Rusa bawean memiliki bentuk tubuh yang relative lebih kecil dibandingkan rusa jenis lainnya. Rusa ini juga rusa yang pemalu dan sensitive terhadap manusia. Balai besar konservasi sumberdaya alam jawa timur menyatakan bahwa, pada tahun 2019 rusa bawean tersisa 304 individu. Penangkaran sebagai upaya perbanyakan melalui pengembangbiakan dan pembesaran satwa liar dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya. Upaya penangkaran rusa bawean dapat kita temui di Desa Pudakit Timur, Kecamatan Sangkapura, Kabupaten Gresik. Penangkaran rusa Bawean merupakan penangkaran yang berada pada habitat asli rusa bawean. Terkait uraian tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang pengembangan ekowisata berbasis penangkaran rusa. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran umum bagaimana kondisi penangkaran rusa Bawean. Penelitian ini merupakan jenis kualitatif deskrptif. Metode pengumpulan data didapatkan dengan pendekatan studi kepustakaan, observasi dan wawancara. Teknik analisis data mengunakan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukan strength berupa spesies endemik rusa bawean dengan kategori langkah, penangkaran yang masih asri, dan sebagai wahana wisata yang menarik maupun objek penelitian. Weakness masih menggunakan manajemen penangkaran kurang baik. Opportunities berupa visi menjadikan penangkaran rusa sebagai ekowisata baik dari pihak desa maupun pihak pengelola. Threats berupa kurang koordinasi dengan perangkat desa dan pejabat terkait. Adapun rekomendasi untuk penangkaran rusa bawean menjadi berkembang ekowisata lanjutan adalah membentuk kelembagaan yang berfokus pada pengelolaan ekowisata penangkaran rusa dan peningkatkan sarana dan prasarana, pelayanan serta regulasi tertulis untuk mendukung objek wisata yang menarik.