Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Metode Bioprediksi Perubahan Iklim Menggunakan Fosil Polen Dan Sporapada Kala Pliosen di Daerah Banyumas Setijadi, Rachmad; Widagdo, Asmoro; Suedy, Sri Widodo Agung
Dinamika Rekayasa Vol 7, No 1 (2011): Dinamika Rekayasa - Februari 2011
Publisher : Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.dr.2011.7.1.42

Abstract

Pollen and spore fossil of Pliocene sedimentary (Tapak Formation) have been used as a guidance for prediction (bioprediction) of climate change which happened at Pliocene age in Banyumas. Geomorphological and vegetation changes happenin conformity with climate changes. By knowing pollen and shpore fossils, we can know thetype of vegetation whichproduce it. Then pollen and shprore fossils which found widelyon the sedimentary rock is an exact way for tracing of climate change which had happened. The aimof this research is to explore bioprediction method base on polen andsphore data, to know morphological change which happened because of climate change on Plioceneage in Banyumas.This research consist of field and labolatory work. Field work is for taking rock sample andmaking stratigraphic collumn. Labolatory work consist of making plate from the samples using asetolisis methode, identification and clasification of fosils and palynology analisis.The result of the research show that the research areacan be included on the zone ofPodocarpus imbricatusfrom Late Pliocene Age which is shown by presence ofPodocarpus imbricatusandStenochlaenidites papuanus.There has 3 events of climate change that are hot-cold-hot which corelate withtransgresion (relative sea level rise) andregresion (relative sea level drop)
Paleodiversitas Miosen Tengah Berdasarkan Data Palinologi Pada Formasi Cimandiri Lintasan Sungai Cijarian Sukabumi Setijadi, Rachmad; Rusmiyanto, Elvi
Dinamika Rekayasa Vol 10, No 2 (2014): Dinamika Rekayasa - Agustus 2014
Publisher : Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.dr.2014.10.2.85

Abstract

Bukti secara palinologi pada waktu lampau telah mencirikan keanekaragaman pada tumbuhan. Studi ini terdiri dari dua tahapan, yaitu pengambilan sampel lapangan dan observasi di laboratorium. Total 13 sampel dari Formasi Cimandiri Sukabumi sudah teridentifikasi memiliki kandungan fosil. Lima puluh tiga polynomorph sudah terindentifikasi, terdiri dari satu tipe taxon marine polynomorph dan 52 taxa polynomorph. Dari jumlah 52 tersebut, 38 buah berjenis arboreal pollen, 5 buah adalah non-arboreal pollen dan 11 adalah Pteridophyes. Umur geologi dari Formasi Cimandiri adalah Pertengahan Miocene terindikasi adanya Florshuetzia trilobata, F. Levipoli, dan F. Meridionalis. Berdasarkan analisis palynomorph, dapat disimpulkan tingginya keanekaragaman tumbuhan pada Pertengahan Miocene yang ada di Formasi Cimandiri. Komposisi palynomorph pada masing-masing endapan menunjukan kemiripan yang tinggi.
Studi Pendahuluan Perubahan Garis Pantai Selama Zaman Kuarter di Daerah Kroya sampai Binangun Kabupaten Cilacap-Jawa Tengah Widagdo, Asmoro; Setijadi, Rachmad
Dinamika Rekayasa Vol 9, No 1 (2013): Dinamika Rekayasa - Februari 2013
Publisher : Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.dr.2013.9.1.97

Abstract

Cilacap coast line is a part of southern coast of Java at Cilacap Regency, Central Java. Topographic and satellite image observation shown some ancient coast lines behind the modern coast lines. How many of the coast lines which have formed before the modern coast lines is the question to be answered. This research is the preliminary effort to determine the direction of coast line development and the amount of coast lines which have formed before the modern ones. This preliminary research of the ancient coast lines is done by two stages of work that are studio and field work. Studio work was done by observation and interpretation of topographic map, land use map, Google Earth image and SRTM image. At this stage of work was made an ancient coast lineaments map and geomorphic profiles of the research area. To the results of the interpretation which have been done then taken a field work verification by ground check. Interpretation to the coast lines of the research area has resulted 24 coast lines. Ancient coast lines lineament of the research area is in line with the modern ones which have east-west lineament and prograde from the north to southward.
Dinamika Vegetasi Mangrove Holosen Daerah Semarang Berdasarkan bukti Palinologi Setijadi, Rachmad; Suwardi, Suwardi; Suedy, Sri Widodo Agung
Dinamika Rekayasa Vol 6, No 1 (2010): Dinamika Rekayasa - Februari 2010
Publisher : Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.dr.2010.6.1.28

Abstract

Palynological evidences (pollen and spores) have been used to study mangrove diversity and vegetation fluctuation at coastal  zone sites at Muktiharja, Kemijen Semarang , province of Central Java. Data was collected in April 2nd to April 17th 2006 following transect method, for sediments sampling used surface subsurface sampling method (depth in 25cm). Pollen preparation used Acetolysis method. The result showed that mangrove forest in the coastal zone of Muktiharja, Kemijen Semarang was dominated by Rhizophoarceae pollen type (included Rhizophora genus : Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa dan Rhizophora apiculata). Vegetation of mangrove forrest in this bay was fluctuated which terrestrial climate was influenced in this mangrove forrest.
STUDI PENDAHULUAN GEOLOGI GUA LAWA DI PURBALINGGA, JAWA TENGAH Widagdo, Asmoro; Setijadi, Rachmad
Dinamika Rekayasa Vol 3, No 2 (2007): Dinamika Rekayasa - Agustus 2007
Publisher : Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.dr.2007.3.2.108

Abstract

Lawa Cave in Purbalingga Regency is a special type of cave as it formed not at calcareous rocks like at the usual cave. It is formed by lava flow processes. So, it is made of an igneous rock and it has an andesit basaltic rock type. Lawa Cave formed due to lava flow of the volcanic eruption of the Old Slamet Volcano. The rocks composition of Lawa Cave consists of primary minerals that are plagioclase and volcanic glass and some secondary mineral like calcite and ferri oxide which is fill the previous gas pores. Generally, rock fractures in Lawa Cave is formed as primary joint when the lava flow was cooling down, tectonic joints is found very limited. Lawa Cave’s direction is controlled by the flow direction of the melting lava. It’s direction indicate the paleomorphology of the volcano.
Perubahan Iklim Kala Pliosen – Plistosen Daerah Bumiayu Ditinjau Dari Bukti Palinologi Setijadi, Rachmad
Dinamika Rekayasa Vol 4, No 2 (2008): Dinamika Rekayasa - Agustus 2008
Publisher : Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.dr.2008.4.2.114

Abstract

The objective of the research was describing Pliocene-Pleistocene climatic changes in Bumiayu area based on palynology evidence. The applied method in this research was survey. For sediment sampling used surface sampling method. There are two phases in this research which are field and laboratory research. Thirty six analyzed samples took from Kalibiuk and Kaliglagah Formation in Cisaat river, Bumiayu. The relative age in Bumiayu area on Kalibiuk and Kaliglagah Formation is Late Pliocene-Pleistocene mark on last appearance Stenochlaenidites papuanus and followed by eight times climatic changes, which caused the changes of the flora and vegetation.
Potensi Bencana Geologi Pada Penambangan Emas dan Lempung di Desa Cihonje Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas Widagdo, Asmoro; Setijadi, Rachmad
Dinamika Rekayasa Vol 11, No 1 (2015): Dinamika Rekayasa - Februari 2015
Publisher : Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.dr.2015.11.1.90

Abstract

Desa Cihonje di Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas, memiliki sumber daya mineral seperti emas dan tanah liat kaolin. Kedua mineral ini telah dilakukaneksploitasi oleh masyarakat setempat. Pemanfaatan sumber daya ini telah memberikan kemakmuran bagi warga setempat. Namun, upaya pertambangan tidak dalam kondisi baik dan masih belum berlisensi. Penggalian emas dan tanah liat di sekitar area perumahan telah membawa dampak yang sangat mengkhawatirkan terhadap keselamatan para penambang dan lingkungan sekitarnya. Penelitian ini pada potensi bencana yang mungkin menjadi ancaman bagi masyarakat setempat dilakukan dengan pengamatan langsung. observasi lapangan ini dilakukan dengan memetakan lokasi operasi pertambangan, perubahan lingkungan dilakukan deskripsi, mengambil gambar dan wawancara dengan penduduk dan para penambang. pertambangan emas primer mengambil urat mineral dengan membuat sumur vertikal dan horizontal. sumur ini sangat dalam dan mencapai puluhan meter. Hal ini telah mengancam keselamatan para penambang, mengganggu penggunaan lahan sebagai daerah pertanian, yang mempengaruhi ketersediaan sumber air tanah, menyebabkan tanah longsor dan mencemari sumber air sungai. pertambangan emas sekunder pada deposito aluvial di tepi sungai telah menyebabkan kerusakan lahan pertanian, erosi sungai dan pencemaran air. Pertambangan tanah liat telah menyebabkan perubahan dalam pengaturan lingkungan dan potensi longsor.
Curug Bayan Sebagai sarana Pembelajaran Geoscience Di Lereng Gunung api Slamet, Banyumas-Jawa Tengah Widagdo, Asmoro; Iswahyudi, Sachrul; Setijadi, Rachmad; Waluyo, Gentur
Geosapta Vol 8, No 2 (2022): JULI 2022
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jg.v8i2.13326

Abstract

Pengunjung dari kalangan akademisi geoscience (geofisika, geologi, geografi dan pertambangan) ke obyek wisata Curug Bayan di lereng selatan Gunung Slamet-Kabupaten Banyumas perlu mendapatkan informasi pembelajaran aspek kebumian (geoscience) pada lokasi yang dikunjunginya. Penggalian nilai ilmiah Curug Bayan perlu dilakukan sebagai informasi kepada masyarakat geoscience  yang tertarik mengetahuinya. Penelitian potensi pembelajaran kebumian di Curug Bayan ini adalah melalui urutan langkah dari kajian publikasi/pustaka dan pengamatan singkapan lapangan. Curug Bayan memiliki makna edukasi kebumian yang penting mengenai aliran lava purba, proses pendinginan lava pijar hingga membentuk batuan beku andesit, mekanisme gerusan air sungai atau erosi sungai vertical, bagian-bagian lereng gunung api, pertambangan, hidrologi dan vegetasi.
Perhitungan Temperatur Reservoir Panas Bumi Mata Air Panas Daerah Bantarkawung Menggunakan Metode Geotermometer Na-K Dan Entalpi-Silika Iswahyudi, Sachrul; Attabik, Laskarul Wildan; Setijadi, Rachmad; Raharjo, Sukmaji Anom
Jurnal Geosaintek Vol. 5 No. 1 (2019)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Manifestasi panas bumi yang muncul di daerah Bantarkawung dan sekitarnya sebagai refleksi sistem panas bumi adalah berupa mata air panas. Penelitian ini terkait pada dua mata air panas yaitu Mata Air Panas Cipanas dan Mata Air Panas Cilakar. Penelitian ini juga menggunakan dua mata air meteorik yaitu Mata Air Meteorik Warudoyong dan Mata Air Meteorik Cilimus sebagai data penunjang. Penelitian ini menggunakan analisis metode geokimia yang diolah berdasarkan data penelitian terdahulu untuk mengetahui tipe air panas bumi, geoindikator dan kesetimbangan fluida. Penentuan temperatur panas bumi daerah penelitian menggunakan dua metode yaitu metode geotermometer Na-K yang berdasar pada kandungan natrium dan kalium mata air panas dan metode diagram silika-entalpi yang berdasar kandungan silika dan entalpi mata air panas serta air meteorik. Berdasarkan analisis geoindikator Cl-Li-B, diinterpretasikan terdapat 2 sistem panas bumi dengan reservoir yang berbeda pada daerah penelitian yaitu Reservoir Cipanas dan Cilakar. Berdasarkan plot Na-K-Mg untuk mengetahui kesetimbangan fluida, MAP Cipanas merupakan fluida partial equilibrium sedangkan MAP Cilakar adalah fluida immature water. Temperatur panas bumi berdasarkan metode geotermometer Na-K adalah 80oC untuk MAP Cipanas dan 60oC untuk MAP Cilakar. Sedangkan berdasarkan metode silika entalpi adalah 145oC untuk MAP Cipanas dan 164oC untuk MAP Cilakar.