Alia Rizki Fauziah
Gunadarma University

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Bagaimana Kesejahteraan Psikologis Tenaga Kesehatan di Indonesia Selama Pandemi? Alia Rizki Fauziah
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 10, No 3 (2022): Volume 10, Issue 3, September 2022
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikoborneo.v10i3.8470

Abstract

This study aims to explain psychological well-being of healthcare workers during the COVID-19 pandemic based on dimensions, gender, age, profession and length of work. This study uses descriptive quantitative research methods. There are 112 participants in this study.  Data analysis in this study used descriptive statistics. Based on the results of the study, it is known that the health workers who are reviewed based on male and female sex have moderate psychological well-being, health workers aged 23-35 and 36-50 years are in the moderate category. In addition, health workers who work as midwives have higher psychological well-being than other professions. Based on the length of work, health workers with 1-5 years of work have higher psychological well-being. So, it can be concluded that the psychological well-being of health workers during the COVID-19 period is moderate, especially in the dimensions of positive relationships with others, autonomy and environmental mastery. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kesejahteraan psikologis pada tenaga kesehatan di masa pandemi covid-19 berdasarkan dimensi, jenis kelamin, usia, profesi dan lama bekerja.  Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 112 tenaga kesehatan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada tenaga kesehatan yang ditinjau berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan memiliki kesejahteraan psikologis sedang, tenaga kesehatan dengan usia 23-35 dan 36-50 tahun berada dalam kategori sedang. Selain itu, tenaga kesehatan yang berprofesi sebagai sebagai bidan memiliki kesejejahteraan psikologis lebih tinggi dibanding profesi lainnya. Berdasarkan lama bekerja, tenaga kesehatan dengan lama bekerja 1-5 tahun memiliki kesejahteraan psikologis lebih tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan psikologis pada tenaga kesehatan di masa covid-19 adalah sedang terutama pada dimensi hubungan positif dengan orang lain, otonomi dan penguasaan lingkungan
DUKUNGAN SOSIAL DAN SELF-COMPASSION PADA IBU PRIMIPARA Alia Rizki Fauziah; Hera L. Mikarsa; Wahyu Rahardjo; Tety Elida
Jurnal Psikologi Vol 15, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35760/psi.2022.v15i2.7124

Abstract

Menjadi seorang ibu merupakan salah satu fase terpenting dalam sepanjang kehidupan wanita yang menuntut banyak perubahan. Perubahan-perubahan yang kompleks memberikan konsekuensi psikologis pada ibu primipara seperti stres dan depresi. Oleh karena itu diperlukan self-compassion dalam diri ibu sebagai penyangga untuk menyesuaikan diri menjalani peran barunya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan dukungan sosial dan self-compassion pada ibu primipara. Penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu self-compassion scale (SCS) dan postpartum social support questionare (PSSQ). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 243 ibu primipara dengan kriteria sampel yaitu ibu yang berusia 20-40 tahun, tinggal bersama suami, tidak ada kelahiran kembar, tidak pernah mengalami keguguran, kondisi anak dalam keadaan normal dengan rentang usia anak 1-24 bulan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan self-compassion pada ibu primipara.
CARA MENGATASI INFERIORITAS PADA ATLIT BERPRESTASI PEREMPUAN PENDERITA SKELIOSIS Hendro Prabowo; Alia Rizki Fauziah; Nabiel Y. Mahendra
Jurnal Psikologi Vol 14, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35760/psi.2021.v14i2.5140

Abstract

Skoliosis menurut National Institute of Arthitis and Musculoskeletal and Skin Disease (NIAMS) USA merupakan kelainan muskuloskeletal yang digambarkan dengan bengkoknya tulang belakang ke arah samping. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bagaimana gambaran mengenai inferioritas pada perempuan penderita skoliosis, (2) faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab inferioritas pada perempuan penderita skoliosis, serta (3) bagaimana gambaran striving for superiority pada perempuan penderita skoliosis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berbentuk studi kasus pada seorang atlit berprestasi perempuan penderita skoliosis dengan jenis “S” dengan derajat kemiringan 19 derajat. Hasil dalam penelitian ini  pada gambaran inferioritas meliputi (1) penyakit masa kecil, (2) merasa dibedakan dan kesal, (3) ketakutan terhadap ayahnya, (4) suka menyendiri, (5) merasa psikologisnya tidak sehat dan didiagnosis PTSD, (6) menyerah akan kondisi keluarga, (7) skoliosis, (8) merasa sedih, serta (9) khawatir dengan postur tubuh dan ragu akan kondisinya. Kemudian pada faktor penyebab inferioritas meliputi (1) kekerasan dari ayah, (2) dihukum, dan (3) dibedakan. Selanjutnya, gambaran striving for superiority meliputi (1) les dan bimbel, (2) mengikuti lomba, (3) mendapatkan penghargaan, (4) beladiri, dan (5) termotivasi dari Usain Bolt.