Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

LAJU PERTAMBAHAN BOBOT TUBUH KEPITING BAKAU (Scylla Serrata) YANG DIPELIHARA PADA WADAH BUDIDAYA KURUNGAN BAMBU DAN BAK FIBBER Jamlaay, Frits
Hibualamo : Seri Ilmu-Ilmu Alam dan Kesehatan Vol 2 No 1 (2018)
Publisher : LPPM Universitas Hein Namotemo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (756.886 KB)

Abstract

 Salah satu organisme yang hidup di wilayah hutan mangrove yaitu Kepiting Bakau. Organism ini  hidup di daerah muara sungai dan rawa pasang surut yang banyak ditumbuhi vegetasi mangrove. Saat ini, pemanfaatan kepiting bakau  masih mengharapkan tangkapan dari alam, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan media bak fibber (perlakuan A) dan  kurungan bambu (perlakuan B).Tujuan dari penelitian untuk mengetahui pertambahan bobot tubuh kepiting bakau (Scylla Serrata) yang efektif dicapai berdasarkan metode pemeliharaan meggunakan wadah berbeda. Hewan uji yang digunakan adalah kepiting bakau (Scylla serrata) dengan ukuran bobot awal berkisar 200 ? 300gr. Pakan yang digunakan adalah ikan momar (Decapterus sp.) penelitian dirancang dengan dua perlakuan dan lima ulangan. Pemberian pakan sebesar 15% dari bobot tubuh hewan uji. Hasil penelitian menunjukan ada perbedaan yang signifikan antara kedua wadah budidaya dimana dari pertambahan bobot mutlak kepiting bakau, perlakuan A bobot awal 254,4 g meningkat menjadi 289,6 g pada perlakuan B bobot awal 260,8 g meningkat menjadi 342,2 g. hasil yang sama ditunjukan juga pada hubungan lebar karapaks dengan bobot tubuh pada perlakuan B dimana mendapatkan persamaan  dan koefisien korelasi ? sebesar 0,2881, sedangkan pertumbuhannya bersifat allometrik positif karena nilai b yang diperoleh adalah -5E-06. Pada perlakuan B mendapatkan hasil persamaan W =  dan koefisien korelasi ? sebesar 0,954.
Effect of Salt Concentration on Organoleptic and Microbiological Attributes of Mackerel scad (Decapterus macarellus) Husen, Azis; Talib, Ahmad; Hairil, Jumahir; Jamlaay, Frits
Agrikan Jurnal Agribisnis Perikanan Vol. 14 No. 2 (2021): Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1304.964 KB) | DOI: 10.52046/agrikan.v14i2.806

Abstract

The salting is one of the traditional methods of processing fishery products that have an important role both in business and efforts to fulfill protein. The purpose of this study was to determine the effect of salt concentration and soaking time on the sensory value of flying fish. The organoleptic testing, total plate count, and analysis using a completely randomized design (CRD). Salting of fish with the total water method used is 4.5 liters using bulk salt for the treatment of A1 300 grams, A2 1 kg and A3 1.5 kg. The process of drying saltting fish using sunlight during the drying process from the morning at 08.00-16.00 WIT depending on the weather conditions drying process 3-5 days with an average temperature of 28-33 oC. Organoleptic test results of salting flying fish that have the best value, namely for the appearance with A3 treatment for salt concentration of 1 Kg with a value of 8.84, for the A2 salt odor concentration of 1 Kg with a value of 8.56, taste A2 with a salt concentration of 1 Kg with a value of 8.12, A3 texture for 1.5 Kg salt concentration with a value of 8.76. Meanwhile, for the ALT test, the smallest bacterial value is 1 Kg A2 with a value 1.1. Thus, mackerel scad salted products are still suitable for consumption.
Kajian Kualitas Mutu Ikan Cakalang Asap (Katsuwonus Pelamis) di Kelurahan Sasa Kota Ternate Selatan Husen, Azis; Jamlaay, Frits
MARAS : Jurnal Penelitian Multidisiplin Vol. 2 No. 4 (2024): MARAS : Jurnal Penelitian Multidisiplin, Desember 2024
Publisher : Lumbung Pare Cendekia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60126/maras.v2i4.483

Abstract

Ikan cakalang merupakan salah satu produk olahan yang dapat dijadikan bahan baku pengolahan dengan menggunakan kombinasi dan bahan kimia hasil pembakaran bahan bakar. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan waktu terbaik dalam proses pengawetan ikan cakalang (Katsowonus pelamis) sehingga dapat menghasilkan daging ikan asap dengan kualitas yang baik. Penelitian ini menggunakan pengujian mikrobiologi dan organoleptik yaitu untuk mengetahui warna, rasa, tekstur, aroma, bau dengan menggunakan analisis statistik. Berdasarkan hasil analisis uji organoleptik daging cakalang asap terhadap warna, rasa, aroma, penampakan, dan tekstur dari kelima perlakuan, produk ikan asap masih dapat diterima oleh panelis sedangkan untuk hari ke-2 dan ke-3 daging ikan yang disimpan dilihat dari kualitas dan mutu serta rasa ikan asap sudah terkontaminasi jamur dan bakteri pada hari ke 4,5,6,7,8, dan tangga l 9 sudah tidak dapat dikonsumsi lagi, suhu yang digunakan untuk ikan asap diasapi adalah 80-110 oC sedangkan penyimpanan pada suhu 4oC freezer dan penyimpanan ikan asap selama 9 hari. Pengujian mikrobiologi Angka Lempeng Total (ALT) dengan tiga kali analisa didapatkan sampel pertama dengan nilai kecil sebesar 31,508 sedangkan sampel kedua dengan nilai 32,905 dan ketiga sebesar 35,801 sehingga bakteri kecil adalah sampel pertama.
Ovulation time and ovulated eggs count of sneakehead Channa striata induced by prostaglandin 2α with different doses Jamlaay, Frits; Widodo, Maheno Sri; Faqih, Abd. Rahem
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 15 No. 1 (2016): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3067.389 KB) | DOI: 10.19027/jai.15.89-92

Abstract

ABSTRACT Snakehead fish Channa striata is one of freshwater commodity which has high economic value. Nowadays, snakehead fish stock mostly comes from wild capture. Artificial spawning with hormonal induction is usually used to improve broodstock efficiency, as well as the quality and quantity of fish seed production. Purpose of this study was to determine the effectiveness of prostaglandin 2α (PGF2α) hormone on ovulation time and count of ovulated eggs. This experiment used 30–40 cm broodstock with 600–900 g body weight. Fishes were acclimated for one week in a container and then injected with different doses of PGF2α, namely: control without PGF2α (P1), 0.5 mL/kg (P2); 0.7mL/kg (P3); and 0.9 mL/kg (P4). Each treatment consisted of three fishes as replication. Ovulation time was observed until 72 hours post injection. The results showed that PGF2α injected broodstoks ovulated faster (9.17–12.24 hours post injection) than control P1 (22.67 hours), while among PGF2α injected fishes were the same. Furthermore, count of ovulated eggs from PGF2α induced broodstocks were higher than control P1, and the highest (2,860 eggs) was obtained in treatment 0.9 mL/kg. Thus, PGF2α at dose of 0.9 mL/kg can be used to induce eggs ovulation of snakehead fish and to increase count of ovulated eggs. Keywords: PGF2α, ovulation time, ovulated eggs count, Channa striata  ABSTRAK Ikan gabus Channa striata merupakan salah satu komoditas air tawar yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Saat ini, pemenuhan kebutuhan hanya bergantung pada hasil penangkapan di alam. Cara pemijahan buatan dengan induksi hormon biasanya digunakan untuk efisiensi penggunaan induk serta peningkatan kualitas dan kuantitas benih ikan yang dihasilkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas hormon prostaglandin 2α (PGF2α) terhadap waktu ovulasi dan jumlah telur ikan gabus yang diovulasikan. Penelitian ini menggunakan induk ikan gabus berukuran 30–40 cm dengan bobot tubuh 600–900 g. Ikan diadaptasikan di wadah penelitian selama seminggu, kemudian diinjeksi hormon PGF2α dengan perlakuan hormon dengan dosis berbeda, yaitu: kontrol tanpa hormon (P1), 0,5 mL/kg (P2); 0,7 mL/kg (P3); dan 0,9 mL/kg (P4). Setiap perlakuan terdiri atas tiga ekor induk sebagai ulangan. Waktu ovulasi diamati sampai dengan 72 jam pascasuntik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa induk yang disuntik PGF2α memijah lebih cepat (9,17–12,24 jam pascasuntik) daripada kontrol (22,67 jam), sedangkan antarperlakuan hormon PGF2α tidak berbeda. Selanjutnya, jumlah telur diovulasi dari induk ikan gabus yang disuntik PGF2α berjumlah lebih banyak daripada kontrol. Hasil tertinggi (2.860 butir) diperoleh dari perlakuan 0,9 mL/kg.  Dengan demikian, hormon PGF2α dosis 0,9 mL/kg dapat digunakan untuk mempercepat waktu ovulasi ikan gabus, dan meningkatkan jumlah telur yang diovulasikan. Kata kunci: PGF2α, waktu ovulasi, jumlah telur diovulasi, Channa striata