Amalia Wimarizky
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

The Differential Pattern in Skeletal-Dental Age and Duration of Growth Spurt based on Chronological Age and Gender Types (A Comparison Study Between Indonesian and Malaysian Children Populations) Seno Pradopo; Sindy Cornelia Nelwan; Ardianti Maartrina Dewi; Amalia Wimarizky; Achmad Nadian Permana; Diana Md Zahid; Syiral Mastura Abdullah
Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology Vol. 16 No. 1 (2022): Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology
Publisher : Institute of Medico-legal Publications Pvt Ltd

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37506/ijfmt.v16i1.17643

Abstract

Context: Growth and development is a continuous process that occurs intrauterine and continues until adulthood. In the process of reaching adulthood, children must go through various stages of growth and development, Growth is influenced by two main factors, namely internal (genetic) factors and external (environmental) factors. Internal factors include gender, obstetrics and race or ethnicity. Based on the background pattern above, the researcher wants to compare the difference in the duration of growth spurt between the Malaysian and Indonesian populations in terms of the Cervical Vertebrae Maturation (CVM) seen on the lateral cefalogramAims: to compare the differences in the duration of growth spurt between girl and boy in Indonesian and Malaysia Population based on Cervical Vertebrae Maturation (CVM) seen in the lateral cephalogram to determine the right time and orthodontic treatment plan in order to get maximum treatment results.Methods and Material: The study was conducted in June 2020. The research variables were divided into 3 types, namely independent variables (chronological age), dependent variables (skeletal age and growth spurt duration) and controlled variables (Indonesian population children, Gender, CVM CS3 - CS4). Every sample that met the criteria was performed skeletal maturity analysis using Cervical Vertebrae Maturation.Results: The boy sample required a duration of age to reach maturity, 17.93 months in Indonesia and 17.91 months in Malaysia. Meanwhile, the girs sample only required the duration of growth spurt, namely 6.59 months in Indonesia and 6.64 months in MalaysiaConclusion: There is no significant difference between the duration of growth spurt in Indonesian Boy and Malaysian Boy and so does the duration of growth spurt for Indonesian and Malaysian girl.
Duration of Growth Spurt based on Cervical Vertebrae Maturation In Indonesia Population Seno Pradopo; Sindy Cornelia Nelwan; Ardianti Maartrina Dewi; Amalia Wimarizky; Achmad Nadian Permana; Zurairahbt Ibrahim; Ainuddin Yushar Md Yusof
Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology Vol. 15 No. 3 (2021): Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology
Publisher : Institute of Medico-legal Publications Pvt Ltd

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37506/ijfmt.v15i3.15934

Abstract

Context: Human development consists of periods of accelerated growth where there is an acceleration ofgrowth followed by a period of slower growth. The timing of pubertal growth spurt and maximal growthrate during this developmental phase is different in boys and girls. The increase in growth rate in girlsusually occurs at the onset of puberty while boys experience a relatively slow increase in growth rate atpuberty.Aims:to compare the differences in the duration of growth spurtbetween girl andboy in Indonesianpopulations in terms of the Cervical Vertebrae Maturation (CVM) seen in the lateral cephalogram. Thisinformation is important to determine the right time and orthodontic treatment plan in order to get maximumtreatment results.Methods and Material: The research variables were divided into 3 types, namely dependent variables(chronological age), independent variables (Cervical Vertebrae Maturation stage, gender). Every sample thatmet the criteria was performed skeletal maturity analysis using Cervical Vertebrae Maturation (CVM) oneach cephalometric photo Skeletal analysis with Cervical Vertebrae Maturation (CVM) by looking at bonematurationResults: There were differences in the mean / mean age of skeletal maturity in terms of changes in CS 3to CS 4 between male and female samples (p <0.05). The male sample required a duration of age to reachmaturity, namely 15.879 months. Meanwhile, the female sample only required the duration of age to reachmaturity, namely 5,184 monthsConclusions:Girls in this study population had a faster growth spurt duration than boys. This is marked by achange in the age of skeletal maturity between the two, which is approximately 10 months apart.
Sosialisasi Gambaran Pola Makan Anak Berdasarkan Sugar Clock Sebagai Upaya Pencegahan Karies Gigi Anak di SD Saim Surabaya Kelas 1-3 Prawati Nuraini; Sindy Cornelia Nelwan; Seno Pradopo; Achmad Nadian Permana; Ilvana Ardiwirastuti; Puspita Ayuningtyas; Brian Maulani; Felita Putri Sucipto; Regina Ayu Pramudita; Amalia Wimarizky
Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia Vol 2 No 6 (2022): JAMSI - November 2022
Publisher : CV Firmos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54082/jamsi.513

Abstract

Karies gigi merupakan penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan yang dimulai dari email sampai ke dentin hingga meluas ke pulpa. Upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan bidang kesehatan gigi adalah dengan mengatur pola makan pada anak sesuai dengan Sugar Clock. Sugar clock adalah pengaturan jam dan jenis makanan yang dikonsumsi. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui gambaran pola makan pada anak agar terhindar dari resiko karies. Metode yang digunakan adalah dengan cara pencatatan pola makan yang dikonsumsi (diet sheet) dan idikan serta pendpenyuluhan tentang sugar clock. Hasil yang diperoleh yaitu siswa SD SAIM kelas 1-3 sebanyak lebih dari 50% mengkonsumsi diet seimbang berupa nasi, sayur, lauk pauk dan susu pada jam makan pagi, siang dan malam, dan sebanyak lebih dari 50% mengkonsumsi makanan dan minuman manis diantara jam makan pagi-siang maupun diantara jam makan siang-sore.
Pemberdayaan Masyarakat melalui Edukasi kepada Siswa SD, Ibu Hamil dan Para Kader Posyandu untuk Pencegahan Gangguan Tumbuh Kembang Gigi dan Mulut karena Gizi Buruk di Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang Seno Pradopo; Tania Saskianti; Maulidina Nabilah Tasyakuranti; Meidy Damayanti; Hartman Tanzil; Nadira Jasmin; Amalia Wimarizky
Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia Vol 4 No 4 (2024): JAMSI - Juli 2024
Publisher : CV Firmos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54082/jamsi.1208

Abstract

Gizi buruk pada anak adalah masalah global yang diukur dengan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) dengan z-score <-2 SD. Gizi buruk bisa terjadi dalam 1000 hari setelah konsepsi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti sosial ekonomi, nutrisi ibu hamil, infeksi, dan lingkungan. Kejadian stunting di Indonesia mengalami penurunan namun masih diatas standar yang ditetapkan WHO dibawah 20%. Nutrisi yang baik sangat penting untuk tumbuh kembang anak, termasuk erupsi gigi dan perkembangan rahang. Anak dengan gizi buruk berisiko mengalami masalah gigi seperti maloklusi dan karies. Program pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang dampak gizi buruk terhadap gangguan tumbuh kembang gigi dan mulut, yang dilakukan melalui metode edukasi dengan cara memberikan pre-test, melakukan penyuluhan, sesi tanya jawab (brainstorming), diakhiri dengan pemberian post-test dan pemeriksaan gigi pada siswa-siswi SD, ibu hamil dan para kader posyandu. Kegiatan pemberdayaan masyarakat dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Hasil pengukuran awal dan akhir pengetahuan tentang dampak gizi buruk terhadap gangguan tumbuh kembang gigi dan mulut didapatkan sebagian besar siswa-siswi SD, ibu hamil dan para kader posyandu menunjukkan peningkatan yang baik dari rata-rata 19% menjadi 55% untuk siswa, dan 15% menjadi 30% untuk ibu hamil dan para kader posyandu.