Ahmad Khoironi Arianto
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

MEDAN MAKNA PEMBENTUK METAFORA DALAM SYAIR ARAB Ahmad Khoironi Arianto
Widyaparwa Vol 46, No 2 (2018)
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.177 KB) | DOI: 10.26499/wdprw.v46i2.197

Abstract

This paper examines metaphorical figurative language in Arabic poetry books. The data used is taken from the Diwan Imam Syafi'iy book. The book contains one hundred and thirty poems. Most of them portray moral issues, advice and reflection on the community situation at that time. The poems also use a lot of figurative language, one of them is metaphor. This study uses a qualitative descriptive method that includes three stages, that are data collection, data analysis, and presentation of the results of data analysis. Data collection is conducted by recording the metaphors contained in the book of Diwan Imam Syafi’iy. Analyzing the data is conducted by classifying the type of metaphor, and presenting the data is conducted by writing metaphorical findings into the paper. The research technique is performed by describing three elements forming metaphor according to Taylor, as tenor, vehicle, and ground. The meaning field refers to a comparison as a  figurative, while comparability is the object described. Comparators are classified into nine types of comparison by Haley. Based on a review of the book Diwan Imam Syafi`i, seven types of metaphor comparison are found, as being, cosmos, energy, terrestrial, object, living, and animate.Tulisan ini mengkaji gaya bahasa kiasan metafora dalam buku syair berbahasa Arab. Data yang digunakan diambil dari buku syair Diwan Imam Syafi`iy. Buku itu memuat seratus tiga puluh syair yang sebagian besar memotret soal moral dan nasihat serta refleksi dari keadaan masyarakat pada saat itu. Di dalam syair-syair tersebut banyak digunakan bahasa kiasan, metafora salah satunya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yang mencakup tiga tahapan, yaitu pengumpulan data, penganalisisan data, dan presentasi hasil analisis data. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat metafora yang terkandung dalam buku syair Diwan Imam Syafi`iy. Analisis dilakukan dengan mengklasifikasikan jenis metafora dan mempresentasikan temuan-temuan metafora ke dalam makalah. Teknik penelitian dilakukan dengan menguraikan tiga elemen pembentuk metafora menurut Taylor, yaitu pebanding, pembanding, dan persamaan keduanya. Medan makna mengacu pada pembanding yang menjadi kiasan, sedangkan pebanding adalah objek yang dideskripsikan. Pembanding diklasifikasi berdasarkan sembilan jenis pembanding Haley. Berdasarkan tinjauan terhadap buku syair Diwan Imam Syafi`iy, ditemukan tujuh jenis pembanding metafora, yaitu being, cosmos, energy, terrestrial, object, living, dan animate.
Tindak Tutur Performatif dalam Sumpah Politik: Sebuah Investigasi Lintas Bahasa Nur Lailiyah; Beny Hamdani; Ahmad Khoironi Arianto
Madah: Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 15 No. 2 (2024): Jurnal Madah
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31503/madah.v15i2.848

Abstract

Penelitian ini mengkaji tindak tutur performatif dalam sumpah jabatan dari perspektif lintas bahasa. Tujuan utama penelitian adalah untuk menganalisis struktur linguistik, fungsi pragmatis, dan implikasi sosio-kultural dari sumpah jabatan di berbagai konteks budaya dan bahasa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis wacana kritis. Penelitian ini meneliti korpus sumpah jabatan dari lima negara dengan latar belakang budaya dan linguistik yang berbeda. Data dikumpulkan melalui studi dokumen resmi dan rekaman video sumpah jabatan pejabat tinggi negara. Hasil penelitian menunjukkan adanya pola universal dalam struktur performatif sumpah jabatan, namun dengan variasi linguistik dan kultural yang signifikan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa pilihan kata, struktur gramatikal, dan elemen paralinguistik dalam sumpah jabatan tidak hanya berfungsi sebagai formalitas hukum, tetapi juga sebagai alat legitimasi kekuasaan dan konstruksi identitas nasional. Penelitian ini memberikan kontribusi pada pemahaman yang lebih mendalam tentang interseksi bahasa, kekuasaan, dan budaya dalam ranah politik, serta menyoroti pentingnya perspektif lintas bahasa dalam studi tindak tutur performatif.