Vivi Dwi Putri
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdurahman Palembang

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Hubungan Berat Badan Lahir Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita Usia 2-5 Tahun Vivi Dwi Putri; Ayu Tiara Levia
Cendekia Medika: Jurnal Stikes Al-Ma`arif Baturaja Vol. 7 No. 2 (2022): Cendekia Medika : Jurnal STIKes Al-Ma'arif Baturaja
Publisher : LPPM STIKES Al-Ma'arif Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52235/cendekiamedika.v7i2.192

Abstract

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi, prevalensi stunting  di seluruh dunia sebesar 22% atau sebanyak 149,2  juta, sumatera selatan tercatat 31,7% sementara secara nasional sebnyak 20,8%. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan berat badan lahir terhadap kejadian stunting pada anak balita. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak balita usia 2-5 tahun yang berjumlah 77 responden. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 77 responden yang diambil menggunakan data sekunder. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis bahwa dari responden yang mempunyai berat badan lahir rendah dan mengalami kejadian stunting berjumlah 68,9% dan responden yang mempunyai berat badan lahir rendah dan tidak mengalami stunting (normal) berjumlah 31.1%, sedangkan responden yang mempunyai berat badan lahir normal dan mengalami kejadian stunting  berjumlah 37.5% dan responden yang memiliki berat badan lahir normal dan dengan kondisi normal berjumlah  62.5%. Hasil uji statistic chisquare, berdasarkan analisis chi square menunjukan anak BBLR memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting (pvalue≤0.012) dengan kata lain anak yang lahir dengan BBLR berpeluang lebih besar untuk mengalami stunting dari pada anak yang memiliki berat badan lahir normal. Kesimpulanya adalah ada hubungan antara berat badan lahir terhadap kejadian stunting pada balita usia 2-5 tahun.
Perbandingan antara Permen Jahe dan Permen Mint dalam Mengatasi Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I Sagita Darma Sari; Vivi Dwi Putri
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 13 No 3 (2023): Jurnal Ilmiah Permas: jurnal Ilmiah STIKES Kendal: Juli 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32583/pskm.v13i3.1021

Abstract

Emesis gravidarum merupakan keluhan umum yang disampaikan kehamilan muda. Kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada wanita karena terdapat peningkatan hormon estrogen, progesteron dan dikeluarkan hormon gonodotropine plasenta. Perubahan hormon-hormon inilah yang menyebabkan timbulnya gejala pusing dan mual muntah terutama pada kehamilan trimester pertama. Jahe dan daun mint dapat mengurangi mual muntah karena mengandung minyak atrisi yang memblokir reflek muntah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan frekuensi mual muntah pada ibu hamil sebelum dan sesudah diberikan permen jahe dan permen mint. Metode penelitian ini adalah Quasi Experimental. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 20 orang ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum yang berada di BPM Ferawati Palembang pada tahun 2021. Sebelum dibarikan perlakuan, ibu hamil diberikan kuesioner untuk mengetahui frekuensi mual muntah sebelum setelah itu masing – masing kelompok diberikan perlakuan selama 7 hari kemudian diukur kembali frekuensi mual muntah setiap responden. Analisis yang digunakan adalah analisis bivariat dengan uji indepent t-test untuk mengetahui rerata frekuensi mual muntah sebelum dan setelah dilakukan perlakuan. Hasil penelitian menunjukan nilai p value 0,000 < α 0,05, artinya ada perbedaan rata-rata frekuensi mual muntah antara kelompok permen jahe dan permen mint. Dengan mean rank (1,40) pada kelompok permen jahe dan (2,50) pada kelompok permen mint. Dengan demikian kelompok pemberian permen jahe lebih efektif dibandingkan dengan pemberian permen mint.