasi orang tua pun tidak bisa dihilangkan. Hanya saja, pada usia remaja, anak lebih memiliki otonomi dalam menentukan nasibnya sendiri. Ketergantungan dengan orang tua sedikit demi sedikit semakin berkurang. Pengawasan orang tua juga semakin menurun sehingga intensitas komunikasi selama masa pandemi lebih ekstra daripada pengawasan usia anak. Apalagi jika hal ini dikaitkan dengan penggunaan gadget pada masa pandemi. Data yang diungkap oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyatakan bahwa pengguna internet tertinggi ada pada segmen umur usia 15-19 tahun mempunyai penetrasi paling tinggi yaitu mencapai 91%. Bahkan pembangkangan remaja terhadap orang tuanya dibuktikan dalam sebuah penelitian yang menemukan hasil bahwa remaja dengan kepuasan otonomi yang rendah lebih banyak frustrasi dan membangkang, sedangkan anak dengan kepuasan otonomi yang tinggi akan sedikit membangkang dan lebih banyak negosiasi . Dalam masa pandemi covid 19, berada di dalam rumah selama berbulan-bulan sangat memungkinkan terjadinya kebosanan pada semua anggota keluarga karena rutinitas. Orang tua harus menjadi guru bagi anaknya dalam pembelajaran daring. Sedangkan tidak semua orang tua dan anak siap menghadapi perubahan kebiasaan selama Work From Home / WFH. Tingkat stres pun meningkat. Ketidaksiapan tersebut pada akhirnya melahirkan konflik dengan orang sekitar, terutama anak. Tim abdimas berusaha memberikan solusi dengan menghadirkan gaya orang tua yang asertif. Kegiatan ini telah dilakukan di Juwiring pada hari Minggu, 11 April 2021 yang dihadiri oleh pengurus PKK RT 22. Penyuluhan tentang gaya asertif orang tua-anak dilengkapi dengan film, modul, dan leaflet untuk memudahkan pemahaman. Tanya jawab seputar materi berlangsung hangat dan memuaskan. Pada akhir acara, tim abdimas membentuk komunitas saya anak yang dikoordinasikan melalui grup WA.
EDUKASI PERBAIKAN POLA MAKAN REMAJA PUTRI SEBAGAI UPAYA DINI PENCEGAHAN STUNTING Ane Permatasari; Suciati Suciati
Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat 2021: 3. Kesehatan Keluarga dan Masyarakat
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.589 KB)

Abstract

Prevalensi stunting di wilayah Kapanewon Berbah berdasarkan data dari Puskesmas Berbah yang merupakan hasil PSG pada tahun 2016 sebesar 15,6% dan tahun 2017 menurun sedikit yaitu 14,6 %. Prevalensi stunting tahun 2017 tertinggi pada golongan usia 12-23 bulan yaitu sebesar 16,9 % dibandingkan pada golongan umur yang lainnya. Usia 12-23 bulan adalah masa anak di 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). Tetapi sebenarnya upaya pencegahan stunting bisa dilakukan lebih awal yaitu dengan memperbaiki pola makan remaja putri, karena calon ibu yang menderita anemia karena pola makan yang buruk, beresiko lebih besar melahirkan bayi stunting. Berdasarkan pemikiran tersebut maka dilaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat ini yang bertujuan memberikan edukasi kepada remaja putri tentang pentingnya menjaga pola makan. yaitu sosialisasi pencegahan stunting dengan perbaikan pola makan remaja putri. Kegiatan ini dilaksanakan dengan metode ceramah tentang materi terkait, dan dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab antara narasumber dengan peserta. Pada sesi diskusi, terlihat antusias peserta begitu besar dalam bertanya maupun menyampaikan pendapat dan pengalamannya. Dari evaluasi yang dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan sosialisasi, tampak bahwa peserta meningkat pengetahuan kognitifnya tentang pentingnya memperbaiki pola makan untuk mencegah stunting.
INDEKS PEMAHAMAN KETAHANAN KELUARGA DI MASA PANDEMI COVID-19 DI UMBULHARJO DAN AMBARKETAWANG Iwan Satriawan; Sri Nabawiyati Nurul Makiyah; Retno Wulandari; Sri Handari Wahyuningsih; Suciati Suciati
Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat 2021: 3. Kesehatan Keluarga dan Masyarakat
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (744.046 KB) | DOI: 10.18196/ppm.43.684

Abstract

Masalah pandemi Covid-19 telah memperburuk kemampuan keluarga untuk bertahan menyelamatkan keutuhan keluarga. Hal ini ditandai dengan terus meningkatnya angka perceraian. Di Sleman misalnya, tercatat ada 1.106 pasangan bercerai hingga Juli 2020 lalu. Setidaknya ada empat pilar ketahanan keluarga yang terdampak kelangsungan sebuah keluarga yang berujung meningkatnya angka perceraian di masa pandemi Covid-19 antara lain ketahanan fisik, ekonomi, sosial psikologi dan sosial budaya. Kegiatan ini bertujuan untuk mewujudkan empat pilar keluarga tangguh melalui pendampingan gerakan ECCOHEALTH (Economis, Communication, and Healthy). Kajian ini menggunakan metode studi kepustakaan dan penelitian lapangan dengan mengajukan daftar pertanyaan dalam bentuk kuesioner kepada warga di Umbulharjo dan Ambarketawang. Metode yang digunakan yaitu FGD (Focus Group Discussion), wawancara, penyuluhan, dan pelatihan. Evaluasi diberikan dengan memberikan sejumlah pertanyaan-pernyataan untuk masing-masing materi melalui teknik pre-test dan post-test yakni pengisian sebelum dan setelah pemberian materi. Dengan teknik ini diketahui adanya peningkatan pengetahuan yang diterima oleh warga di Umbulharjo dan Ambarketawang. Hasil kajian menunjukkan setelah kegiatan penyuluhan dan dilakukan pre-test dan post-test, diketahui bahwa pemahaman peserta terhadap empat indikator ketahanan keluarga mengalami peningkatan secara cukup signifikan.
MEWUJUDKAN GAYA KOMUNIKASI ASERTIF PEMIMPIN PEREMPUAN DALAM ORGANISASI Suciati Suciati; Ade Putranto Prasetyo Wijiharto Tunggali
Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat 2022: 1. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Publik
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/ppm.51.1018

Abstract

Gaya komunikasi seorang pemimpin organisasi akan menentukan pola dan bentuk komunikasi dari organisasi tersebut. Mereka yang disebut dengan pemimpin dengan gaya efektif adalah mereka yang memiliki sikap positif dalam hubungan interpersonal dengan anggotanya. Ia melakukan komunikasi yang terbuka, positif, suportif, serta menjunjung tinggi kesetaraan dan empati. Dengan sifat yang terbuka, ia melakukan kejujuran dalam menyampaikan pesan, tidak menyembunyikan atau menutupi perihal kerja dan organisasi. Tim abdimas memilih organisasi PKK sebagai sasaran atau mitra, tepatnya di organisasi PKK desa Kenaiban, Juwiring, Kabupaten Klaten. Beberapa masalah yang teridentifikasi adalah adanya ketidakpuasan anggota organisasi. Mereka mengatakan bahwa pemimpin mereka kurang memiliki kemampuan beretorika, tidak mampu berkomunikasi interpersonal dengan baik, dan tidak mampu menangkap keinginan anggota berdasarkan simbol verbal dan non verbal yang diungkap anggota organisasi. Adapun metode pelaksanaan yang ditempuh sebagai solusi permasalahan, antara lain: penilaian awal (initial assessment), peningkatan pengetahuan mitra melalui metode informatif dan persuasif, pendampingan dan pemberdayaan, dan pembentukan Komunitas Sayang Organisasi. Adapun hasil dari kegiatan abdi masyarakat ini dipublikasikan melalui video https://youtu.be/TFQL3CbDyg8. Kegiatan abdimas ini terbukti mampu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran peserta secara signifikan dalam hal pentingnya gaya asertif pemimpin perempuan
Peningkatan Kompetensi Public Speaking Guru Sekolah Muhammadiyah di Gamping, Sleman tahun 2022 Sovia Sitta Sari; Suciati Suciati
Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat 2022: 2. Kreatifitas Pendidikan dan Pembelajaran di Sekolah dan Perguruan Tinggi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/ppm.52.1046

Abstract

Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Gamping, Sleman memiliki beberapa amal usaha di bidang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Kejuruan. Di masa pandemi, problem yang dihadapi adalah kurangnya kemampuan guru dalam membuat variasi konten berbicara di depan umum (public speaking) sesuai pembelajaran digital. Program pengabdian ini berusaha memberikan tawaran solusi melalui pengenalan merancang konten public speaking pembelajaran dalam bentuk digital dengan menggunakan aplikasi Canva maupun Slidesgo. Pengabdian dilakukan dengan workshop dan produksi konten digital. Luaran dari pengabdian ini adalah produksi konten pembelajaran digital. Guru yang mengikuti program diharapkan bisa menjadi trainer bagi guru lain setelah mengikuti program ini