Nur Iksan
FIB Universitas Brawijaya

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengolahan Bunga Kering dengan Teknik Resin sebagai Alternatif Merchandise Khas Dusun Jantur, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu Fitrahayunitisna, Fitrahayunitisna; Rahmawati, Femi Eka; Anggrian, Mayang; Iksan, Nur
Jurnal Puruhita Vol 3 No 1 (2021): February 2021
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/puruhita.v3i1.53049

Abstract

Dusun Jantur terletak di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Propinsi Jawa Timur. Desa Gunungsari memiliki potensi wisata bunga. Sebagaimana Desa Gunungsari merupakan desa binaan Universitas Brawijaya, maka pengabdiaan masyarakat dalam hal ini ingin mengembangkan pelatihan kewirausahaan masayarakat dibidang seni pembuatan merchandise resin berbahan bunga kering. Dengan adanya pelatihan resin, diharapkan produk-produk tersebut menjadi alternatif sumber pencaharian masyarakat dalam rangka mengembangkan kewirausahaan dan kemajuan perekonomian dusun. Rumusan masalah dalam kegiatan ini antara lain adalah 1) Bagaimana teknik pembuatan resin dari bunga kering? 2) Bagaimana teknik pengemasan produk resin? Dan 3) Bagaimana strategi pemasaran produk resin?. Manfaat dari kegiatan ini adalah mengembangkan produk yang menjadi kekhasan dusundan menginspirasi masyarakat dalam mengembangkan potensi yang dimiliki sebagai sumber alternatif dalam menggerakkan roda perekonomian. Sasaran dari kegiatan ini ada dua yakni umum dan khusus. Sasaran secara umum adalah pemuda-pemudi karang taruna. Sasaran secara khusus adalah ibu-ibu rumah tangga yang tidak bekerja, buruh petik bunga, petani, dan peternak. Metode pelaksanaan yang dilakukan mencakup tiga hal, yakni penyuluhan, pelatihan, dan konseling.
SUBJEKTIVITAS KOLEKTIF : KRISIS EKSISTENSI DALAM KARYA SENI Nur Iksan
Studi Budaya Nusantara Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Studi Budaya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (533.491 KB) | DOI: 10.21776/ub.sbn.2019.003.01.04

Abstract

Sebagaimana manusia merupakan makhluk dinamis yang diwajibkan selalu memperbaiki kualitas hidupnya, tidak seharusnya ia menyesuaikan dan  menetralkan nilainya pada tawaran dari luar. Idealnya, manusia menuju diri yang sejati melalui pemenuhan pada keterlibatannya dalam setiap proses untuk “menjadi subjek” didalamnya. Sebuah proses yang dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan holistik sebagai pondasi penyempurnaan makna kehidupannya.   Menjadi diri yang berkepribadian dan membentuk diri dengan bebas serta sadar atas tindakannya. Hal ini merupakan konsekuensi yang harus dihadapi dengan menempatkan pilihan berdasarkan pada kewenangan otonom untuk sebuah keyakinan dengan penghayatan dalam beraktifitas. Tetapi ditengah arus global sekarang ini kehidupan manusia yang mampu mencapai keontetikan diri menjadi barang mewah. Realitasnya, kontruksi penguasa otoriter yang legal maupun ilegal melalui media masa telah menciptakan kebudayaan secara massal dan dalam satu pandangan. Fenomena ini dapat dilihat pada sistem kerja media masa yang menyajikan imajinasi yang artifisial secara kontinyu dengan mekanisme hipnosis sebagai teknik injeksi kesadaran. Sebuah sistem penyeragaman yang menawarkan “kemapanan” berdasarkan kebendaan, pencitraan, status sosial dan bahkan moralitas. Bentuk tawaran tersebut, tanpa didasari pengetahuan secara subjektif semakin mendorong individu mengalami krisis eksistensi.   Fenomena di atas sebagai ide gagasan penciptaan karya seni grafis dengan muatan autokritik terhadap kondisi manusia yang sedang mengalami krisis eksistensi, dengan penggunaan metode penciptaan: ekplorasi, brainstorming dan pembentukan atau perwujudan. Proses perwujudannya dengan mengolah kelebihan karya seni grafis melalui reproduksi ke dalam satu media kanvas dengan teknik Puzzele. Karya seni dari tema "Subjetivitas Kolektif" diharapakan bisa menjadi media reflektif dari manusia yang sedang mengalami krisis eksistensi.
Denotation and Connotation of Mandau, A Weapon of Kanayatn Dayak Tribe in West Kalimantan Iwan Pranoto; Nur Iksan; Ika Yuliati
Terob : Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol. 13 No. 2 (2023): April
Publisher : Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20111/terob.v13i2.43

Abstract

The culture and the cultural product itself that develop in today’s society cannot be separated from the recognition and agreement of some community groups, the philosophical values, or the natural signs that are embedded in everyday life, or usually called myths. One of them is Mandau, a weapon of the Kanayatn Dayak tribe, in Sebetuk village, Ngabang sub-district, Landak district, West Kalimantan. The Mandau is a weapon owned by the Kanayatn Dayak people and is often used for many purposes such as cutting the grass, chopping the wood, cutting the meat from hunted animals, protecting themselves from wild animals, conducting traditional rituals and as weapons of war. This Mandau is differentiated into two categories, the one that has sacred value and another one that does not. In this study, the object of research was the one with a scared value. The Mandau that developed in the Kanayatn Dayak community has its own a message and meaning. The denotation and connotation of the Mandau were discussed in this study based on semiotic of Roland Barthes's thought. By employing a qualitative approach, the fine art elements of the Mandau such as the decorative motifs, colors, and shapes became the main discussion. Each of them has its own meaning and thus it is trusted by the local community.