Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Komodifikasi Hijab dalam Budaya Visual di Indonesia Anggrian, Mayang
Prabangkara : Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 22 No 1 (2018): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.816 KB)

Abstract

Hijab telah mengalami perkembangan pesat di seluruh dunia, pesatnya perkembangan tersebut bahkan juga telah merambah di dunia seni visual maupun entertainment seperti layar lebar, sinetron, reality show dan sebagainya. Ketika kehadiran hijab memasuki ruang-ruang penunjang budaya visual, maka berdampak pada bagaimana hijab direpresentaikan dalam budaya visual. Sebagai contoh dalam perfilman nasional tren hijab mempengaruhi kuantitas film-film religi bernafas Islami secara signifikan. Tingginya respon masyarakat Indonesia terhadap film bernafas religi Islami  kemudian memberi ruang bagi hadirnya komodifikasi hijab. Akibatnya timbulah pergeseran atribut dan nilai keagamaan Islam dalam proses komodifikasi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, sedangkan   sumber data yang dianalisa pada penelitian ini berasal dari dokumen pustaka, beberapa video rekaman film religi Islami terakhir tahun 2007 sampai dengan tahun 2017, didukung dengan observasi, wawancara dan studi pustaka terhadap para pelaku perfilman religi Islami dan pemilik bisnis produk hijab. Lebih lanjut penelitian ini mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana eksistensi hijab dalam ruang-ruang budaya visual untuk memahami pola komodifikasi hijab. Sebagai hasilnya, pengaruh hijab dalam seni rupa murni nampak pada ide dan gagasan para perupa untuk mengangkat tema-tema identitas dan pluralitas. Sementara dalam seni media aplikatif seperti film, posisi hijab banyak terekspos dalam film layar lebar religi Islami. Hijab dalam film religi Islamik tidak hanya sekedar atribut muslimah untuk memenuhi tuntutan syariat agama Islam dan sarana propaganda ajaran agama Islam, tetapi juga merupakan komoditas usaha yang menguntungkan, baik bagi produser, sutradara, artis pemeran dalam film dan pemilik bisnis fashion hijab. Lebih lanjut  bentuk komodifikasi hijab dalam perfilman Indonesia adalah komodifikasi khalayak. Khalayak disini tentu saja para hijabers atau muslimah, sementara perusahaan diwakili oleh rumah produksi dan pelaku perfilman seperti produser,sutradara dan aktris, sedangkan pengiklan adalah owner atau pebisnis produk hijab. Produser film,sutradara,aktris dan pebisnis fashion hijab memiliki posisi strategis sebagai agen komodifikasi hijab dalam budaya visual karena memiliki akses untuk melakukan proses komodifikasi  hijab melalui segmen masyarakat tertentu yang dalam hal ini adalah muslimah.Hijab as an identity attribute has experienced rapid development all over the world. This phenomenon is also found in the worlds of visual arts, entertainment such as movie, sinetron (Indonesian drama), reality show and so forth. When the presence of hijab enters the spaces of the visual cultural support, this phenomenon affects how hijab is represented in the visual culture. For example, in the national film industry, the hijab trend affects the quantity of Islamic religious films significantly. The high response and interest of the Indonesian people to the Islamic religious films gives space for the presence of hijab commodification. As a result, there is a shift in religious attributes and values of Islam in the commodification process.This research used qualitative descriptive method. The data source analyzed in this research comes from literature document, some of Islamic religious film recording in 2007 until 2017, supported by observation, interview and literature study to the actors of Islamic religious film and the owner of hijab business. Furthermore, this study described and analyzed how existence of hijab in the spaces of visual culture to understand the patterns of hijab commodification. As a result, the effects of hijab in fine art appears to the ideas of artists to raise the themes of identity and plurality. Meanwhile, in the art of applicative media such as film, hijab position is exposed in many Islamic religious movies. Hijab in Islamic religious films is not only as a Muslim attribute to meet the demands of Islamic Shari’ah and means of propaganda of Islamic teachings, but also a profitable business commodity, both for producers, directors, film artists and business owners of hijab. Furthermore, the form of commodification of hijab in Indonesian cinema is commodification of audiences. The audiences here are of course the hijabers or muslims, while the company is represented by production houses and filmmakers such as producers, directors and actresses, while advertisers are the owner or businessman of hijab products. Film producers, directors, actresses and hijab fashion have strategic positions as hijab commodity agent in visual culture because they have access to commodify the hijab through certain segments of society, which is women Muslims.
Pengolahan Bunga Kering dengan Teknik Resin sebagai Alternatif Merchandise Khas Dusun Jantur, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu Fitrahayunitisna, Fitrahayunitisna; Rahmawati, Femi Eka; Anggrian, Mayang; Iksan, Nur
Jurnal Puruhita Vol 3 No 1 (2021): February 2021
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/puruhita.v3i1.53049

Abstract

Dusun Jantur terletak di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Propinsi Jawa Timur. Desa Gunungsari memiliki potensi wisata bunga. Sebagaimana Desa Gunungsari merupakan desa binaan Universitas Brawijaya, maka pengabdiaan masyarakat dalam hal ini ingin mengembangkan pelatihan kewirausahaan masayarakat dibidang seni pembuatan merchandise resin berbahan bunga kering. Dengan adanya pelatihan resin, diharapkan produk-produk tersebut menjadi alternatif sumber pencaharian masyarakat dalam rangka mengembangkan kewirausahaan dan kemajuan perekonomian dusun. Rumusan masalah dalam kegiatan ini antara lain adalah 1) Bagaimana teknik pembuatan resin dari bunga kering? 2) Bagaimana teknik pengemasan produk resin? Dan 3) Bagaimana strategi pemasaran produk resin?. Manfaat dari kegiatan ini adalah mengembangkan produk yang menjadi kekhasan dusundan menginspirasi masyarakat dalam mengembangkan potensi yang dimiliki sebagai sumber alternatif dalam menggerakkan roda perekonomian. Sasaran dari kegiatan ini ada dua yakni umum dan khusus. Sasaran secara umum adalah pemuda-pemudi karang taruna. Sasaran secara khusus adalah ibu-ibu rumah tangga yang tidak bekerja, buruh petik bunga, petani, dan peternak. Metode pelaksanaan yang dilakukan mencakup tiga hal, yakni penyuluhan, pelatihan, dan konseling.
Pariwisata di Tengah Pandemi: Studi Kasus Tentang Pola Wisata Alternatif di Malang, Jawa Timur Hipolitus Kristoforus Kewuel; Nindyo Budi Kumoro; Mayang Anggrian
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) Vol 7, No 2 (2022): Anthropos Januari
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/antro.v7i2.31741

Abstract

Even when the tourism industry in Indonesia has been devastated due to COVID-19 pandemic, this sector has not simply disappeared and succumbed. Some tourist destinations are still visited by tourists from big cities of Indonesia, although the numbers are not as much as before. Malang is a representative place to watch this phenomenon, there are certain moments where tourists still visit and have recreation there. This research questions what is the new or alternative pattern for people who continue to travel in the midst of a pandemic? This is interesting because previously the known tourism pattern was mass tourism (full of crowds and high mobility) which was difficult to do in the pandemic era. This research aims to identify the alternative (niche tourism) specifically its new patterns in the pandemic era in Malang, related to the form of attraction to the socio-demographic character of the tourist. In addition, it is also important to study how tourists view COVID-19 which allows them to travel. With the ethnographic method, this research seeks to find the appropriate new pattern for tourism development in Indonesia during a pandemic.
Citra Tubuh Perempuan sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Lukis Mix Media Rosella Deby Permatasari; Mayang Anggrian
Kusa Lawa Vol 2, No 2 (2022)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.kusalawa.2022.002.02.07

Abstract

Citra Tubuh merupakan persepsi seseorang yang dipengaruhi oleh mental terhadap pengamatan dan penilaian seseorang tentang dirinya sendiri terkait penampilan, kemampuan, dan kepribadian. Persepsi terhadap bentuk tubuh, berat tubuh, tinggi, jenis rambut, warna kulit, cara bicara, cara bergaul, serta cara bagaimana seseorang ingin menjadi tipe ideal masyarakat. Penciptaan ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep dan gagasan positif citra tubuh dalam bentuk digital art dan konvensional serta, menyuarakan bagaimana pentingnya citra tubuh positif bagi seseorang tepatnya perempuan. Penciptaan ini memiliki beberapa tahap, antara lain: 1) Tahap eksplorasi (pengumpulan data dari berbagai sumber) data inilah yang kemudian menjadi inspirasi dan isi pesan dalam karya digital art dan konvensional ini. Konsep digital ini dipilih untuk menyesuaikan dengan tema citra tubuh, 2) Tahap improvisasi (merancang gambaran) menentukan bentuk visualnya memiliki gaya desain sesuai konsep yang ada seperti objek perempuan, beberapa tambahan objek pendukung dan alat pengkaryaannya. 3) Tahap visualisasi (proses pengkaryaan) pemilihan warna yang colorful sesuai dengan gaya perempuan yang ceria, serta bisa menyampaikan isi pesen yang terkandung dengan baik oleh masyarakat. Hasil dari proses  pengkaryaan seni ini mewujudkan 7 buah karya lukisan dengan media kanvas dan  perpaduan mix media  konvensional. Menyuguhkan sebuah pameran seni lukis yang dikemas dengan rapih dan apik, serta menyajikan visual konsep standar kecantikan perempuan yang sesuai dengan tujuan penulis, yaitu menyuarakan argumen-argumen pentingnya citra tubuh bagi perempuan.
Peran Serta Posisi 'Hysteria' Colaboratorium And Creative Impact HUB. di Era Disrupsi: Dampak Teknologi pada Medan Sosial Seni Rupa di Kota Semarang Muhammad Sobih Almusoffa; Mayang Anggrian
Kusa Lawa Vol 2, No 2 (2022)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.kusalawa.2022.002.02.08

Abstract

Penelitian ini menggali bagaimana eksistensi dari sebuah komunitas seni dapat berpengaruh terhadap laju perkembangan ekosistem seni pada satu kota. Hysteria merupakan ruang yang diinisiasi guna menciptakan sebuah ekosistem seni yang sehat di Kota Semarang. Regenerasi seniman yang ada di Kota Semarang cenderung mengalami hambatan dari segi ketersediaan ruang untuk berkarya. Ruang publik yang seharusnya dialokasikan guna kegiatan kesenian dan kebudayaan belum bisa dimaksimalkan penggunaannya. Peran dan posisi Hysteria akan dilihat dalam konstruk medan sosial seni rupa pada era disrupsi dengan kemajuan teknologi sebagai hal yang berdampak pada ekosistem seni di Kota Semarang. Dalam penelitian ini penulis akan melakukan riset dengan metode pengumpulan data yang berupa observasi langsung pada lokasi Hysteria, melakukan wawancara terkait studi program yang telah dicapai Hysteria dalam beberapa tahun terakhir, serta turut ikut serta dalam program Hysteria selama penelitian berlangsung. Dengan demikian data yang akan dihasilkan nantinya dapat benar-benar menjawab semua permasalahan terkait dengan peran dan posisi Hysteria dalam upaya membangun ekosistem seni di Kota Semarang di era disrupsi. Bahasan profil Hysteria dalam membangun ekosistem seni dengan program kolaborasi serta bagaimana Hysteria berjejaring dengan media digital.
TRAUMA ANTARGENERASI SEBAGAI INSPIRASI PENCIPTAAN SENI LUKIS DIGITAL Masserungke, Yuri; Anggrian, Mayang
Kusa Lawa Vol. 3 No. 2 (2023): Jurnal Kusa Lawa
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Trauma antargenerasi terjadi disaat pengalaman dan perasaan negative yang dilalui salah satu generasi terus diwariskan kepada generasi-generasi selanjutnya. Istilah trauma antargenerasi ini pertama kali ditemukan setelah keadaan psikologi anak-anak dari korban Holocaust dicatat. Keadaan psikologis ini belum terlalu dikenal dan dihiraukan oleh Masyarakat, walaupun dampaknya sama besarnya dengan keadaan mental lainnya. Maka dari itu, topik ini penting untuk diangkat untuk menyebarkan kesadaran dan juga memberikan contoh-contoh trauma antargenerasi di dalam suatu keluarga. Hal ini diinspirasi dari film animasi El Canto tahun 2021 yang mengisahkan tentang trauma antargenerasi. Penciptaan karya ini dilakukan untuk mevisualisasikan tema Trauma Antargenerasi dalam karya seni Lukis digital serta mendeskripsikan gagasan dari karya-karya tersebut. Metode yang digunakan dalam penciptaan karya seni lukis digital ini di adaptasi dari tahapan-tahapan berdasarkan teori Hawkins, yaitu upaya menemukan gagasan, menyempurnakan gagasan awal, dan juga visualisasi dalam media. Dengan menggunakan metode terserbut, Penulis berhasil menghasilkan tujuh karya digital painting on canvas yang betemakan Trauma Antargenerasi dengan penambahan visual bunga Petunia di tiap karyanya. Dari tujuh karya tersebut digambarkan bahwa tidak semua hal yang dibiasakan oleh generasi-generasi terdahulu adalah hal yang tidak baik. Segala sesuatu memiliki sisi baik dan sisi buruknya, kebijaksanaan menyikapi kondisi dapat memutuskan rantai trauma antargenerasi.
DINAMIKA CINTA SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS Anandaputri, Siti Zahra Andriyani; Anggrian , Mayang
Kusa Lawa Vol. 4 No. 1 (2024): Jurnal Kusa Lawa
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dinamika cinta menjadi landasan penciptaan untuk merefleksikan bagaimana cinta tidak hanya sekadar perasaan kasih sayang, namun menjadi sesuatu yang mengartikan berbagai pemahaman dalam kehidupan sebagai seorang individu dan makhluk sosial. Bagaimana cinta dalam berbagai bentuk dan dinamikanya adalah kekuatan dalam menghubungkan diri, masyarakat, dan membentuk pengalaman manusia secara mendalam. Mewujudkan kompleksitas dinamika cinta menjadi berbagai ide narasi guna mendeskripsikan terkait dinamika yang terjadi dari pengalaman dan pengamatan pribadi, yang kemudian divisualisasikan ke dalam karya seni lukis dengan perupaannya terinspirasi oleh gaya abstrak ekspresionisme. Menggunakan metode Alma Hawkins, yang mencerminkan ekspresi pribadi, memanfaatkan berbagai teknik dan media, serta merayakan kreativitas dalam suasana yang mendukung. Penciptaan ini menghasilkan 12 karya lukis, yaitu Lihatlah Lebih Dekat, Semua Aku Dirayakan, Meramu Tanpa Henti, Cintanya Manusia, aku ke dalammu; tenggelam, Gigitan Rindu, Dari Sebuah Mimpi Buruk, Renjana, Rumpang, Cintanya Setengah Hampa, Setia Selamanya, Sirna Dalam Cinta. Kompleksitas dari dinamika cinta yang terjadi pada kehidupan dapat menyentuh aspek-aspek fundamental kita sebagai manusia, bagaimana dinamika cinta menjadi peristiwa-peristiwa yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Cinta dan dinamikanya memiliki peran penting yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya atau dihilangkan dalam kehidupan manusia, karena dengan adanya cinta maka akan banyak dimensi-dimensi atas pengalaman manusia yang akan terus berulang menghadirkan makna dan atau pembelajaran.
SENI DALAM DIMENSI EKOLOGI: PERAN INSAN SENI DALAM ADVOKASI ISU LINGKUNGAN Anggrian, Mayang; Iksan, Nur
Brikolase : Jurnal Kajian Teori, Praktik dan Wacana Seni Budaya Rupa Vol. 14 No. 2 (2022)
Publisher : Institut Seni Indoensia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/brikolase.v14i2.3964

Abstract

Art and its crosses in ecological areas have the opportunity and potential to help advocate environmental issues in the community. However, the art of ecology and advocacy about it has not been done by many artists. Even artwork and environmental advocacy are less popular and desirable in the art ecosystem because it doesn’t intersect with the practical economy of artists. In fact, referring to the increasingly critical global ecological situation, it is currently necessary to make sustainable efforts to build community eco consciousness. This research then questioned about the motives of art activist doing artwork with environmental theme, as well as their role in advocating environmental issues in society. Furthermore, this research also examines how the impact of artistic work with the environmental theme on the surrounding community. This is interesting because the various environmental advocacy efforts that have been caried out by these artist have been responded to by various dynamics in society, and it can be seen if people of the arts can play a unique role in environmental advocacy. In the end the qualitative descriptive method used in this study found a number of certain pattern about the motivation, role, and impact of environmental art work that has been carried out by artists in the local community. Based on this research environmental advocacy and artistic work have become a catalyst for the appreciation of eco-consciousness of the surrounding community. The position of the arts is quite strategic as agent of change.
Strategi Pemasaran Batik Melalui Media Sosial Instagram pada UMKM Hamparan Rintik Malang Julyartha, Mega; Anggrian, Mayang
Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya Vol 7, No 3 (2025): Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni Dan Budaya
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30998/vh.v7i3.13620

Abstract

Penelitian ini menganalisis strategi pemasaran yang telah dijalankan oleh UMKM Hamparan Rintik pada media sosial Instagram untuk produk batik mereka. Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan menggunakan pendekatan teori SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) dan Teori Tracy L. Tuten & Michael R. Solomon dalam bukunya yang berjudul Social Media Marketing (2017) dengan mengungkapkan empat fokus utama dalam pemasaran melalui media sosial, termasuk Instagram, yaitu Social Community (membangun hubungan dan interaksi), Social Publishing (konten dan distribusi), Social Entertainment (pengalaman dan berbagi), serta Social Commerce (penjualan dan pembelian). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Hamparan Rintik telah menerapkan beberapa dari empat fokus utama tersebut yang kemudian dianalisis dengan menggunakan SWOT. Kekuatan Hamparan Rintik terdapat pada desain produk yang unik dan menarik, mendapatkan dukungan dari pemerintah Kota Malang. Peluangnya yaitu kolaborasi yang luas. Kelemahan yang dimiliki yaitu keterbatasan SDM (Sumber Daya Manusia) yang memadai. Ancaman yang dihadapi oleh Hamparan Rintik adalah percepatan pemasaran di dunia digital secara online. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan strategi yang positif dan memberikan informasi terkait strategi pemasaran melalui media sosial Instagram.
MEMBANGUN APRESIASI BUDAYA LOKAL: STUDI EDUKASI VISUAL MELALUI FESTIVAL KAMPUNG BUDOYO #2 Herliana, Siti Nur; Anggrian, Mayang
Kusa Lawa Vol. 5 No. 1 (2025): Jurnal Kusa Lawa
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.kusalawa.2022.05.01.06

Abstract

Festival Kampung Budoyo #2 bertujuan untuk memperkenalkan dan melestarikan budaya lokal kepada generasi muda melalui pendekatan edukasi kreatif dan interaktif. Festival ini hair sebagai respon terhadap tantangan globalisasi yang mengancam identitas budya lokal, khususnya di kalangan generasi muda. Festival ini mengintegrasikan apresiasi terhadap budaya lokal. Festival ini berfokus pada penguatan apresiasi budaya malalui pengalaman langsung, yang tidak hanya mendalami seni tradisional, tetapi juga mengintegrasi teknologi untuk relevansi modern. Melalui berbagai bentuk interaksi, peserta di ajak untuk memahami dan mengeksplorasi nilai-nilai budaya dengan cara yang segar dan inovatif. Melalui festival ini, Kampung Budoyo #2 diharapkan mampu mengingkatkan rasa cinta generasi muda terhadap budaya lokal serta mendorong partisipasi aktif dalam pelestariannya. Dengan memadukan tradisi dan modernitas, festival kampung Budoyo #2 berperan sebagai jemabatan penting dalam memperkuat identitas lokal di era globalisasi.